Kamis, 20 Juni 2019

STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya menempati kedudukan dan peranan masing-masing sebagai bentuk aktualisasi diri dalam sistem masyarakat yang ada. Kedudukan atau status yang dimiliki akan berdampak terhadap perananan dan kewenangan yang dimiliki seseorang dalam menentukan dan mengambil keputusan berdasarkan kedudukan dan perananannya tersebut dalam struktur sosial. Struktur sosial adalah pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial, struktur sosial diartikan juga sebagai material atau unsur-unsur masyarakat, hubungan antara bagian-bagiannya, dan hakikat masyarakat secara kesuluruhan. Menurut Soejono Soekanto struktur sosial adalah sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.
Kaitannya dengan lingkungan pendidikan, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang terdiri dari unsur-unsur masyarakat dalam lingkup warga sekolah dengan status dan peranan masing-masing, memiliki pola yang sama sebagai sebuah struktur sosial.
Dalam struktur sosial sekolah tentunya terdapat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kedudukan dan perananan unsur-unsur masyarakat sekolah itu sendiri yang bahkan sampai sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari masalah itulah kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat pembahasan yang sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di dalam pembahasannya. Pembahasan yang akan dibahas dalam hal ini adalah pengertian struktur sosial sekolah, kedudukan dan peranan, berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial sekolah, hubungan guru dan murid, dan klik dikalangan guru. Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud struktur sosial sekolah?
2.      Apa yang dimaksud kedudukan dan peranan?
3.      Bagaimana kedudukan dalam masyarakat sekolah?
4.      Bagaimana kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial sekolah?
5.      Bagamana hubungan guru dan murid?
6.      Bagaimana klik dikalangan guru?
C.      Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian struktur sosial sekolah.
2.      Mengetahui dan memahami pengertian kedudukan dan peranan.
3.    Mengetahui dan memahami berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah.
4.    Mengetahui dan memahami kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial sekolah
5.    Mengetahui dan memahami hubungan guru dan murid.
6.    Mengetahui dan memahami klik dikalangan guru.
D.      Sistematika Penulisan
Pada bab I, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Pada bab II, berisi tentang pengertian struktur sosial sekolah, pengertian kedudukan dan peranan, berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah. kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial sekolah, hubungan guru dan murid, dan klik dikalangan guru.
Pada bab III berisi kesimpulan dan saran untuk makalah ini.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Struktur Sosial Sekolah
Pengertian struktur sosial menurut para ahli:
1.      Soerjono Soekanto
Menyatakan bahwa struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.
2.      Coleman
Menyatakan bahwa struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia.
3.      George C. Homan
Mengaitkan struktur sosial dengan perilaku elementer (mendasar) dalam kehidupan sehari-hari.
Bila seorang insinyur bicara tentang “struktur” bangunan maka yang dimaksud adalah (1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian hubungan, dan (3) bangunan itu dalam satu keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya.
Demikian pula dengan struktur sosial sekolah adalah (1) materialnya, yakni, kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan. (2) hubungan antara bagian-bagiannya, yakni apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya dan sebagainya. (3) hakikat masyarakat sekolah sebagai keseluruhan yakni cara bagian-bagian tersebut menjadi kesatuanyang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.
Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota -anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi memegang kekuasaan yang paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Dalam struktur sosial sekolah kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi dan pesuruh memiliki kedudukan yang paling rendah. Dalam kelas, guru mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada murid. Biasanya murid-murid kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada murid-murid kelas yang lebih tinggi.
Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
B.       Kedudukan dan Peranan
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat diharapkan oleh suami dari isterinya, apa yang diharapkan majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua atau guru memperlakukan anak dan sebaliknya. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam kedudukannya sebagai guru ia mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, lepas dari pribadinya sebagai individu, apakah ia peramah, keras, pandai, rajin atau pemalas. Setiap guru dalam kedudukannya sebagai guru dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, siapa pun guru itu dan siapa pun murid itu.
Status atau kedudukan individu, apakah ia diatas atau dibawah status orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat dari kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor diharapkan memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi intruksi kepala sekolah akan tetapi menuntut agar murid-murid belajar. Cara-cara seseorang membawakan peranannya dapat berbeda menurut kepribadian seseorang. Guru dapat bersikap otokratis atau demokratis dalam menjalankan peranannya.
Tiap orang dalam masyarakat mempunyai berbagai kedudukan. Seorang murid mempunyai kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai kakak terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya, sedangkan dirumah ia berkedudukan sebagai anak terhadap orang tuanya, adik terhadap kakaknya dan diluar rumah ia menjadi teman bagi sejumlah anak-anak lainnya. Demikian pula guru itu berkedudukan sebagai suami atau isteri, bapak atau ibu bagi anaknya, anggota paduan suara atau ada kalanya menjadi sopir kendaraan umum. Dalam tiap kedudukan ia menjalankan peranan tertentu. Berdasarkan kedudukan daripadanya diharapkanlah kelakuan tertentu.
Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban mendidik anak dan berhak untuk mengahruskannya belajar dan bila perlu memberinya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat bahwa peranan selalu mempunyai segi timbal balik. Guru hanya dapat menjalankan peranannya antara lain menyuruh anak belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah dibarengi oleh kewajiban murid untuk mematuhinya. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. hak seseorang dimungkinkan dan diabatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasarkan kelahiran, ada pula yang diperoleh sendiri berkat usaha sendiri.
Orang lahir sebagai anak raja, anak kasta Brahmana atau Paria, dan kenyataan itu menentukan peranannya. Demikian pula seseorang yang lahir antara pria atau wanita , anak orang berkulit putih atau berkulit hitam. Individu lahir sebagai bayi, kemudian berkembang sebagai pemuda lalu menjadi bapak dan mengakhiri hidupnya sebagai kakek. Dalm tiap fase perkembangannya ia mempunyai kedudukan dan peranan tertentu.
Dalam masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi pekerjaan, luas kemungkinan untuk memperoleh keududukan berkat usaha sendiri, antara lain melalui pendidikan. Juga dalam negara kita yang merdeka ini boleh diakatakan tidak ada lagi jabatan yang ditentukan oleh keturuanan dan kebangsaan seperti dahulu terdapat pada zaman feodal-kolonial. Pada prinsipnya setia warga dapat menduduki jabatan yang setinggi-tingginya. Dalam kenyataan kelahiran seseorang menurut seks, agama, suku bangsa, status sosial, dan lain-lain masih ada pengaruhnya sekalipun tidak sesuai dengan UUD 1945. Kedudukan berdasarkan kelahiran dan usaha terdapat dalam tiap masyarakat. Makin maju suatu masyarakat makin banyak kesempatan bagi setiap orang untuk menduduki tempat tertentu, sekalipun sering melalui persaingan yang berat.
C.      Berbagai Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah
Sekolah, seperti sistem sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan kedudukan anggota dalam kelompok itu.
Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai bayangan tentang kedudukan masing-masing dalam kelompok itu. Setiap anak mempunyai gambaran tentang kedudukan ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. Demikian pula disekolah kita mempunyai bayangan tentang kedudukan kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi, pesuruh dan murid-murid sendiri serta hubungan antara berbagai kedudukan itu. Biasanya gambaran seseorang tentang berbagai kedudukan itu bercorak pribadi dan berkaitan dengan tokoh tertentu. Namun yang akan kita selidiki bukanlah yang bersifat umum. Kita ketahui kedudukan seseorang ayah pada umumnya dalam keluarga serta hubungannya hubungannya dengan kedudukan ibu, anak-anak dan pembantu, walaupun setiap ayah menjalankan peranannya dengan cara yang khas menurut pribadinya dalam keluarganya. Demikian pula dapat diselidiki kedudukan kepala sekolah pada umumnya walaupun tiap kepala sekolah mempunyai pribadi tersendiri yang unik  dan menjalankan peranannya menurut pribadi masing-masing.
Dalam mempelajari struktur sekolah akan kita selidiki berbagai jenis anggota menurut kedudukannya masing-masing dalam sistem persekolahan.
Dengan kedudukan atau posisi yang dimaksud kategori atau tempat seseorang dalam sistem klasifikasi sosial. Misalnya “anak wanita”, “pria dewasa”, “nenek” menunjukan posisi atau kedudukan dalam sistem penggolongan menurut usia jenis kelamin. Tiap individu dapat mempunyai berbagai kedudukan menurut sistem klasifikasi,  misalnya sebagai “pria dewasa”, sebagai “bapak” dalam keluarga, sebagai “pegawai” dikantor, sebagai “teman” dalam pergaulan atau permainan atau sebagai anggota golongan menengah.
Dalam tiap kedudukan individu diharapkan menunjukkan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya, dan sebagainya harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya. Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu. Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Dalam tiap kelompok orang mengenal kedudukan atau posisi masing-masing. Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi, dimasyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah diharapkan memiliki kelakuan tertentu.
Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial yakni yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara mereka, jadi mengenai kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta, dan sebagainya. Tingkat kedua berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antar murid.
D.      Kedudukan Guru dan Murid dalam Struktur Sosial Sekolah
1.      Kedudukan Guru dalam Struktur Sosial
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang baik dari kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya ditentukan oleh hubungannya dengan kepala sekolah itu. Sebagai pegawai atau bawahan ia dibawah kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh atasan Pemerintah atau yayasan. Pelanggaran dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru tidak sama. Pada umumnya dianggap bahwa kedudukan guru SMP lebih tinggi daripada guru SD akan tetapi lebih rendah daripada guru SMA. Petugas inspeksi yang mengawasi sekolah dianggap lebih tinggi pula kedudukannya daripada guru maupun kepala sekolah.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Kegagalan untuk memenuhi harapan ini akan bertentangan dengan bayangan golongan tua tentang kedudukan golongan muda.
2.      Struktur Sosial Murid-Murid di Sekolah
Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai sistem persahabatan dan hubungan-hubungan sosial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktusr sosial pada orang dewasa lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari sistem sosial dalam masyarakat.
Pada umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang guru di suatu sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam  kalangan sekolah itu saja.
Ada dua metode utama untuk mempelajari struktur informal para pelajar. Yang pertama dan yang paling banyak digunakan ialah teknik sosiometri  dalam garis besarnya kepada murid ditanyakan siapakah diantara murid-murid, satu orang atau lebih, yang paling disukainya sebagai teman belajar, menonton bioskop, diundang ke rumah atau untuk kegiatan lainnya., atau sebaliknya yang paling tidak disukainya, yang tidak dianggapnya sebagai teman. Dari hasil pertanyaan itu yang diajukan kepada setiap murid dalam kelas atau kelompok murid dapat disusun suatu diagram yang disebut sosiogram yang secara visual jelas menunjukan kedudukan seseorang dalam hubungan sosial dengan murid-murid lain. Sosiogram itu dapat segera memperlihatkan pengelompokan atau klik di kalangan murid-murid.
Metode kedua ialah metode partisipasi-observasi, yakni sambil turut berpartisispasi dalam kegiatan kelompok selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok. Melalui partisipasi itu pengamat menganalisis kedudukan setiap murid-murid lainnya di dalam kelompok itu . Seorang pengamat yang turut serta dalam kegiatan murid yang terlatih sebagai pengamat akan dapat menemukan dan merumuskan berbagai hubungan yang terdapat di antara anggota-anggota kelompok itu.
Disuatu sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar murid, antara lain :
-          Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
-          Struktur sosial berhubung dengan kurikulum.
-          Klik atau kelompok persahabatan di sekolah.
-          Hubungan antara struktur masyarakat dengan peneglompokan di sekolah.
-          Kelompok elite.
-          Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal
Murid-murid suatu kelas, yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cenderung untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam mengahdapi kelas lain, bahkan menghadapi guru misalnya dalam pertandingan dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut nama dan kehormatan kelas itu. Terhadap kelas yang lebih tinggi mereka merasa dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang pantas menunjukan rasa hormat dan patuh. Sebaliknya terhadap kelas yang lebih rendah mereka merasa sebagai atasan atau kakak yang patut dipatuhi dan disegani. Antara murid-murid yang berbeda tingkat kelasnya terdapat hubungan atasan-bawahan, super-ordinat-sub-ordinat atau kakak-adik. Murid-murid yang tinggi kelasnya mempunyai kekuasaan dan kontrol terhadap murid-murid yang kelasnya lebih rendah dan usianya lebih muda.
Kedudukan atasan dan kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh berbagai tugas kehormatan yang diberikan kepada mereka, sebagai ketua OSIS, ketua regu olahraga atau berbgai panitia, pengurus berbagai perkumpulan lainnya atau pemimpin berbagai kegiatan siswa. Dalam berbagau kegiatan sekolah senantiasa murid kelas tertinggi ditunjuk sebagai pemimpin.
Dalam tiap kelas terdapat pula macam-macam kumpulan, akan tetapi perkumpulan itu hanya terbatas pada murid-murid di kelas itu saja. Namun ada perkumpulan dan kegiatan yang melewati batas-batas kelas, misalnya regu olahraga, band musik, dan lain-lain oleh sebab murid-murid yang menonjol prestasi atau keterampilannya tersebar di semua kelas.
3.        Hubungan Guru-Murid
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
1.      Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai status yang lebih tinggi dan karena itu dapat menuntut murid untuk menunjukan kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat sekolahnya ada kemungkinan ia mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan sebagai siswa pasca sarjana ia dapat diperlakukan sebagai manusia yang matang dan dewasa., jadi banyak sedikit dengan status yang mendekati status dosen. Namun hhubungan guru-murid dari masa sebelumnya masih melekat dan masih susah dihilangkan setidaknya di negara kita ini. Guru atau dosen banyak sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu dapat berlindung di belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2.      Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan menunjukan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3.      Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur, tidka mudah tercapai kesamaan pendapat, misalnya apakah guru harus menunjukan cinta kasih kepada murid, apakah ia harus bertindak sebagai orang tua, atau sebagai sahabat. Karena sifat tak sama dalam kedudukan guru-murid, maka sukar bagi guru untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang atau sebagai teman dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan, diduga guru itu harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan murid agar ia dapat berperan sebagai model bagi muridnya.
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungannya itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di kelas yang besar.
4.        Klik di Kalangan Guru
Di kalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “klik” (clique) yang bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunya kelompok atau klik sendri untuk tujuan –tujuan yang khas bagi wanita. Klik ini lebih bersifat sosial.
Kelompok lain dibentuk berdasarkan minat profesional untuk membicarakan masalah-masalah pendidikan. kelompok profesional ini tidak dibatasi pada jenis kelamin tertentu.
Ada pula kelompok yang bersifat sosial bagi guru pria dan wanita yang berkumpul pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang menggembirakan. Kesamaan minat atau kegemaran seperti main kartu, olahraga, musik dan lain-lain, dapat menjadi dasar membentuk klik. Anggota klik biasanya guru-guru dari tingkat sekolah yang sama, misalnya guru-guru SD, SMP atau Sma. Jarang seorang guru menerobos batas-batas sekolah itu dalam pembentukan klik informal.
Faktr-faktor yang membantu pembentukan kelompok antara lai kedudukan formal yang sama, misalnya guru-guru SMP, bidang studi yang diajarkan, seperti pengajar matematika, juga faktor ekologi, yakni lokasi atau tempat tinggal yang berdekatan.
Hubungan dalam klik informal itu sering memegang peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka besar faedahnya bila kepala sekolah mengetahui tentang adanya berbagai kelompok serta hubungan antar kelompok itu, atau pertentangan diantaranya. Pengetahuan itu dapat membantu kepla sekolah untuk menggerakan seluruh staf guru untuk tujuan tertentu. Ia dapat bekerja dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini. Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang dipandangnya sebagi sahabat.
Mungkin juga terdapat persaingan antar kelompok yang dpat dimanfaatkan kepala sekolah untuk berlomba-lomba mencapai prestasi yang lebih baik. Akan tetapi persaingan antar kelompok dapat mempunya pengaruh yang merugikan.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.         Pengertian struktur sosial sekolah adalah (1) materialnya, yakni, kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan. (2) hubungan antara bagian-bagiannya, yakni apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya dan sebagainya. (3) hakikat masyarakat sekolah sebagai keseluruhan yakni cara bagian-bagian tersebut menjadi kesatuanyang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.
2.         Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat diharapkan oleh suami dari isterinya, apa yang diharapkan majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua atau guru memperlakukan anak dan sebaliknya. Peranan padalah serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu.
3.         Berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, dalam tiap kelompok orang mengenal kedudukan atau posisi masing-masing. Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi, dimasyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah diharapkan memiliki kelakuan tertentu.
4.         Kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial. Guru berkedudukan lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Kedudukan murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam  kalangan sekolah itu saja.
5.         Hubungan guru dan murid. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar, perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik.
6.         Di kalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “klik” (clique) yang bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunya kelompok atau klik sendri untuk tujuan –tujuan yang khas bagi wanita. Klik ini lebih bersifat sosial.

B.            Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan masyarakat sekolah khususnya guru dan murid memahami akan struktur sosialnya di sekolah. Karena setiap orang memiliki kedudukan dan perannya masing-masing terutama dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pengertian Struktur Sosial . [Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/pengertian-struktur-sosial.html. [3 April 2015].
Anonim. 2014. Pengertian Struktur Sosial Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://dilihatya.com/1184/pengertian-struktur-sosial-menurut-para-ahli. [3 April 2015].
Nasution, S.2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafii, Imam.  2013. Struktur Sosial Sekolah . [Online]. Tersedia: http://tammimsyafii.blogspot.com/2013/10/struktur-sosial-sekolah.html.  [3 April 2015].
Yastin. 2014. Makalah Struktur Sosial. [Online]. Tersedia: http://yastin22.blogspot.com/2014/04/makalah-struktur-sosial.html. [3 April 2015].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar