Kamis, 20 Juni 2019

STRATIFIKASI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Stratifikasi sosial itu merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari, artinya terdapat pada setiap masyarakat. Selanjutnya pandangan mengenai pendidikan, keperluan akan pendidikan dan dorongan serta cita-cita dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pendidikan, diwarnai oleh stratifikasi sosial. Di lain pihak, sistem pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui fungsi seleksi, alokasi dan distribsi yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya stratifikasi sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung sistem pendidikan bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan adanya sistem stratifikasi sosial.
Meskipun stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Namun, sebagai konsekuensinya terbuka pula kesempatan untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik turun tangga pelapisan sosial ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.
Text Box: 1Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering kali memilki jumlah penghasilan yang relatif sama. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya, Orang-orang yang berasal dari lapisan sosial rendah misalnya, biasanya lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun. Ada kecenderungan yang kuat, kelompok yang berasal dari lapisan rendah atau masyarakat miskin biasansya lebih menarik diri dari tata karma umum, mereka mengembangkan subkultur tersebut yang seringkali berlawanan dengan subkultur  kelas sosial di atasnya. Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya system berlapis-lapis dalam maysarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam agama, atau keturunan keluarga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan rendah.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan konsep stratifikasi sosial?
2.         Bagaimana terjadinya stratifikasi sosial?
3.         Apa dasar ukuran stratifikasi sosial?
4.         Bagaimana bentuk-bentuk stratifikasi sosial?
5.         Bagaimana sifat sistem stratifikasi sosial?
6.         Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
7.         Apa saja fungsi stratifikasi sosial?
8.         Apa saja faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial?
9.         Apa saja pengaruh stratifikasi sosial?
10.     Bagaimana hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial?

C.    Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui konsep stratifikasi sosial
2.         Untuk mengetahui terjadinya stratifikasi sosial
3.         Untuk mengetahui ukuran stratifikasi sosial
4.         Untuk mengetahui bentuk-bentuk stratifikasi sosial
5.         Untuk mengetahui sifat sistem stratifikasi sosial
6.         Untuk mengetahui unsur-unsur stratifikasi sosial
7.         Untuk mengetahui fungsi stratifikasi sosial
8.         Untuk mengetahui faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial
9.         Untuk mengetahui pengaruh stratifikasi sosial
10.     Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial
D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, bab I berisi pendahuluan terdiri dari latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan. Bab II berisi pembahasan yang terdiri dari konsep stratifikasi sosial, terjadinya stratifikasi sosial, dasar ukuran stratifikasi sosial, bentuk-bentuk stratifikasi sosial, sifat sistem stratifikasi sosial, unsur-unsur stratifikasi sosial, fungsi stratifikasi sosial, faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial, pengaruh stratifikasi sosial, hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial. Bab III berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.


E.      
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Stratifikasi Sosial
Kata Stratifikasi sosial berasal dari bahasa Latin, yakni stratum yang berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat. Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Stratifikasi diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise.
Adapun pengertian stratifikasi sosial menurut ahli, sebagai berikut:
1.       Robert M. Z. Lawang
Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan prestise.
2.       Horton dan Hunt
Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
3.       Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
4.       Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai.
5.       Astrid S. Susanto
Staratifikasi sosial adalah hasil kebiasaan hubungan antar manusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang setiap saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang secara vertikal maupun horisontal dalam masyarakatnya.

B.     Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
1.      Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
2.      Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.

C.    Dasar Ukuran Stratifikasi Sosial
Dasar yang biasa digunakan untuk menggolongkan suatu masyarakat menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas. Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati masyarakat daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot rumah yang besar dan mewah, jenis mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk kepemilikan tanah yang luas, dan nilai pembayaran pajak yang umumnya besar. Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang tersebut pada lapisan masyarakat atas.
2.      Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap orang lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan atau posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki, kepandaian, bahkan kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati strata yang tinggi dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
3.      Keturunan
Dalam masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan akan menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut dengan ungkapan orang berdarah biru.
4.      Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan rendah ataupun buta huruf. Mereka yang termasuk golongan ini adalah para peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet dan sebagainya.

D.    Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Perkembangan zaman yang senantiasa berubah, sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai pun berubah. Perubahan tersebut lah yang menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi semakin beragam. Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut:
1.      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut:
a.       Kelas Sosial Atas
b.      Kelas Sosial Menengah
c.       Kelas Sosial Bawah
2.      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial.
3.      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Status sosial yang berdasarkan kriteria politik merupakan penggolongan anggota masyarakat berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan yang dimiliki, maka semakin tinggi pula statusnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
4.      Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.

E.     Sifat Sistem Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, apabila dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Sistem stratifikasi sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan sosial yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah. Dalam sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak mudah untuk melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik naik maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan mobilitas yang bersifat horizontal.
Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta tertentu sangat sulit, bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas sangat sulit untuk pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada pelanggaran berat yang dilakukan oleh anggota tersebut.

2.      Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Sistem stratifikasi sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang untuk pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah sesuai dengan kecakapan, perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka yang tidak beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Pada sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat, untuk dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang tertutup.
Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan social yang bersifat terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa faktor berikut ini.
a.       Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat), perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku bangsa.
b.      Pembagian Tugas (Spesialisasi), spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
c.       Kelangkaan Hak dan Kewajiban, apabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
3.      Stratifikasi sosial campuran
Dua sifat utama dari stratifikasi sosial telah dikemukakan di atas, yakni terbuka dan tertutup. Walaupun demikian, dalam kenyataan sehari-hari stratifikasi sosial dalam masyarakat tidak hanya selalu bersifat terbuka atau tertutup, akan tetapi juga bersifat campuran (gabungan) di antara keduanya.

Dalam masyarakat terdapat unsur-unsur yang menggabungkan antara sifat yang terbuka dan tertutup. Misalnya dalam suatu kelompok mungkin dalam sistem politiknya menerapkan sistem stratifikasi sosial tertutup, namun dalam bidang-bidang atau unsur-unsur sosial lainnya seperti ekonomi, budaya, dan lain-lain menggunakan sistem stratifikasi sosial terbuka. Contohnya dalam masyarakat Bali. Dalam bidang budaya dikenal sistem atau budaya kasta yang tertutup dan tidak memungkinkan anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya. Namun di bidang lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat Bali tidak mengenal kasta dan bersifat terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan sosial yang dimiliki oleh anggota masyarakat tegantung pada kemampuan dan kecakapannya.

F.     Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Dalam suatu masyarakat, stratifikasi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan (role).
1.      Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana seseorang menjalankan kewajibankewajiban dan berbagai aktivitas lain, yang sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan. Dengan kata lain status merupakan posisi sosial seseorang dalam suatu hierarki. Ada beberapa kriteria penentuan status seperti dikatakan oleh Talcott Parsons, yang menyebutkan ada lima kriteria yang digunakan untuk menentukan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi, pemilikan, dan otoritas.
Sementara itu, Ralph Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat kita mengenal tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
a.       Ascribed Status
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang tanpa usaha tertentu. Status sosial ini biasanya diperoleh karena warisan, keturunan, atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari lingkungan bangsawan, tanpa harus berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki status sebagai bangsawan.
b.      Achieved Status
Status ini diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya seseorang dapat menjadi hakim setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang memerlukan usaha-usaha tertentu.
c.       Assigned Status
Assigned status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh orang atau kelompok tersebut. Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru atau adipura, dan lainnya.
2.      Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Dalam kehidupan di masyarakat, peranan diartikan sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status, dan tidak ada status tanpa peranan.
Interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Ada tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu sebagai berikut.
a.       Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
b.      Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c.       Peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Setiap manusia memiliki status atau kedudukan dan peranan sosial tertentu sesuai dengan struktur sosial dan pola-pola pergaulan hidup di masyarakat. Dalam setiap struktur, ia memiliki kedudukan dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Kedudukan dan peranan mencakup tiap-tiap unsur dan struktur sosial. Jadi, kedudukan menentukan peran, dan peran menentukan perbuatan (perilaku). Dengan kata lain, kedudukan dan peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat, serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin banyak kedudukan dan peranan seseorang, semakin beragam pula interaksinya dengan orang lain. Interaksi seseorang berada dalam struktur hierarki, sedangkan peranannya berada dalam setiap unsur-unsur social tadi. Jadi hubungan antara status dan peranan adalah bahwastatus atau kedudukan merupakan posisi seseorang dalam struktur hierarki, sedangkan peranan merupakan perilaku actual dari status.

G.    Fungsi Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial dalam masyarakat memiliki beberapa fungsi yaitu:
1.      Alat bagi masyarakat untuk menjalankan tugas-tugas pokok
2.      Pelapisan sosial dapat menyusun dan mengatur serta mengawasi hubungan-hubungan diantara anggota masyarakat.
3.      Pelapisan sosial mempunyai fungsi pemersatu dengan mengkoordinasikan unit-unit yang ada dalam stratifikasi sosial.
4.      Pelapisan sosial memudahkan manusia untuk saling berhubungan diantara mereka.
5.      Memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajibannya yang sesuai dengan kedudukan serta perannya.
6.      Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan atau pangkat atau kedudukan seseorang.
7.      Sistem tingkatan pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan atau gelar atau kebangsawanan dan sebagainya.

H.    Faktor-faktor munculnya Stratifikasi Sosial
Munculnya lapisan sosial dalam masyarakat merupakan gejala umum dalam kehidupan masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan munculnya stratifikasi sosial antara lain sebagai berikut:
1.      Munculnya lapisan sosial dalam masyarakat didasarkan pada adanya pertentangan dan pembedaan. Yang kaya dibedakan dengan yang miskin, yang pintar dibedakan dengan yang bodoh, pejabat dibedakan dengan rakyat jelata, selain membedakan, masyarakat cenderung mempertentangkannya.
2.      Tidak adanya keseimbangan dalam pembagian atau distribusi hak dan kewajiban, hak-hak istimewa (penghasilan, kekayaan, ilmu) dimiliki oleh hanya segelintir orang atau kelompok tertentu. Adanya polarisasi hak-hak istimewa tersebut memunculkan penghargaan kelompok masyarakat yang lebih pada individu atau kelompok yang memiliki berbagai hak istimewa tersebut. Dengan demikian, kelompok tersebut berada pada lapisan yang lebih tinggi daripada masyarakat lain, dan memiliki prestise yang lebih sehingga mereka cenderung untuk bergaul dengan sesamanya.
3.      Kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa tersebut biasanya menggunakan lambang-lambang yang menjadi simbol kedudukan, lambang tersebut baik berupa pakaian, tingkah laku, rumah, keanggotaan pada suatu organisasi.

I.       Pengaruh Stratifikasi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, stratifikasi sosial sangatlah berpengaruh. Stratifikasi sosial (Pelapisan sosial) sudah mulai dikenal sejak manusia menjalin kehidupan bersama. Terbentuknya pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun, baik secara perorangan maupun kelompok. Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya masih sederhana, maka pelapisan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas, sedangkan masyarakat modern memiliki pelapisan sosial yang kompleks dan tajam perbedaannya.
Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai. Mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, atau tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunan keluarga terhormat. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akan dianggap sebagai orang yang menduduki pelapisan atas. Sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap oleh masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam pelapisan sosial dilihat dari ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dilihat dari ukuran itu, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti adanya perbedaan gaya hidup dan perlakuan dari masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki pelapisan tertentu. Stratifikasi sosial juga menyebabkan adanya perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam strata sosial tertentu berdasarkan kekuasaan, privilese dan prestise. Dalam lingkungan masyarakat dapat terlihat perbedaan antara individu, atau satu keluarga lain, yang dapat didasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki. Yang kaya ditempatkan pada lapisan atas dan miskin pada lapisan bawah. Atau mereka yang berpendidikan tinggi berada dilapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan bawah. Dari perbedaan lapisan sosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini tentu merupakan masalah sosial dalam masyarakat.
Perbedaan sikap tersebut tercermin dari gaya hidup seseorang sesuai dengan strata sosialnya. Pola gaya hidup tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, tempat tinggal, cara berbicara, pemilihan tempat pendidikan, hobi dan tempat rekreasi. Jika dilihat dari cara berpakaian, seseorang yang tergolong dalam strata sosial atas dapat dilihat dari gaya busananya. Biasanya orang-orang kelas atas menggunakan busana dan aksesoris lain, seperti sepatu,tas, jam tangan yang bermerek dan dari luar negeri. Sedangkan mereka yang termasuk strata sosial menengah ke bawah, lebih memilih menggunakan barang-barang produksi dalam negeri. Begitupun dengan tempat tinggal dan gaya berbicara. Pada umumya masyarakat kelas atas akan membangun rumah yang besar dan mewah dengan gaya arsitektur yang indah. Masyarakat kelas atas lebih menyukai tinggal dikawasan elite dan apartemen mewah yang dilengkapi dengan fasilitas modern. Sedangkan masyarakat yang tergolong strata menengah lebih memilih bentuk dan tipe rumah yang sederhana bahkan ada juga yang tinggal di rumah susun. Cara berbicara pun akan berbeda. Orang-orang yang tergolong strata atas akan berbeda dengan orang-orang yang berada dalam strata bawah. Mereka yang termasuk dalam golongan strata atas memiliki gaya berbicara yang beradaptasi dengan istilah-istilah asing serta penuh dengan kesopanan. Sedangkan orang-orang yang berada dalam strata bawah terkadang suka berbicara yang tidak terlalu memperhatikan etika.
Dikarenakan Indonesia tidak bisa lepas dari kecenderungan stratifikasi sosial yang memunculkan berbagai macam dampak terhadap kehidupan masyarakat dimana memiliki nilai positif maupun nilai negatif dalam perkembangan pandanan hidup. Kembali dalam penegasan pengertian stratifikasi sosial yaitu pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal (bertingkat), yang di wujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Berikut merupakan penguruh positif dan negatif dari adanya stratifikasi sosial:
1.      Pengaruh Positif
a.       Adanya kemauan dari setiap individu di dalam masyarakt untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi, bekerja keras. Sebagai contoh seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
b.      Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan masyarakata di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangakan kesenjangan sosial
2.      Pengaruh Negatif
Pada aspek negative ada tiga dampak negative stratifikasi social, yaitu:
a.       Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b.      Konflik antarkelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c.       Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.

Setiap bentuk stratifikasi yang ada dalam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan mempunyai konsekuensi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi sosial, yaitu:
1.      Timbulnya Kelas Sosial
Stratifikasi sosial menggolong-golongkan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial atas akan mengembangkan pola-pola tertentu dan akan sangat membatasi anggotanya agar berbeda dari kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok yang ada di bawahnya akan berusaha meniru kelompok sosial yang berada di atasnya. Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang mempunyai kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.

2.      Kesenjangan Sosial
Konsekuensi lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan menjadi kelompok yang terpinggirkan.

3.      Polarisasi Power
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang berlawanan, sedangkan power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara bebas polarisasi power dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan. Dalam hal ini, pembagian masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah yang tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok masyarakat tersebut yang saling berlawanan.

J.      Hubungan Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
Terdapat beberapa hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial, diantaranya:
1.   Tingkat pendidikan dan tingkat golongan sosial
Dalam berbagai studi tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yag tinggi antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada, mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan tinggi. Soalnya hanya universitas mana dan jurusan apa disamping tentunya kemampuan dan kemauan anak. Sebaliknya, orang tua yang tidak mampu tidak akan mengharapkan pendidikan yang demikian tinggi, cukuplah bila anak itu menyelesaikan SD paling-paling SMP.
Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki perguruan tinggi adalah kurangnya perhatian akan pendidikan di kalangan orang tua. Banyak anak-anak golongan ini yang berhasrat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan biaya. Banyak pula anak-anak yang putus sekolah karena alasan finansial. Pendidikan memerlukan uang, tidak hanya untuk uang sekolah akan tetapi juga untuk pakaian, buku dll.
2.   Golongan sosial dan jenis pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan  perguruan tinggi pada umumnya mahal sehingga tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya. Pada umumnya, anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat bahwa sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah kejuruan.
Demikian pula, mata pelajaran yang berkaitan dengan perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi pula, misalnya matematika dan fisika dipandang lebih tinggi daripada olahraga atau yang lainnya.
3.   Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat, namun sekarang tanpa keturunan yang baikpun seseorang dapat melakukan mobilitas sosial yang diantaranya adalah melalui pendidikan.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga kelas sosial, yaitu: Masyarakat yang terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Selain itu juga stratifikasi mempunyai dampak negatif dan positif. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial sudah mulai dikenal sejak manusia menjalin kehidupan bersama. Terbentuknya pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun, baik secara perorangan maupun kelompok. Pengaruh stratifikasi sosial mencakup pada berbagai aspek kehidupan, termasuk didalamnya dunia pendidikan, karena pendidikan merupakan awal dari kegiatan belajar dan sosial.

B.     Saran
Melalui penyusunan makalah ini, semoga menjadikan sebuah sumber ilmiah yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengkaji mengenai masalah yang diangkat pada makalah ini, diharapkan semua pihak yang membaca dapat mengambil manfaatnya.



DAFTAR PUSTAKA

---------------. 2013. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-stratifi kasi-sosial-menurut.html. [24 Februari 2015].
Wrahatnala, Bondet. 2013. Stratiftikasi Sosial Terbuka, Tertutup dan Campuran. [Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/02/sifat-sifat-stratifikasi-sosial.html. [20 Februari 2015].
--------------. 2013. Stratifikasi Sosial Terbuka Tertutup dan Campuran. [Online]. Tersedia: http://drzpost.com/reading-193-Stratifikasi-Sosial-Terbuka,-Tertutup-dan-Campuran.html. [20 Februari 2015].
Wrahatnala, Bondet. 2013. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial. [Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/02/unsur-unsur-stratifikasi-sosial. html. [24 Februari 2015]
--------------. 2011. Dampak Stratifikasi Sosial dalam kehidupan masyarakat. [Online]. Tersedia: https://wikanpre.wordpress.com/2011/12/17/dam pak-stratifikasi-sosial-dalam-kehidupan-masyarakat/. [25 Februari 2015].
Zulkipli, Arief. 2010. Konsep Stratifikasi Sosial. [Online]. Tersedia: http://sosiotekno.blogspot.com/2010/11/konsep-stratifikasisosial.html. [20 Februari 2015].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar