BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Stratifikasi
sosial itu merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari, artinya terdapat
pada setiap masyarakat. Selanjutnya pandangan mengenai pendidikan, keperluan
akan pendidikan dan dorongan serta cita-cita dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan pendidikan, diwarnai oleh stratifikasi sosial. Di lain pihak, sistem
pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui fungsi seleksi,
alokasi dan distribsi yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya
stratifikasi sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung sistem
pendidikan bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan
adanya sistem stratifikasi sosial.
Meskipun
stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha
naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Namun, sebagai konsekuensinya terbuka
pula kesempatan untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik turun
tangga pelapisan sosial ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam masyarakat
yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.
Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang
berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering kali memilki jumlah penghasilan
yang relatif sama. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama.
Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan
sosial, biasanya
semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya, Orang-orang yang
berasal dari lapisan sosial rendah misalnya, biasanya lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun. Ada
kecenderungan yang kuat, kelompok yang berasal dari lapisan rendah atau
masyarakat miskin biasansya lebih menarik diri dari tata karma umum, mereka
mengembangkan subkultur tersebut yang seringkali berlawanan dengan
subkultur kelas sosial di atasnya. Sebab asasi
mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan,
tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan
berbagai kriteria. Artinya
menganggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya system
berlapis-lapis dalam maysarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau
benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam
agama, atau keturunan keluarga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki
sesuatu yang dihargai tersebut, akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan rendah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan konsep stratifikasi sosial?
2.
Bagaimana terjadinya stratifikasi
sosial?
3.
Apa dasar ukuran stratifikasi sosial?
4.
Bagaimana bentuk-bentuk stratifikasi
sosial?
5.
Bagaimana sifat sistem stratifikasi
sosial?
6.
Apa saja unsur-unsur stratifikasi
sosial?
7.
Apa saja fungsi stratifikasi sosial?
8.
Apa saja faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial?
9.
Apa saja pengaruh
stratifikasi sosial?
10. Bagaimana hubungan pendidikan dengan stratifikasi
sosial?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui konsep
stratifikasi sosial
2.
Untuk mengetahui terjadinya
stratifikasi sosial
3.
Untuk mengetahui ukuran stratifikasi
sosial
4.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
stratifikasi sosial
5.
Untuk mengetahui sifat sistem stratifikasi
sosial
6.
Untuk mengetahui unsur-unsur
stratifikasi sosial
7.
Untuk mengetahui fungsi stratifikasi sosial
8.
Untuk mengetahui faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial
9.
Untuk mengetahui pengaruh
stratifikasi sosial
10.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan
stratifikasi sosial
D.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini
terdiri dari tiga bab, bab I berisi pendahuluan terdiri dari latar belakang
penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, dan sistematika
penulisan. Bab II berisi pembahasan yang terdiri dari konsep stratifikasi
sosial, terjadinya stratifikasi sosial, dasar ukuran
stratifikasi sosial, bentuk-bentuk
stratifikasi sosial, sifat sistem
stratifikasi sosial, unsur-unsur
stratifikasi sosial, fungsi stratifikasi sosial, faktor-faktor munculnya stratifikasi sosial, pengaruh
stratifikasi sosial, hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial.
Bab III berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.
E.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Stratifikasi Sosial
Kata Stratifikasi sosial berasal dari bahasa Latin, yakni stratum
yang berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau
masyarakat. Stratifikasi sosial adalah
tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Stratifikasi sosial berasal dari
kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat. Stratifikasi sosial
adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan menimbulkan
stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Perwujudan dari adanya stratifikasi
sosial atau pelapisan sosial adalah adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan
atau kelas.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Stratifikasi diartikan sebagai pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa, dan prestise.
Adapun pengertian stratifikasi sosial menurut ahli, sebagai
berikut:
1. Robert M. Z. Lawang
Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan prestise.
2. Horton dan Hunt
Stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status
yang berlaku dalam suatu masyarakat.
3. Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
4. Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada
kelas sosial yang sesuai.
5. Astrid S. Susanto
Staratifikasi sosial adalah hasil kebiasaan hubungan
antar manusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang setiap saat
mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang secara vertikal
maupun horisontal dalam masyarakatnya.
B.
Terjadinya
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi
sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
1.
Terjadinya secara
otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya,
kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan
seseorang dalam masyarakat.
2. Terjadi
dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan,
partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.
C.
Dasar Ukuran
Stratifikasi Sosial
Dasar yang biasa digunakan untuk menggolongkan suatu
masyarakat menurut stratifikasi sosial atau pelapisan sosial antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Kekayaan
Seseorang
yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas.
Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati
masyarakat daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk
menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot
rumah yang besar dan mewah, jenis mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk
kepemilikan tanah yang luas, dan nilai pembayaran pajak yang umumnya besar.
Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang tersebut pada lapisan masyarakat
atas.
2. Kekuasaan
Kekuasaan
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap orang
lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan
atau posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki,
kepandaian, bahkan kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati
strata yang tinggi dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
3. Keturunan
Dalam
masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan
akan menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di
masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, Tengku di
masyarakat Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut dengan ungkapan orang
berdarah biru.
4. Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang
yang memiliki keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan penghargaan yang
lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki keahlian dan berpendidikan
rendah ataupun buta huruf. Mereka yang termasuk golongan ini adalah para
peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet dan sebagainya.
D.
Bentuk-bentuk
Stratifikasi Sosial
Terbentuknya
stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai
dan dianggap bernilai. Perkembangan zaman yang senantiasa berubah, sesuatu yang
dihargai dan dianggap bernilai pun berubah. Perubahan tersebut lah yang
menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi semakin beragam. Secara garis besar
bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut:
1. Stratifikasi
Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Dalam
stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam
ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum
klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut:
a. Kelas
Sosial Atas
b. Kelas
Sosial Menengah
c. Kelas
Sosial Bawah
2. Stratifikasi
Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi
sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam
kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu,
anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati
kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki
kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang
tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan
sosial.
3. Stratifikasi
Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Status sosial
yang berdasarkan kriteria politik merupakan penggolongan anggota masyarakat
berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimiliki. Semakin besar kekuasaan yang
dimiliki, maka semakin tinggi pula statusnya di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan
masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu
elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok
lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa
atau kelompok terdominasi (terkuasai).
4. Stratifikasi
Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan
Antara kelas
sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai
pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan
juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya
pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
E.
Sifat Sistem
Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono
Soekanto, apabila dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Stratifikasi
Sosial Tertutup (Closed Social
Stratification)
Sistem
stratifikasi sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan
seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan sosial yang lainnya, baik
ke atas maupun ke bawah. Dalam sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk
menjadi anggota dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan
kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu strata tidak
mudah untuk melakukan mobilitas atau gerak sosial yang bersifat vertikal, baik
naik maupun turun. Dalam hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan
mobilitas yang bersifat horizontal.
Salah satu
contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat
Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati kasta tertentu sangat sulit,
bahkan tidak bisa pindah ke kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas
sangat sulit untuk pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada
pelanggaran berat yang dilakukan oleh anggota tersebut.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open
Social Stratification)
Sistem
stratifikasi sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang untuk
pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah
sesuai dengan kecakapan, perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka
yang tidak beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Pada
sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang lebih besar kepada setiap
anggota masyarakat, untuk dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang
tertutup.
Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan social
yang bersifat terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial,
baik horizontal maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan
pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem
stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa faktor
berikut ini.
a. Perbedaan
Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat), perbedaan ini menyangkut warna
kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku bangsa.
b. Pembagian
Tugas (Spesialisasi), spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi
stratifikasi dan kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
c. Kelangkaan
Hak dan Kewajiban, apabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang
akan terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di dalam
masyarakat.
3. Stratifikasi sosial campuran
Dua sifat utama dari stratifikasi
sosial telah dikemukakan di atas, yakni terbuka dan tertutup.
Walaupun demikian, dalam kenyataan sehari-hari stratifikasi sosial dalam
masyarakat tidak hanya selalu bersifat terbuka atau tertutup, akan tetapi juga
bersifat campuran (gabungan) di antara keduanya.
Dalam
masyarakat terdapat unsur-unsur yang menggabungkan antara sifat yang terbuka
dan tertutup. Misalnya dalam suatu kelompok mungkin dalam sistem politiknya
menerapkan sistem stratifikasi sosial tertutup, namun dalam bidang-bidang atau
unsur-unsur sosial lainnya seperti ekonomi, budaya, dan lain-lain menggunakan
sistem stratifikasi sosial terbuka. Contohnya dalam masyarakat Bali. Dalam
bidang budaya dikenal sistem atau budaya kasta yang tertutup dan tidak
memungkinkan anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya. Namun di bidang
lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat Bali tidak mengenal kasta dan
bersifat terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan sosial yang dimiliki oleh
anggota masyarakat tegantung pada kemampuan dan kecakapannya.
F.
Unsur-Unsur
Stratifikasi Sosial
Dalam suatu
masyarakat, stratifikasi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu kedudukan
(status) dan peranan (role).
1. Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan
adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana seseorang menjalankan
kewajibankewajiban dan berbagai aktivitas lain, yang sekaligus merupakan tempat
bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan. Dengan kata lain status
merupakan posisi sosial seseorang dalam suatu hierarki. Ada beberapa kriteria
penentuan status seperti dikatakan oleh Talcott Parsons, yang menyebutkan ada
lima kriteria yang digunakan untuk menentukan status atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi, pemilikan, dan
otoritas.
Sementara
itu, Ralph Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat kita mengenal
tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
a. Ascribed
Status
Ascribed
status merupakan status yang diperoleh seseorang tanpa usaha tertentu. Status
sosial ini biasanya diperoleh karena warisan, keturunan, atau kelahiran.
Contohnya seorang anak yang lahir dari lingkungan bangsawan, tanpa harus
berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki status sebagai bangsawan.
b. Achieved
Status
Status ini
diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini
diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak
diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya
seseorang dapat menjadi hakim setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum
dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang memerlukan usaha-usaha tertentu.
c. Assigned
Status
Assigned status
adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak lain.
Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh orang atau kelompok
tersebut. Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru atau
adipura, dan lainnya.
2. Peranan (Role)
Peranan
merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Dalam kehidupan di masyarakat,
peranan diartikan sebagai perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status
dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status, dan
tidak ada status tanpa peranan.
Interaksi
sosial yang ada di dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan
individu dalam masyarakat. Ada tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu
sebagai berikut.
a. Peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat.
b. Peranan
merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan
merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Setiap manusia memiliki status atau kedudukan dan
peranan sosial tertentu sesuai dengan struktur sosial dan pola-pola pergaulan
hidup di masyarakat. Dalam setiap struktur, ia memiliki kedudukan dan
menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Kedudukan dan
peranan mencakup tiap-tiap unsur dan struktur sosial. Jadi, kedudukan
menentukan peran, dan peran menentukan perbuatan (perilaku). Dengan kata lain,
kedudukan dan peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat, serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin banyak
kedudukan dan peranan seseorang, semakin beragam pula interaksinya dengan orang
lain. Interaksi seseorang berada dalam struktur hierarki, sedangkan peranannya
berada dalam setiap unsur-unsur social tadi. Jadi hubungan antara status dan
peranan adalah bahwastatus atau kedudukan merupakan posisi seseorang dalam
struktur hierarki, sedangkan peranan merupakan perilaku actual dari status.
G. Fungsi
Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial
dalam masyarakat memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Alat
bagi masyarakat untuk menjalankan tugas-tugas pokok
2. Pelapisan
sosial dapat menyusun dan mengatur serta mengawasi hubungan-hubungan diantara
anggota masyarakat.
3. Pelapisan
sosial mempunyai fungsi pemersatu dengan mengkoordinasikan unit-unit yang ada
dalam stratifikasi sosial.
4. Pelapisan
sosial memudahkan manusia untuk saling berhubungan diantara mereka.
5. Memecahkan
persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam
tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar
melaksanakan kewajibannya yang sesuai dengan kedudukan serta perannya.
6. Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat
kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan atau pangkat atau kedudukan
seseorang.
7. Sistem
tingkatan pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan
penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan atau
gelar atau kebangsawanan dan sebagainya.
H.
Faktor-faktor munculnya
Stratifikasi Sosial
Munculnya
lapisan sosial dalam masyarakat merupakan gejala umum dalam kehidupan
masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan munculnya stratifikasi sosial antara
lain sebagai berikut:
1. Munculnya
lapisan sosial dalam masyarakat didasarkan pada adanya pertentangan dan
pembedaan. Yang kaya dibedakan dengan yang miskin, yang pintar dibedakan dengan
yang bodoh, pejabat dibedakan dengan rakyat jelata, selain membedakan, masyarakat
cenderung mempertentangkannya.
2. Tidak
adanya keseimbangan dalam pembagian atau distribusi hak dan kewajiban, hak-hak
istimewa (penghasilan, kekayaan, ilmu) dimiliki oleh hanya segelintir orang
atau kelompok tertentu. Adanya polarisasi hak-hak istimewa tersebut memunculkan
penghargaan kelompok masyarakat yang lebih pada individu atau kelompok yang
memiliki berbagai hak istimewa tersebut. Dengan demikian, kelompok tersebut
berada pada lapisan yang lebih tinggi daripada masyarakat lain, dan memiliki prestise
yang lebih sehingga mereka cenderung untuk bergaul dengan sesamanya.
3. Kelompok-kelompok
yang memiliki hak istimewa tersebut biasanya menggunakan lambang-lambang yang
menjadi simbol kedudukan, lambang tersebut baik berupa pakaian, tingkah laku,
rumah, keanggotaan pada suatu organisasi.
I.
Pengaruh
Stratifikasi Sosial
Dalam
kehidupan bermasyarakat, stratifikasi sosial sangatlah berpengaruh.
Stratifikasi sosial (Pelapisan sosial) sudah mulai dikenal sejak manusia
menjalin kehidupan bersama. Terbentuknya pelapisan sosial merupakan hasil dari
kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan
tersusun, baik secara perorangan maupun kelompok. Pada masyarakat yang
taraf kebudayaannya masih sederhana, maka pelapisan yang terbentuk masih
sedikit dan terbatas, sedangkan masyarakat modern memiliki pelapisan sosial
yang kompleks dan tajam perbedaannya.
Stratifikasi
sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat
tersebut terdapat sesuatu yang dihargai. Mungkin berupa uang atau benda-benda
bernilai ekonomis, atau tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan agama,
atau keturunan keluarga terhormat. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang
dihargai akan dianggap sebagai orang yang menduduki pelapisan atas. Sebaliknya
mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak memiliki
sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap oleh masyarakat sebagai
orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah.
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat kriteria
yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam pelapisan sosial dilihat dari
ukuran kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Dilihat dari ukuran itu, dapat disimpulkan bahwa
pelapisan sosial dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti adanya
perbedaan gaya hidup dan perlakuan dari masyarakat terhadap orang-orang yang
menduduki pelapisan tertentu. Stratifikasi sosial juga menyebabkan adanya
perbedaan sikap dari orang-orang yang berada dalam strata sosial tertentu
berdasarkan kekuasaan, privilese dan prestise. Dalam lingkungan masyarakat
dapat terlihat perbedaan antara individu, atau satu keluarga lain, yang dapat didasarkan pada ukuran kekayaan yang dimiliki. Yang kaya ditempatkan pada
lapisan atas dan miskin pada lapisan bawah. Atau mereka yang berpendidikan
tinggi berada dilapisan atas sedangkan yang tidak sekolah pada lapisan bawah.
Dari perbedaan lapisan sosial ini terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini tentu
merupakan masalah sosial dalam masyarakat.
Perbedaan sikap tersebut tercermin
dari gaya hidup seseorang sesuai dengan strata sosialnya. Pola gaya hidup
tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, tempat tinggal, cara berbicara,
pemilihan tempat pendidikan, hobi dan tempat rekreasi. Jika dilihat dari cara
berpakaian, seseorang yang tergolong dalam strata sosial atas dapat dilihat
dari gaya busananya. Biasanya orang-orang kelas atas menggunakan busana dan
aksesoris lain, seperti sepatu,tas, jam tangan yang bermerek dan dari luar
negeri. Sedangkan mereka yang termasuk strata sosial menengah ke bawah,
lebih memilih menggunakan barang-barang produksi dalam negeri. Begitupun dengan
tempat tinggal dan gaya berbicara. Pada umumya masyarakat kelas atas akan membangun
rumah yang besar dan mewah dengan gaya arsitektur yang indah. Masyarakat kelas
atas lebih menyukai tinggal dikawasan elite dan apartemen mewah yang dilengkapi
dengan fasilitas modern. Sedangkan masyarakat yang tergolong strata menengah
lebih memilih bentuk dan tipe rumah yang sederhana bahkan ada juga yang tinggal
di rumah susun. Cara berbicara pun akan berbeda. Orang-orang yang tergolong
strata atas akan berbeda dengan orang-orang yang berada dalam strata bawah.
Mereka yang termasuk dalam golongan strata atas memiliki gaya berbicara yang
beradaptasi dengan istilah-istilah asing serta penuh dengan kesopanan.
Sedangkan orang-orang yang berada dalam strata bawah terkadang
suka berbicara yang tidak terlalu memperhatikan etika.
Dikarenakan Indonesia tidak bisa
lepas dari kecenderungan stratifikasi sosial yang memunculkan berbagai macam
dampak terhadap kehidupan masyarakat dimana memiliki nilai positif maupun nilai
negatif dalam perkembangan pandanan hidup. Kembali dalam penegasan pengertian
stratifikasi sosial yaitu pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara vertikal (bertingkat), yang di wujudkan dengan adanya tingkatan
masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Berikut merupakan penguruh positif
dan negatif dari adanya stratifikasi sosial:
1.
Pengaruh Positif
a.
Adanya kemauan dari setiap individu
di dalam masyarakt untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong
setiap individu untuk berprestasi, bekerja keras. Sebagai
contoh seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan
kekayaan dimasa depan.
b.
Meningkatnya pemerataan pembangunan
setiap daerah, baik atas usulan masyarakata di wilayah tersebut atau pemerintah
guna menghilangakan kesenjangan sosial
2. Pengaruh
Negatif
Pada aspek negative ada tiga dampak negative stratifikasi social, yaitu:
a.
Konflik antarkelas
Dalam
masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi
disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara
kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan
muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan
upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b.
Konflik antarkelompok sosial
Di
dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di
antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi, agama, suku,dan ras.
Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi
pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c.
Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi
antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah
yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Setiap bentuk
stratifikasi yang ada dalam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan mempunyai
konsekuensi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi sosial, yaitu:
1. Timbulnya
Kelas Sosial
Stratifikasi
sosial menggolong-golongkan
masyarakat ke dalam kelompok-kelompok
sosial yang berbeda. Kelompok sosial atas akan mengembangkan pola-pola tertentu
dan akan sangat membatasi anggotanya agar berbeda dari kelompok lainnya.
Sebaliknya, kelompok yang ada di bawahnya akan berusaha meniru kelompok sosial
yang berada di atasnya. Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang
mempunyai kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala
sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka
ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan
menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.
2. Kesenjangan
Sosial
Konsekuensi
lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas dengan
kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan
tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat
untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan menjadi
kelompok yang terpinggirkan.
3. Polarisasi
Power
Polarisasi
berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang berlawanan, sedangkan
power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara bebas polarisasi power
dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan. Dalam hal ini, pembagian
masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah yang tidak lagi
didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan tetapi lebih pada unsur kepentingan
dan kekuatan dari dua kelompok masyarakat tersebut yang saling berlawanan.
J. Hubungan Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
Terdapat beberapa hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial,
diantaranya:
1. Tingkat
pendidikan dan tingkat golongan sosial
Dalam berbagai studi tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang
digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang
terdapat korelasi yag tinggi antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat
pendidikan yang telah ditempuhnya. Korelasi antara pendidikan dan golongan
sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak
melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan
sosial atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Perbedaan
sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan
anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada, mengharapkan agar anaknya
kelak memasuki perguruan tinggi. Soalnya hanya universitas mana dan jurusan apa
disamping tentunya kemampuan dan kemauan anak. Sebaliknya, orang tua yang tidak
mampu tidak akan mengharapkan pendidikan yang demikian tinggi, cukuplah bila
anak itu menyelesaikan SD paling-paling SMP.
Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki perguruan
tinggi adalah kurangnya perhatian akan pendidikan di kalangan orang tua. Banyak
anak-anak golongan ini yang berhasrat untuk memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan biaya. Banyak pula anak-anak yang
putus sekolah karena alasan finansial. Pendidikan memerlukan uang, tidak hanya
untuk uang sekolah akan tetapi juga untuk pakaian, buku dll.
2. Golongan
sosial dan jenis pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai
persiapan untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan perguruan
tinggi pada umumnya mahal sehingga tidak semua orang tua mampu membiayai studi
anaknya. Pada umumnya, anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah
menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya
akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, sebaliknya, anak-anak
orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah
kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada yang
berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat bahwa sekolah
menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah kejuruan.
Demikian pula, mata pelajaran yang berkaitan dengan
perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi pula, misalnya matematika
dan fisika dipandang lebih tinggi daripada olahraga atau yang lainnya.
3. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik
di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan
untuk mencapai tujuan itu. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan
status sosial seseorang yang sukar ditembus karena sistem golongan yang ketat,
namun sekarang tanpa keturunan yang baikpun seseorang dapat melakukan mobilitas
sosial yang diantaranya adalah melalui pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Stratifikasi
sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau hierarkis. Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga
kelas sosial, yaitu: Masyarakat yang terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan
kelas bawah. Selain itu juga stratifikasi mempunyai dampak negatif dan
positif. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial sudah mulai
dikenal sejak manusia menjalin kehidupan bersama. Terbentuknya pelapisan sosial
merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain
secara teratur dan tersusun, baik secara perorangan maupun kelompok.
Pengaruh stratifikasi sosial mencakup pada berbagai aspek kehidupan, termasuk
didalamnya dunia pendidikan, karena pendidikan merupakan awal dari kegiatan
belajar dan sosial.
B.
Saran
Melalui
penyusunan makalah ini, semoga menjadikan sebuah sumber ilmiah yang dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengkaji mengenai masalah yang diangkat
pada makalah ini, diharapkan semua pihak yang membaca dapat mengambil
manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
---------------. 2013. Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Para
Ahli. [Online]. Tersedia: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-stratifi
kasi-sosial-menurut.html. [24 Februari 2015].
Wrahatnala,
Bondet. 2013. Stratiftikasi Sosial
Terbuka, Tertutup dan Campuran. [Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/02/sifat-sifat-stratifikasi-sosial.html.
[20 Februari 2015].
--------------.
2013. Stratifikasi Sosial Terbuka
Tertutup dan Campuran. [Online]. Tersedia: http://drzpost.com/reading-193-Stratifikasi-Sosial-Terbuka,-Tertutup-dan-Campuran.html.
[20 Februari 2015].
Wrahatnala, Bondet. 2013. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial.
[Online]. Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/02/unsur-unsur-stratifikasi-sosial.
html. [24 Februari 2015]
--------------. 2011. Dampak Stratifikasi Sosial dalam kehidupan
masyarakat. [Online]. Tersedia: https://wikanpre.wordpress.com/2011/12/17/dam
pak-stratifikasi-sosial-dalam-kehidupan-masyarakat/.
[25 Februari 2015].
Zulkipli, Arief. 2010. Konsep Stratifikasi Sosial. [Online].
Tersedia: http://sosiotekno.blogspot.com/2010/11/konsep-stratifikasisosial.html.
[20 Februari 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar