Jumat, 21 Maret 2014

PENGERTIAN INDIVIDU, MASYARAKAT, STRUKTUR, PRANATA, PROSES SOSIAL BUDAYA, INTERAKSI INDIVIDU DAN MASYARAKAT



 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar menggunakan pendekatan expanding community, yakni suatu pendekatan yang mengenalkan siswa terhadap lingkungan kehidupan sosialnya mulai dari lingkungan sosial terdekat sampai dengan yang terjauh. Para siswa perlu diajak untuk mengenal dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan sekitar rumahnya, desanya, kecamatannya, sampai negara dan lingkungan dunianya.
Untuk mendukung pemahaman yang lebih mendalam dari para siswa tentang lingkungan kehidupan sosialnya, maka seorang guru IPS sekolah dasar perlu menguasai konsep-konsep sosiologi dan ilmu politik, misalnya konsep tentang individu dan masyarakat, struktur sosial, pranata, proses sosial, pemerintahan, hukum dan undang-undang, serta peran dan tanggung jawab warga negara.
Oleh karena itulah sebagai calon guru sekolah dasar perlu memahami konsep-konsep tersebut secara mendalam.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat ?
2.    Apa yang dimaksud struktur sosial ?
3.    Apakah pengertian dari struktur sosial budaya ?
4.    Apa yang dimaksud pranata sosial dan proses sosial ?
5.    Bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari ?
6.    Bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat ?

C.    Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat, apa yang dimaksud struktur sosial, apakah pengertian dari struktur sosial budaya, apa yang dimaksud pranata sosial dan proses sosial, bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat.
           
D.    Metode Penelitian
      Makalah ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan. Metode ini tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan. Tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis atau makalah ini.

E.     Sistematika Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat, apa yang dimaksud struktur sosial, apakah pengertian dari struktur sosial budaya, apa yang dimaksud pranata sosial dan proses sosial, bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat.
Pada Bab III Penutup, menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
1.      Pengertian Individu
Individu berasal dari bahasa latin “Indivuduum” yang artinya yang tak terbagi, dan merupakan kesatuan yang tak terbatas. Maksudnya bahwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang tak dapat dipisah satu sama lain (Allport:T.T). Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi diri masing-masing yang dapat dikembangkan kemudian hari melalui proses balajar atau pendidikan. Contohnya: seseorang melakukan kegiatan menulis , hal tersebut merupaka perintah dari jiwa atau psikisnya untuk menyuruh fisiknya untuk menulis sesuatu dengan pulpen dan kertas. Setiap individu lazim memiliki ciri – ciri khas yang melekat (built in) dalam dirinya, sehingga memberikan identitas khusus, yang disebut kepribadian. Tidak seperti kerumunan bebek, ternyata masyarakat yang juga dapat disebut sebagai kerumunan atau himpunan manusia, menuntut setiap individu untuk :
a.       Memiliki kedudukan dan peranan tertentu dalam lingkungannya.
b.      Memiliki tingkah laku yang khas (tidak seperti bebek)
c.       Memiliki kepribadian.
2.      Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara definitif dapat didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu baik di desa ataupun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau adanya hubungan sosial (social relationship) yang memilki norma dan nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula.  Menurut Selo Soemarjan (1962) mengemukakan bahwa: “Masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu”.
Adapun unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut:
1.      Seperasaan
2.      Sepenanggungan
3.      Saling memerlukan
Disamping ada beberapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut:
1.      Sejumlah penduduk
2.      Luas, kekayaan dan kepadatan pendudukan
3.      Memilki fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh organisasi masyarakat yang bersangkutan.

B.      PENGERTIAN STRUKTUR SOSIAL
1.    Pengertian stuktur sosial menurut para ahli yaitu:
a.    Menurut Koentjaraningrat (1990:172)
Struktur sosial adalah merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbgai sisi seperti : kedudukan, peranannya, tipe masyarakat tersebut  sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari berbagai usur masyarakat.
b.    Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial.
c.    Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur sosial dianggap sama dengan organisasi sosial yang mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris.
d.   Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu yang relatif lama.
2.    Ciri-ciri sruktur sosial
a.    Bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial disini merupakan hierarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai yang terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.
b.    Terdapat dimensi vertikal dan horizontal, struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah. Sedangkan pada struktur sosial yang memiliki dimensi harizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakter sama.
c.    Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d.   Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e.    Struktur sosial selalu berkembang dan dapat berubah, struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, serta dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.
3.    Struktur sosial memiliki empat elemen dasar sebagai berikut :
a.    Status Sosial
Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok masyarakat. Status yang diperoleh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu :
1)   Ascribed status
Status yang “diberikan” kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau karakteristik unik orang tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran (keturunan). Latar belakang ras, gender, dan usia dapat dikategorikan sebagai ascribed status.
2)   Achieved status
Status yang didapat seseorang melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, mempelajari keterampilan-keterampilan, berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru.
3)   Assigned status
Status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk organisasinya, masyarakat atau kepada negara. Misalnya, seorang pegawai honorer diangkat menjadi pegawai negeri. Seseorang diangkat sebagai penasihat karena kemampuan dan keahliannya. Seseorang dinaikkan pengkat atau jabatan karena prestasi dan masa kerja.
Pertentangan antara individu dengan statusnya dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil suatu keputusan. Misalnya, seorang anggota polisi harus menangkap anaknya sendiri karena diduga terlibat dalam jaringan narkoba. Jika dia menjalankan tugas dan kewajiban sebagai polisi, maka ia harus menangkap anaknya, tetapi jika ia berusaha melepaskan dan memengaruhi petugas lainnya, maka dia tidak menjalankan perannya sebagai polisi.
Konflik status memang sering sulit dihindari karena kepentingan individu tidak selamanya sama dengan kepentingan masyarakat maupun organisasinya.
b.    Peran Sosial
Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen penting dalam struktur sosial karena peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan tindakan-tindakan mereka sendiri.
c.    Kelompok
Kelompok merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan-harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial kita berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d.   Lembaga
Merupakan pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan sosial yang mendasar. Lembaga atau institusi dibentuk untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Lembaga sosial seperti keluarga, agama, pendidikan, dan pemerintah merupakan aspek fundamental dari struktur sosial.
4.    Fungsi struktur sosial
1.    Fungsi Identitas
Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Struktur sosial berbagai sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memlii kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur soasialnya sendiri sebagai pembeda dari kelopok lainnya.
Contohnya, kebudayaaan Minangkabau menganut system matrilinial (kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan system kebudayaan lainnya yang mayoritas menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akn membangun struktur sosial yang berbeda pula dengan kebudayaan lainnya.
2.         Fungsi Kontrol
    Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di dalam struktur tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain.
    Melanggar aturan yang berlaku, berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit. Struktur sosial sebagai kontrol. Contoh: kebudayaan Batak melarang perkawinan antara pria dan wanita yang semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama berarti masih memiliki hubungan saudara.
3.    Fungsi    Pembelajaran
    Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan.
4.    Bentuk-bentuk Struktur Sosial
Bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut, di antaranya sebagai berikut :
1.    Dilihat dari Sifatnya
a.    Struktur Sosial Kaku
Struktur sosial ini tidak dapat diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status atau kedudukannya.


b.    Struktur Sosial Luwes
Bentuk struktur sosial ini merupakan kebalikan dari struktur sosial kaku. Pada struktur sosial luwes setiap anggota masyarakatnya bebas bergerak melakukan perubahan.
c.    Struktur Sosial Formal
Merupakan suatu bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang berwenang. Contohnya, lembaga pemerintahan tingkat kabupaten yang terdiri dari seorang Bupati, Wakil Bupati, Sekwilda, dan lain-lain.
d.   Struktur Sosial Informal
Yaitu struktur sosial yang nyata ada dan berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak yang berwenang.
2.    Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
a.    Struktur Sosial Homogen
Struktur sosial yang homogen memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa, ataupun agama. Dalam masyarakat yang memiliki struktur sosial yang homogen cenderung tidak menginginkan perubahan-perubahan.
b.    Struktur Sosial yang Heterogen
Struktur sosial ini ditandai oleh keragaman identitas anggota masyarakatnya. Memiliki latar belakang yang berbeda dari anggota masyarakatnya.
3.    Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial adalah pengelompokan manusia secara horizontal (diferensiasi sosial) dan vertikal (stratifikasi sosial). Pengelompokan ini bisa berdasarkan ciri fisik yang meliputi jenis kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit, rambut, dan sebagainya. Juga berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial budaya, meliputi kecerdasan, keterampilan, motivasi, minat dan bakat.
Struktur sosial dilihat secara horizontal (diferensiasi sosial) adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan. Artinya, tidak ada golongan dari pembagian kelompok yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah (sama). Masyarakat mengenal beberapa bentuk diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan ras, suku bangsa, agama, dan gender.
Mengenai klasifikasi ras terdapat banyak sistem penggolongan yang berasal dari berbagai ahli. Berikut dikemukakan salah satu klasifikasi ras dari A.L. Kroeber, yang menggambarkan secara jelas garis besar penggolongan ras-ras terpenting di dunia serta hubungan antara satu dengan lainnya.
a.       Austroloid [penduduk asli Australia];
b.      Mongoloid [Asiatic Mongoloid = Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur]; [Malayan Mongoloid = Asia Tenggara]; [American Mongoloid = penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan];
c.       Kaukasoid [Nordic = Eropa Utara sekitar Laut Baltik]; [Alpine = Eropa Tengah dan Timur]; [Mediteranean = penduduk sekitar Laut Tengah, Amerika Utara, Armenia, Arab, dan Iran]; [Indic = Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka];
d.      Negroid [African Negroid = Benua Afrika]; [Negrito = Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina]; [Melanesian = Irian, Melanesia]
e.       Ras-Ras Khusus [Bushman = di daerah Gurun Kalahari; Afrika Selatan]; [Veddoid = di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan]; [Polynesian = di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia]; [Ainu = pulau Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara].
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing. Apa yang dimaksud etnis atau suku bangsa? Berikut pendapat beberapa tokoh mengenai etnis atau suku bangsa.
Menurut Koentjaraningrat (1979), suku bangsa atau etnik didefinisikan sebagai group suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Menurut William Kornblum, kelompok etnis adalah suatu populasi yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasa memiliki leluhur yang secara pasti atau dianggap pasti sama.
Sedangkan menurut Francis, kelompok etnis adalah suatu komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat istiadat, kebiasaan, wilayah, bahkan sejarah. Etnis ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin (wefeeling) di antara anggota-anggotanya.
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat. Banyak teori yang telah dikemukakan oleh ilmuwan sepanjang sejarah umat manusia, tentang keberadaan agama atau religi dalam berbagai kelompok masyarakat.
Menurut A. Lang dalam teori Firman Tuhan, kepercayaan terhadap dewa tertinggi merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Anggapan A. Lang ini kemudian diperkuat oleh W. Schmidt yang mengatakan bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini.
Sedangkan menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang sakral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral.
Terdapat beberapa teori tentang pelapisan sosial sebagai berikut:
1.      Teori Fungsionalis
a.       Emile Durkheim dalam bukunya “ The division of labor in society”, menyatakan bahwa setiap aktivitas yang satu lebih penting dari pada yang lainnya.Ada yang memandang agama  sebagai kegiatan yang terpenting,sementara masyarakat lain memandang ekonomi atau kepahlawanan.Tinggi rendahnya kedudukan seseorang dilihat dari kepentingan pandangannya itu.Selain itu Durkheim memandang bakat dapat menimbulkan ketidakmerataan.Orang yang berbakat biasanya lebih berhasil dalam melakukan pekerjaan  atas tugasnya dibanding dengan orang yang tidak berbakat.
b.      Kingsley Davis dan Robert Moore,mengemukakan pendapatnya bahwa posisi-posisi yang paling penting dalam masyarakat di isi oleh orang yang paling berwenang.Orang yang memegang posisi tersebut ,meskipun paling banyak memerlukan latihan,akan mendapat penghargaan tertinngi.Selanjutnya dikatakan bahwa posisi kunci/terpenting adalah yang paling penting bagi berfungsinya sistem sosial.Di setiap masyarakat,tokoh agama,serta teknis mempunyai kedudukan paling penting.Karenanya mereka paling dihargai oleh masyarakat itu.
2.      Teori Reputasi atau nama baik
Menurut Wamer: Status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain.Dasar pertimbangannya pendapat,prestise,dan pendidikan.Ia mengemukakan 6 macam tingkatan status :
a.       Upper-upper,contohnya orang kaya karena warisan/turunan
b.      Lower-upper,kaya karena hasil usaha
c.       Upper-middle,ahli-ahli terdidik dan pengesahan yang berpendidikan tinggi
d.      Lower-Middle,golongan pekerja halus seperti sekretaris,pegawai kantor
e.       Upper-lower,yaitu pekerja kasar dengan status  tetap
f.       Lower-lower,orang-orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap.


3.      Teori Struktur
Sosiolog yang mengembangkan teori ialah Treiman.Dari hasil penelitiannya ia mengambil kesimpulan,bahwa dalam masyarakat yang berlainan,tidak ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan prestise pekerjaan.Dalil yang dikemukakan adalah:
a.       Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama,karena ada pembagian kerja yang sama
b.      Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan
c.       perbedaan penguasaan akan sumber-sumber yang langka.Jadi pembagian kerja melahirkan perbedaan kekuasaan/wewenang  dan lain-lain,hingga karenanya timbul hierarki.
d.      Orang yang mempunyai kedudukan penting  mempunyai kesempatan untuk lebih maju disamping memperoleh penghargaan yang baik.
e.       Kekuasan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.
Beberapa karakteristik pelapisan sosial,Robin William mengemukakan bahwa untuk mengetahui proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah:
1.      Sistem pelapisan sosial mungkin berpatok pada sistem pebedaan atau petentangan dalam masyarakat
2.      Pelapisan sosial dapat diamati dalam pengertian berikut :
a.       Distribusi hak-hak istimewa
b.      Sistem hierarki yang disusun oleh masyarakat itu sendiri
3.      Kriteria sistem-sistem pengembangan  misalnya kualitas pribadi, milik, keanggotaan dalam kelompok,kekuasaan dan wewenang
4.      Lambang kedudukan jabatan misalnya gaya hidup.rumah,atribut pakaian.
5.      Mudah tidaknya mobilitas sosial
6.      Solidaritas
Pengaruh pelapisan sosial tampak dalam setiap segi kehidupan.Karena pergaulan sosial akan lebih banyak terjadi antara individu dari lapisan sosial yang sama,maka akan terdapat kesamaan corak kehidupan.Kesamaan ini mungkin bertumpu pada adanya kesalahan kelas (class-conciousness).
Pada umumnya sifat pelapisan sosial  dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.      Stratifikasi sosial terbuka
Dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka seorang atau kelompok anggota masyarakat memiliki peluang atau kemungkinan yang besar untuk berpindah ke kelompok, kelas atau lapisan sosial lainnya. Anggota masyarakat dapat masuk atau keluar, dapat naik atau turun ke kelas (lapisan) yang lebih rendah. Contohnya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai kedudukan sebagai presiden. Tetapi sebaliknya, warga masyarakat pada umumnya ada kemungkinan dapat mencapai kedudukan sebagai presiden.
Stratifikasi terbuka lebih dinamis (progresif) dan anggota-anggotanya mempunyai cita-cita hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kehidupan anggota-anggotanya lebih bersifat kompetitif, bahkan tidak jarang di antara mereka sering mengalami kehidupan yang selalu diwarnai oleh rasa tegang dan kekhawatiran.
2.      Stratifikasi sosial tertutup
Dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup seorang individu atau kelompok kemungkinan untuk pindah dari satu golongan atau kelas sosial ke golongan atau kelas sosial lain sangat kecil. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran (keturunan), sehingga masyarakat lebih bersifat statis, terutama golongan atau kelas bawah, di antara mereka kurang menunjukan cita-cita yang tinggi.
Contoh masyarakat dengan system stratifikasi sosial tertutup dapat ditunjukkan dengan sistem kasta pada masyarakat India.Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana sangat kaku dan menjelma dalam sistem kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
a.              Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang lahir akan memperoleh kedudukan secara otomatis dari orang tuanya.
b.             Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c.              Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.
d.             Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e.              Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta, sangat nyata terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f.              Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g.             Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
3.      Stratifikasi sosial campuran
Dua sifat utama dari stratifikasi sosial telah dikemukakan di atas, yakni terbuka dan tertutup. Walaupun demikian, dalam kenyataan sehari-hari stratifikasi sosial dalam masyarakat tidak hanya selalu bersifat terbuka atau tertutup, akan tetapi juga bersifat campuran (gabungan) di antara keduanya. Dalam masyarakat terdapat unsur-unsur yang menggabungkan antara sifat yang terbuka dan tertutup.
Misalnya dalam suatu kelompok mungkin dalam sistem politiknya menerapkan sistem stratifikasi sosial tertutup, namun dalam bidang-bidang atau unsur-unsur sosial lainnya seperti ekonomi, budaya, dan lain-lain menggunakan sistem stratifikasi sosial terbuka.
Contohnya dalam masyarakat Bali. Dalam bidang budaya dikenal sistem atau budaya kasta yang tertutup dan tidak memungkinkan anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya. Namun di bidang lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat Bali tidak mengenal kasta dan bersifat terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan sosial yang dimiliki oleh anggota masyarakat tegantung pada kemampuan dan kecakapannya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
1.             Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari kelemahan dan  kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan alam yang buas pada saat itu. Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu, menangkap ikan di laut, menebang pohon, berladang dan berternak. Sedangkan kaum wanita melakukan pekerjaan yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui dan mengasuh anak-anak,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
2.             Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
Beberapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, diantaranya:
1.             Kehidupan keagamaan : bagi masyarakat pedesaan cenderung mengarah pada kehidupan agamis, sedangkan pada kehidupan orang-orang kota mengarah kepada keduniawian. Hal ini disebabkan oleh cara berfikir yang berbeda.
2.             Kemandirian : hal yang penting masyarakat perkotaan adalah individu atau manusia sebagai perorangan menghadapi orang lain dengan latar belakang yang bereda. Kebasaan yang ada pada individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang sesungguhnya.
3.             Pembagian kerja : pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih bagus, sehingga mempunyai batas-batas yang nyata.
4.             Peluang memperoleh pekerjaan : dengan adanya pembagian kerja yang tegas, maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota dibanding warga pedesaan.

C.    PENGERTIAN STRUKTUR SOSIAL BUDAYA
Struktur sosial: pola perilaku dari setiap individu masyarakat yang tersusun sebagai suatu sistem masyarakat merupakan suatu sistem sosial budaya terdiri dari sejumlah orang yang berhubungan secara timbal balik melalui budaya tertentu.
Setiap individu mempunyai ciri dan kemampuan sendiri, perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan sosial.Perbedaan sosial bersifat universal, ini berarti perbedaan sosial dimiliki setiap masyarakat dimanapun.Perbedaan dalam masyarakat seringkali menunjukkan lapisan-lapisan yang bertingkat.
Lapisan yang bertingkat dalam masyarakat disebut Stratifikasi sosial.Ukuran yang digunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu yaitu:
1.      Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan tanah penyewa)
2.      Ukuran kekuasaan (penguasa/ dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi
3.      Ukuran kehormatan (berpengaruh / terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat tradisional(pemimpin informal)
4.      Ukuran ilmu pengetahuan (golongan cendekiawan/ rakyat awam)

D.    PENGERTIAN PRANATA SOSIAL DAN PROSES SOSIAL
Pengertian Pranata Sosial menurut para ahli :
1.      Menurut Soerjono Soekanto
Lembaga kemasyarakatan (Pranata Sosial) adalah himpunan norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
2.      Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Semua norma-norma dari segala tingkat yang berkisar pada suatu keperluan pokok dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu kelompok yang diberi nama lembaga kemasyarakatan.
3.      Menurut Horton dan Hunt (1987)
Suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.
4.      Menurut Koentjaraningrat (1979)
Sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Jadi, pengertian pranata sosial adalah sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bermasyarakat bagi manusia. Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir dan mengejewantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat.
Tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai pranata sosial adalah: Nilai dan norma;Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum;Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.

E.     PENGERTIAN PRANATA SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pengertian pranata sosial sering bias atau rancu denganpengertian kelompok sosial atau asosiasi. Apalagi kalau menggunakan istilah lembaga sosial, organisasi sosial, atau lembaga kemasyarakatan. Pada uraian ini akan dijelaskan,bahkan ditegaskan, tentang pengertian pranata sosial, dan perbedaannya dengan kelompok sosial atau asosiasi.
Horton dan Hunt (1987) mendefinisikan pranata sosial sebagai lembaga sosial, yaitu sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.Di dalam sebuah pranata sosial akan ditemukan seperangkat nilai dan norma sosial yang berfungsi mengorganir (menata) aktivitas dan hubungan sosial di antara para warga masyarakat dengan suatu prosedur umum sehingga para warga masyarakat dapat melakukan kegiatan atau memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok.
Koentjarningrat (1979) menyatakan bahwa pranata sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola atau sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Terdapat tiga kata kunci dalam setiap pembahasan tentang pranata sosial, yaitu: (1) nilai dan norma sosial, (2) pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut dengan prosedur umum, dan (3) sistem hubungan, yaitu jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.Pranata sosial pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang kongkrit, dalam arti tidakselalu hal-hal yang ada dalam suatu pranata sosial dapat diamati atau dapat dilihat secara empirik (kasat mata).
Tidak semua unsur dalam suatu pranata sosial mempunyai perwujudan fisik. Bahkan, pranata sosial lebih bersifat konsepsional, artinya keberadaan atau eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui pemikiran, atau hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi yang ada dialam pikiran.
Beberapa unsur pranata dapat diamati atau dilihat, misalnya perilaku-perilakuindividu atau kelompok ketika melangsungkan hubungan atau interaksi sosial dengan sesamanya.Hal penting yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa seorang individu atau sekelompok orang dapat saja datang dan pergi dalam suatu lembaga, tetapi fungsi individu atau kelompok dalam pranata hanyalah sebagai pelaksana fungsi atau pelaksana kerja dari suatu unsur lembaga sosial. kedatangan atau kepergian individu atau sekelompok individu tidak akan menganggu eksistensi dari suatu lembaga sosial.Individu atau sekelompok individu di dalam pranata sosial, kedatangannya atau kepergiannya hanyalah berfungsi saling menggantikan.
1.      Tujuan Pranata Sosial
Pranata Sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadahi, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Contoh: (a) Pranata Pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal. Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak poranda karena jumlah prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin banyak.
2.       Tujuan Pranata Sosial menurut Koentjaraningrat
a.       Memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (kinship atau domestic instituions)
b.      Memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusikan harta benda (economic institutions)
c.       Memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia (educational institutions)
d.      Memenuhi kebutuhan ilmiah manusia (scientific institutions)
e.       Memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions)
f.       Memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan (religius institutions)
g.      Memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kebutuhan berkelompok atau bernegara (political institutions)
h.      Mengurus kebutuhan jasmani manusia (somatic institutions)
3.      Fungsi Pranata Sosial
Pranata Sosial memiliki fungsi utama, yakni sebagai berikut:
a.       Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disntegrasi masyarakat. Hal ini mengingat bahwa sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang dapat dikatakan tidak seimbang dengan jumlah manusia yang semakin bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga dimungkinkan pertentangan yang bersumber perebutan maupun ketidakadilan dalam usaha memenuhi kebutuhannya akan ancaman kesatuan dari warga masyarakat.
Oleh karena itu, norma-norma sosial yang terdapat di dalam pranata sosial akan berfungsi untuk mengatur pemenuhan kebutuhan hidup dari setiap warganya secara adil atau memadai, sehingga dapat terwujudnya kesatuan yang tertib.
b.      Memberikan pedoman pada anggota masyarakat untuk bertingkah laku/bersikap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian pranata sosial telah siap dengan berbagai aturan atau kaidah-kaidah sosial yang dapat dan harus dipergunakan oleh setiap anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
c.       Memberi pegangan pada masyarakat untuk menandakan sistem pengendalian sosial (social control). Sanksi-sanksi atau pelanggaran norma-norma sosial merupakan sarana agar setiap warga masyarakat tetap konform dengan norma-norma sosial itu, sehingga tertib sosial dapat terwujud. Dengan demikian sanksi yang melekat pada setiap norma sosial itu merupakan pegangan dari warga untuk meluruskan maupun memaksa warga masyarakat agar tidak menyimpang dari norma sosial, karena pranata sosial aka tetap tegar di tengah kehidupan masyarakat.
4.      Karakteristik / Ciri-ciri
a.       Lambang-lambang biasanya merupakan ciri khas dari pranata sosial, yang secara simbolismenggambarkan tujuan dan fungsi pranata sosial.Lambang-lambang suatu organisasi mengandung makna, fungsi dan tujuan dari lembaga sosial yang bersangkutan.  Lambang-lambang tersebut dapat berupa: gambar (logo); tulisan; gabungan antara gambar, tulisan, maupun logo, dan bendera panji.
b.      Memiliki tingkat kekekalan tertentu, artinya suatu pranata akan berakhir ketika manusia tidak lagi membutuhkannya.
c.       Merupakan suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas sosial.
d.      Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipakai mencapai tujuan.
e.       Pranata sosial mempunyai tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis (peraturan/hukum).
f.       Memiliki satu atau beberapa tujuan.
g.      Memiliki alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5.      Jenis-jenis Pranata Sosial
a.       Berdasarkan Pengembangannya
1)      Cresive institutions (pranata yang utama) adalah institusi yang paling primer dan tumbuh dari adat istiadat. Contoh: perkawinan, agama dan hak milik.
2)      Enacted institutions (pranata yang dibuat) adalah institusi yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Contoh: pendidikan, perdagangan dan utang piutang.
b.      Berdasarkan Sistem Nilai yang diterima Masyarakat
1)      Basic institutions adalah pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah dan negara.
2)      Subsidiary institutions adalah pranata yang dianggap kurang penting. Contoh: rekreasi.
c.       Berdasarkan sudut Penerimaan Masyarakat
1)      Approved institutions adalah pranata sosial yang diterima masyarakat. Contoh: perusahaan, industri, dan lain-lain.
2)      Unsactioned institutions adalah pranata sosial yang ditolak masyarakat. Contoh: pemeras, penjahat, preman, dan lain-lain.
d.      Berdasarkan Faktor Penyebarannya
1)      General isntitutions adalah pranata sosial yang dikenal secara umum oleh masyarakat di dunia. Contoh: agama.
2)      Restucted institutons adalah pranata yang dikenal oleh kelompok masyarakat tertentu saja. Contoh: Katolik, Kristen, Islam, Budha, Hindu, Konghucu dan sebagainya.
e.       Berdasarkan Fungsinya
1)      Cooperative institutions adalah pranata sosial yang dihimpun pola serta tata cara yang diperlukan untuk menacapai tujuan pranata. Contoh: pranata industrialisasi.
2)      Regulative institutions adalah pranata sosial yang bertujuan mengawasi adat istiadat yang tidak termasuk bagian mutlak dari pranata itu sendiri. Contoh: pranata hukum (kejaksaan, pengadilan, dan lain-lain).
6.      Kategori Pranata Sosial
 Pranata sosial dapat dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut:
1.      Pranata Keluarga.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.


2.      Pranata Agama.
Agama merupakan sesuatu yang mengatur kehidupan manusia dengan manusia maupun dengan penciptanya. Agama merupakan salah satu pranata yang sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia. Berdasarkan fungsi untuk memenuhi keperluan hidup dari warga masyarakat dikenal istilah religious institutions, yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia sehubungan dengan kegiatan berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan dari hak azasi manusia.
3.      Pranata Pendidikan.
Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan menuju kecerahan dan kecerdasan pengetahuan atau dari tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan merupakan proses yang terjadi karena interaksi berbagai faktor yang menghasilkan penyadaran diri dan penyadaran lingkungan, sehingga menampilkan rasa percaya akan lingkungan.
4.      Pranata Ekonomi.
Pranata ekonomi adalah sistem norma atau kaidah yang mengatur tingkah laku individu dalam masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Fungsi pranata ekonomi adalah: a) mengatur konsumsi barang dan jasa; b) mengatur distribusi barang dan jasa; dan c) mengatur produksi barang dan jasa.
5.      Pranata Politik.
Pranata politik adalah peraturan untuk memelihara tata tertib, untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan, dan untuk memilih pemimpin yang berwibawa. Pranata politik merupakan perangkat norma dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan politik akan meliputi eksekutif, yudikatif, legislatif, militer dan partai politik.
Contoh Kategori Pranata Sosial





NO.

KEGIATAN DAN KEBUTUHAN

PRANATA

LEMBAGA



1.

Makanan, Pakaian, Perumahan

Perdagangan

Keluarga Pak Petrus



2.

Peran serta politik       Pemilihan Umum

KPU

Partai Politik



3.

Pengembangan keturunan Pernikahan

Gereja

KUA



7.      Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.
Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
8.      Proses Sosial Budaya
Hubungan antarindividu yang saling mempengaruhi dlm hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial.Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan, emosi orang lain.



F.     INTERAKSI INDIVU DAN MASYARAKAT
Menurut ahli ilmu psikologi sosial bahwa interkasi sosial adalah saling berhubungan antar dua manusia atau lebih, dimana manusia yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi.
Proses sosial dimaksudkan bahwa “cara-cara interaksi (aksi dan reaksi), yang dapat kita amati apabila individu-indivu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Apabila dua orang atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi) maka akan terjadi apa yang dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Jenis yang paling umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Dimana dalam interaksi sosial, ada pengaruh timbal balik antara individu dengan kelompok dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam hidup sehari-hari secara bersama-sama. Setiap interaksi dua arah akan menstimulir yang lain untuk mengubah tingkah laku dari orang-orang yang sedang berinteraksi.
Interaksi sosial yang terjadi antara individu dan masyarakat antara lain :
a.       Interaksi yang melibatkan sejumlah orang, misalnya ; individu dengan individu, indivdu dengan group, dan group dengan group.
b.      Adanya tingkat keintiman, misalnya ada yang bersifat primer, ada yang bersifat sekunder, ada yang bersifat gemeinschaft dan ada yang bersifat gesselschaft dan sebagainya.
c.       Adanya proses sosial. Terdapat beberapa bentuk proses sosial :
1)      Yang berbentuk positif dinamakan integrasi atau assosiatif process, yaitu proses yang menyatukan.
Kondisi yang nampak dalam bentuk integrasi adalah keseluruhan anggota kelompok berkemauan untuk tetap pada  kelompoknya, seolah-olah satu sama lain saling terkait.
Kondisi seperti itu sering dinamakan  organis, dimana seluruh anggota kelompok berfungsi terhadap kelompoknya.
2)      Yang berbentuk negatif dinamakan disintegratif atau disassosiatif process, yaitu proses yang memisahkan.
Kondisi yang nampak dalam bentuk disintegrasi adalah keseluruhan anggota kelompok tidak berkemauan untuk tetap pada  kelompoknya, seolah-olah satu sama lain  tidak saling terkait. Kondisi seperti itu sering dinamakan  disorganis, dimana satu sama lain tidak terjalinn hubungan lagi.
Bentuk-bentuk interkasi sosial yang menyatukan (integrasi) :
1.      Bentuk –bentuk interaksi sosial yang menyatukan (Integrasi)
a.       Coperation (Koperasi)
Koperasi adalah bentuk kerjasama dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai suatu tujuan bersama. Koperasi merupakan usaha bersama dari satu orang atau lebih untuk melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Terdapat tiga jenis kerja sama yang di dasarkan pada organisasi kelompok atau di dalam setiap kelompok , yaitu :
1)      Kerja sama primer
2)      Kerja sama sekunder
3)      Kerja sama tersier
Pada hakikatnya, kerja sama bisa terjadi karena :
1)      Orang tersebut menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama
2)      Masing-masing pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin melaksanakan kepentingannya dengan jalan kerja sama.
b.      Consensus (Kesepakatan)
Consensus dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak. Consensus mungkin dilaksanakan bila ada 2 pihak atau lebih yang ingin memelihara hubungan masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Contoh : Courtship dari aliansi internasional.
c.       Assimilation (Asimilasi)
Asimilasi adalah perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya yang homogen. Oleh Mayor polak dikemukakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan dua kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan berkembang sehingga menjadi sejarah . Jadi asimilasi hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang datang dari berbagai kebudayaan yang berbeda, misalnya :
1)      Kebudayaan Arab dengan kebudayaan Indonesia
2)      Kebudayaan Barat dengan kebudayaan Indonesia
2.      Bentuk-bentuk interaksi sosial yang memisahkan (Disintegrasi)
a.       Konflik (Persengketaan)
Konflik adalah usaha yang dengan sengaja menantang, melawan, atau memaksa kehendaknya kepada orang lain. Biasanya konflik itu timbul dari adanya kepentingan yang bertentangan, terutama kepentingan ekonomi dan sering juga perbuatan kedudukan dan kekuasaan.
Dipandang dari segi terjadinya, konflik di bagi atas dua macam :
1)      Corparete conflict, yaitu konflik yang terjadinya antara group dengan group dalam suatu masyarakat.
2)      Personal conflict, yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan individu. Biasanya hal ini disebabkan soal-soal sexual, kekuasaan, kekayaan, iri hati dan sebagainya.
b.      Kompetisi (Persaingan)
Persaingan ada hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda. Kompetisi merupakan usaha yang disengaja untuk menentang kehendak orang lain, dan tidak mengandung paksaan. Kompetisi selalu dikuasai dan diatur oleh norma-norma moral, sedangkan konflik tidak demikian halnya.
Contohnya dalam pertandingan pertandingan olah raga, melamar pegawai negeri, berusaha mencari kekayaan dan sebagainya.
Pola interaksi antara individu dengan masyarakat dapat di bagi dalam 3(tiga) macam, yaitu :
1.      Pola interaksi individu dan individu di mana yang berhubungan secara langsung adalah antar individu dan keduanya saling mempengaruhi.
2.      Pola interaksi antara individu dengan kelompok. Dimana yang sedang melakukan hubungan langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu. Misalnya seseorang sedang menyampaikan gagasannya kepada sebuah kelompok tertentu.
3.      Pola interaksi antara kelompok dengan kelompok. Dimana yang sedang berhubungan langsung adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misal dalam rapat desa yang terdiri dari beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya dalam rapat tersebut adalah para wakil dari masyarakat kampung yang ada di desa tersebut.

a.       Pola tingkat interaksi antar individu









 





b.      Pola tingkat antar individu dengan kelompok








 






Text Box: Kelompok

c.       Pola tingkat interaksi antar kelompok























 
Text Box: Kelompok 2



































Oval: Individu 3

Text Box: Kelompok 1





Oval: Individu 1



Oval: Individu 2



Oval: Individu 3






                      
                      

            Dalam kehidupan manusia bermasyarakat kondisi interaksi sosial yang telah dikemukakan di atas mungkin saja terjadi, tergantung bagaimana iklim psikologis yang terjadi dalam kelompok masyarakat itu dan bagaimana visi dan manusia kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan hidup bersama.





BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Interaksi sosial bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Subjek interaksi sosial beragam, ada yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Dalam hal ini, individu  berinteraksi dengan masyarakat. Sebagaimana telah diketahui, individu merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya.
Interaksi individu dengan masyarakat  tidak lepas dari struktur sosial dimana terdapat penggolongan masyarakat, atau tinatan masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri, dan tidak lepas pula dari pranata sosial yang merupakan bentuk norma-norma tuntunan dalam kehidupan, bermasyarakat.
B.  Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami mempunyai saran kepada pembaca bahwasanya dalam berinteraksi sosial, sebaiknya kita dapat memilah dan memilih mana yang berdampak positif pada kehidupan kita, dan mana yang berdampak negatif. kita harus berpegang dengan aturan norma yang tumbuh dalam masyarakat, sehingga tercipta keselarasan dalam proses sosial antara individu dan masyarakat






DAFTAR PUSTAKA
Samlawi, Fakih dan Bunyamin maftuh.1998. Konsep Dasar IPS. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
LKS Geografi dan Sosiologi Untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 (Execelent: Panduan Aktif Untuk Siswa Berprestasi), Surakarta: CV. Media Semesta.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suayanto. 2006. Sosiologi: Teks dan Pengantar. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudarmi, Sri. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Sosiologi dan Geografi. 2005. Pengetahuan Sosial: Sosiologi dan Geografi. Jakarta: Yudhistira.
Tersedia :http://masthoms16.wordpress.com/2009/09/27/pengertian-proses sosial[online].