Senin, 06 April 2015

MODEL PROSES ANDRAGOGI UNTUK PEMBELAJARAN



BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pola dan Proses Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi)
Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi andragogi lebih cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa.
Pola dan proses pembelajaran bagi orang dewasa/andragogi (adult learning), khususnya bagi merekayang telah berkecimpung di tempat kerja, tentu memerlukan pola dan pendekatan yang bersifat khusus. Berdasarkan pengalaman dan teori, proses pembelajaran orang-orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Robert Pikes, Creative Training Technique, 1992) :
1.     Orang dewasa itu seperti “bayi”, hanya badannya saja yang besar.
2.    Umumnya orang dewasa “tidak akan membantah” suatu pendapat asal selaras
pemahaman dan pengalamannya sendiri.
3.    Dalam hal belajar, orang dewasa cenderung ingin cepat, mudah ,dan praktis karena pada umumnya mereka sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya sehingga sering hampir kekurangan waktu.
4.    Keberhasilan proses pembelajaran orang dewasa umumnya harus selaras dengan faktor fun and enjoyement yang  mereka peroleh dalam pelaksanaan dan pengembangannya.
5.    Di sisi lain, sebenarnya orang dewasa adalah mahluk yang cerdas dan cepat belajar asal kebutuhan itu datang dan tumbuh dari dorongannya sendiri.
6.      Secara umum, ditunjang oleh pengalaman dan tingkat kedewasaan pribadinya, orang dewasa bisa belajar dari siapa saja. Selain itu, mereka juga bisa belajar dalam suasana formal maupun informal.
7.     Karena tingkat pengetahuan dan pengalamannya, umumnya orang dewasa juga mampu belajar melalui proses analogi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agar efektif dan efisien, salah satu alternatif pola dan proses pembelajaran bagi orang dewasa sebaiknya dilakukan melalui pendekatan learning by doing / learning by experiencing.Dalam konsep di atas, proses pembelajaran dilaksanakan melalui empat tahapan sebagai berikut.
1.    Adanya Suatu Aktivitas
Para peserta terlibat secara fisik, interaktual, maupun emosional dalam upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan dalam hal yang diperlukan.
2.    Adanya Proses Diskusi
Para peserta tidak hanya belajar secara individual, tapi juga bisa belajar berkelompok sehingga akan lebih memperkaya dan menambah aspek kedalaman pemahaman aspek yang sedang dipelajari.
3.    Adanya Proses Perenungan
Secara individual, para peserta didorong untuk menginteralisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang baru saja diperoleh dalam kegiatan mereka sehari-hari.
4.    Adanya Proses Rancangan Tindak Lanjut/Penerapan
Proses ini berguna untuk melatih dan menyempurnakan proses belajar berbagai keahlian yang baru saja didapatkan para peserta.

B.            Pembelajaran bagi orang dewasa
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan. Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini untuk membantu menghasilkan belajar. Jadi arti pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil jika (orang-orang) berinteraksi dengan informasi (materi,kegiatan, pengalaman). Definisi lainpembelajaran adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga belajar.
Pembelajaran orang dewasa adalah pembelajaran untuk memahami orang dewasa dalam belajar dengan kondisi optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan ada enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :
a.    Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar dapat dikehendaki namun dapat juga tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses sosialisasi, sejak dari pengasuhan keluarga, pengaruh teman sebaya, pekerjaan, permainan, wajib militer dan media masa.
b.    Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.
c.    Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambahkan atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali pada masa dewasa.
d.   Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan biologis dan fisik dalam kepribadian, nilai peranan dan tugas yang biasanya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal. 
e.    Berkaitan dengan pengalaman dan mengalami, Belajar adalah mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar adalah melakukan.
f.     Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul dari kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang tidak dapat ditemukan.
Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.
C.           Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepatdan melekat pada ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakekatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka.
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaandiri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu
sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dan lain-lain). Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif
kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar. Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.
 Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.

D.              Tahap Proses Belajar Orang Dewasa
Melalui proses belajar, seorang pelajar yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara lahiriyah (terjadi dala pikiran orang). Proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan, yaitu :
1.         Motivasi
Motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Motivasi jangka pendek berupa minat untuk belajar pada saat itu, dan motivasi jangka panjang dapat berupa keinginan mendapat nilai ujian yang baik, berprestasi, dan sebagainya (Rooijakkersd, 1980). Untuk menumbuhkan motivasi antara lain dengan memberi niai perkembangan belajar, memberi hadiah atau pujian, memberi tahu kemajuan belajar, memberi tugas yang menantang, dan menciptakan suasana yang menyenangkan (Nasution, 1995).
2.         Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Perhatian peserta ini sangat terantung pada pembimbing.  Apabila pendidik dapat menarik perhatian peserta didik,maka perhatian mereka akan tinggi.Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan membuat variasi tempo mengajar, nada suara, gerakan, dan teknik mengajar, penyisipan istirahat sejenak pada saat tertentu, mengajukan dan menjawab pertanyaan ( Rooijakersd,1980).
3.         Menerima dan Mengingat
Ada bebapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan yaitu :
a.    Struktur
Penjelasan pendidik akan mudah diterima dan diingat oleh peserta didik, jika mempunyai stuktur yang jelas.
b.    Makna
Jika suatu pelajaran ada hubungannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, maka pelajaran itu akan lebih bermakna, dan akan lebih mudah diterima dan diingat.
c.    Pengulangan
Pengulangan suatu pelajaran akan meningkatkan daya ingat peserta didik.
d.   Interverensi
Interverensi adalah kekalutan dalam pikiran seseorang yang sedang belajar akibat terlalu banyak menerima pelajaran, sehingga pelajaran tersebut menjadi berdesak-desak dalam pikirannya. Interverensi dapat dicegah dengan memberikan tidak terlalu banyak bahan pelajaran, menjelaskan struktur pelajaran, mmberikan istirahat singkat, dan menggambarkan bagan.
e.    Reproduksi
Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara mengesankan. Karena informasi yang makin mengesankan, maka akan lebih mudah diproduksi.
f.     Generalisasi
Peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas.
4.         Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Bentuk tes bermacam-macam, dapat secara tertulis seperti esai (essay), pilihan ganda (multiple choice), memasangkan (maching), benar-salah (true-false), dan isian, dapat pula secara lisan. Selanjutnya pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa jauh ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.

E.Model-model Pembelajaran OrangDewasa
Sesuai dengan karakteristik orang dewasa, maka pembelajarannya juga memerlukan karakteristik yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran orang dewasa yaitu :
a.       Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan
Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan partisipatori andragogi melalui daur pengalaman struktur. Model pembelajaran ini merupakan proses membantu belajar orang dewasa secara analisis dan partisipasif .

b.      Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model)
Menghadapkan peserta belajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka-teki.Fase operasional pengumpulan data untuk verifikasi, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian-serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen mengenai lingkungan situasi masalah.
Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi.Peserta belajar menyadap informasi dari pengumpulan data mereka dan menjelaskan masalah sebaik mungkin.Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini ialah pada konsekuensi strategi tertentu. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan dan mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yang relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. 
c.       Model Pembelajaran Advance Organizer
Advance Organizer ialah materi pengenalan yang disajikan lebih dahulu dari tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya ialah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari lebih dahulu, disamping juga untuk membantu peserta belajar membedakan materi baru dari materi pembelajaran yang telah diberikan. Organisasi yang paling efektif adalah materi yang menggunakan konsep, istilah dan dalil yang telah dikenal oleh warga belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi.
Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat juga film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar ialah untuk menghayati informasi, untuk mengingat gagasan sentral dan mungkin juga fakta kunci.Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran kepada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi perkenalan dalam bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat digunakan untk mengaitkan data baru yang relevan.
d.      Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Pembelajaran model pemerolehan konsep mencakup penganalisisan proses berpikir dan diskusi mengenai atribut perolehan konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada model dasar yang melibatkan lebih banyak peserta belajar berpartisipasi dan mengendalikan diskusi serta lebih banyak materi yang kompleks.Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi dari teori tentang konsep.Inilah yang membedakan antara model perolehan konsep yang asli dengan perlombaan menebak.
F.             Implikasi Konsep Andragogi Dalam Pembelajaran
Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telahdicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasibelajar. Konsep Andragogi didasarkan pada sedikitnya 4 asumsi tentang karakteristik warga belajar yang berbeda dari asumsi yang mendasari pedagogi tradisional,yaitu:
1) konsep diri mereka bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri.
2) Mereka  telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selau bertambah yang menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
 3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka.
4) Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari pengetahuan yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada mata pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan.
Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan Iklim Belajar yang Kondusif
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran model Andragogi langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menyiapkan iklim belajar yang kondusif. Ada tiga hal yang perlu disiapkan agar tercipta iklim belajar yang kondusif itu. Pertama, penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara yang segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk di sini adalah kemudahan memperoleh sumber-sumber belajar baik yang bersifat materi seperti buku maupun yang bukan bersifat materi seperti bertemu dengan fasilitator. Kedua, penataan iklim yang bersifat hubungan manusia dan psikologis seperti terciptanya suasana atau rasa aman, saling menghargai, dan saling bekerjasama. Ketiga, penataan iklim organisasional yang dapat dicapai melalui kebijakan pengembangan SDM, penerapan filosofi manajemen, penataan struktur organisasi, kebijakan finansial, dan pemberian insentif.
2. Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama
Perencanaan pembelajaran dalam model Andragogi dilakukan bersama antara fasilitator dan peserta didik. Dasarnya ialah bahwa peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap keputusan dan kegiatan bersama apabila peserta didik terlibat dan berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
3. Menetapkan Kebutuhan Belajar
       Dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu diketahui lebih dahulu kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk mengetahui kebutuhan belajar ini adalah dengan model kompetensi dan model diskrepensi. Model kompetensi dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai cara seperti penyusunan model peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat organisasi dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis sistem, analisis performan, dan analisis berbagai dokumen seperti deskripsi tugas, laporan pekerjaan, penilaian pekerjaan, analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat masyarakat dapat digunakan berbagai informasi yang berasal dari penelitian para ahli, laporan statistik, jurnal, bahkan buku, dan monografi. Model dikrepensi, adalah mencari kesenjangan. Kesenjangan antara kompetensi yang dimodelkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh peseta didk. Peseta didik perlu melakukan self assesment.
4. Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program
Tujuan pembelajaran ini akan menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan. Banyak terjadi kontroversi dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini karena perbedaan teori atau dasar psikologi yang melandasinya. Pada model Andragogi lebih dipentingkan terjadinya proses self-diagnosed needs.
5.    Merancang Pola Pengalaman Belajar
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu disusun pola pengalaman belajarnya atau rancangan programnya. Dalam konsep Andragogi, rancangan program meliputi pemilihan problem areas yang telah diidentifikasi oleh peserta didik melalui self-diagnostic, pemilihan format belajar (individual, kelompok, atau massa) yang sesuai, merancang unit-unit pengalaman belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi, serta mengurutkannya dalam urutan yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik dan prinsip estetika. Rancangan program dengan menggunakan model pembelajaran Andargogi pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-directed learning dan oleh karena itu rancangan program tidak lain adalah preparat tentang learning-how-to-learn activity.
6.      Melaksanakan Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar)
Catatan penting pertama untuk melaksanakan program kegiatan belajar adalah apakah cukup tersedia sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan membelajarkan dengan menggunakan model Andragogi. Proses pembelajaran Andragogi adalah proses pengembangan sumberdaya manusia. Peranan yang harus dikembangkan dalam pengembangan sumberdaya manusia adalah peranaan sebagai administrator program, sebagai pengembang personel yang mengembangkan sumberdaya manusia. Dalam konteksi pelaksanaan program kegiatan belajar perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan berbagai  teknik untuk membantu orang dewasa belajar dan yang berkaitan dengan berbagai bahan-bahan dan alat-alat pembelajaran.
7.      Mengevaluasi Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar Proses pembelajaran model Andragogi diakhiri dengan langkah mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi merupakan pekerjaan yang harus terjadi dan dilaksanakan dalam setiap proses pembelajaran. Tidak ada proses pembelajaran tanpa evaluasi. Proses evaluasi dalam model pembelajaran Andragogi bermakna pula sebagai proses untuk merediagnosis kebutuhan belajar.

G.    Pengaruh Penurunan Faktor Fisik dalam Belajar
Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education). Namun, ada korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan. Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
a.    Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang
dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
b. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat
dilihat secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan.
c.       Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
d. Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat peraga.
e.  Pendengaran atau kemampuan menerima suara mengurangdengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya.Pria cenderung lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita.Hanya 11 persen dari orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran.Sampai 51 persen dari orang yang berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran.
f. Pembedaan bunyi atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, bicara orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkapnya, dan bunyi sampingan dan suara di latar belakangnya bagai menyatu dengan bicara orang. Makin sukar pula membedakan bunyi konsonan seperti t, g, b, c, dan d


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran orang dewasa adalah pembelajaran untuk memahami orang dewasa dalam belajar dengan kondisi optimum bagi orang dewasa tersebut.Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.
Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada mereka.
B.     Saran
Dengan adanya pendidikan bagi orang dewasa atau andragogi ini diharapkan dapat membantu dan memotivasi orang dewasa untuk terus belajar dan terus belajar hingga akhir hayat

DAFTAR PUSTAKA

Suprijanto. 2005. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi aksara

Khairunnisah. 2011.Bagaimana Proses Belajar pada Orang Dewasa (Andragogi). [Online]. Tersedia : http://1010kn.blogspot.com/2011/05/bagaimana-proses-belajar-pada-orang-dewasa.html.

Narno. 2012.Pola Dan Proses Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi). [Online]. Tersedia : http://narno3.blogspot.com/2012/pola -dan-proses-pembelajaran-orang dewasa.html [15 September 2014].

Widya.2014.Andragogi .[Online].Tersedia:http://elpramwidya.wordpress/andragogi.com[ 15September 2014 ]