BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan di
Indonesia saat ini mengalami kondisi yang
jauh dari apa yang diharapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di
Negara ini sangat bermacam-macam, meliputi hubungan sistem pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam
sekolah,pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak sekolah
dan lembaga pendidikan dalam masyarakat.Untuk itu, para guru dan calon guru
harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan
dalam kegiatan pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya
merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial
yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam
perjalanannya pendidikan kerap kali malah
memisahkan pesrta didik dari kehidupan sosialnya. Hal
ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas
masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi apada pemenuhan kebutuhan pasar baik yang sekarang ataupun yang akan datang.
Sehingga peserta didik setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas
sosial malah hilang dari realitas sosial yang
ada dimasyarakat.
Melihat
realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari pendidikan
tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan peranannya
sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk
intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam
peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam kalangan masyarakat tergantung akan
pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila
pendidikan mengajarkan bahwa komunis,
kapitalisme, dan anakirme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan
hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan
harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan
akan selalu melakukan analisa sosial.Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa
masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas
kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat
tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah yang
dimaksud dengan pendidikan dan mobilitas sosial?
2.
Apa sajakah faktor-faktor
pendorong mobilitas sosial?
3.
Apa sajakah
faktor-faktor penghambat mobilitas sosial?
4.
Bagaimanakah
proses terjadinya mobilitas sosial?
5.
Bagaimanakah
dampak mobilitas sosial?
6.
Bagaimanakah
hubungan pendidikan dan mobilitas sosial?
7.
Bagaimanakah
peran pendidikan dalam mobilitas sosial?
8.
Bagaimanakah
terjadinya mobilitas sosial melalui pendidikan?
9.
Bagaimanakah
pandangan pendidikan menurut perbedaan sosial?
10. Bagaimana strategi pembaharuan pendidikan demi
tercapainya mobilitas sosial?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
apakah yang dimaksud dengan pendidikan dan mobilitas sosial.
2.
Untuk mengetahui
apa sajakah faktor-faktor pendorong mobilitas sosial.
3.
Untuk mengetahui
apa sajakah faktor-faktor penghambat mobilitas sosial.
4.
Untuk mengetahui
bagaimanakah proses terjadinya mobilitas sosial.
5.
Untuk mengetahui
bagaimanakah dampak mobilitas sosial.
6.
Untuk mengetahui
bagaimanakah hubungan pendidikan dan mobilitas sosial.
7.
Untuk mengetahui
bagaimanakah peran pendidikan dalam mobilitas sosial.
8.
Untuk mengetahui
bagaimanakah terjadinya mobilitas sosial melalui pendidikan.
9.
Untuk mengetahui
bagaimanakah pandangan pendidikan menurut perbedaan sosial.
10. Untuk mengetahui bagaimanana
strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas sosial.
D. SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah
ini disusun dengan sistematika
Pada
bab I, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
Pada
bab II, berisi tentang pendidikan dan mobilitas sosial, faktor-faktor pendorong
mobilitas sosial, faktor-faktor penghambat mobilitas sosial, proses terjadinya
mobilitas sosial, dampak mobilitas sosial, hubungan pendidikan dan mobilitas
sosial, peran pendidikan dalam mobilitas sosial, dan mobilitas sosial melalui
pendidikan.
Pada
bab III berisi kesimpulan dan saran untuk makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
1.
Pengertian
Pendidikan
Istilah
pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan
bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam disebutkan tarbiyah yang
diterjemahkan dengan pendidikan.
Sedangkan menurut terminologi terdapat
berbagai definisi pendidikan oleh ahli, diantaranya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba memberikan pengertian pendidikan dengan
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik
menuju terbentuknya pribadi yang utama. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai
kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.
2.
Pengertian
Moilitas Sosial
Dalam tiap
masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang
cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status
dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan,
kekayaan dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang
lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertikal. Mobilitas
sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda
dengan sebelumnya. Sedangkan menurut Haditono mobilitas sosial adalah
perpindahan seorang atau sekelompok orang dari kedudukannya yang satu ke
kedudukan lain.
Kedudukan dapat berarti: situasi tempat, dapat pula berarti status. Berikut
adalah pengertian mobilitas sosial menurut para ahli:
a.
Menurut Soerjono Soekanto:Mobilitas
sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
b.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack:Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas
dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial.
c.
Menurut William Kornblum:Mobilitas
sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok
sosialnya dan satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
d.
Menurut H.EdwardRansford: Mobilitas sosial
adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara
hirarki.
e.
Menurut Robert M.Z. Lawang:Mobilitas
sosial adalah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain
atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya.
f.
Menurut Horton dan Hunt: Mobilitas
sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya.
Jadi dapat disimpulan bahwa mobilitas
sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari lapisan (strata
sosial) yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas berasal dari bahasa Latin,
yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke
tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak” atau
“perpindahan”. Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika sosial yang
secara harfiah seringkali diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat
berpindah atau berubah posisi sosial seseorang atau sekelompok orang pada saat
yang berbeda.
B. FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG MOBILITAS SOSIAL
1.
Status Sosial
Setiap
manusia secara hierarki berhak untuk memlih atau mengubah status sosial yang mereka
terima sejak lahir. Tetapi hal ini sangat tergantung pada sistem stratifikasi
sosial yang terdapat dalam masyarakat. Pada sistem pelapisan yang terbuka ,
individu memilik peluang besar untuk melakukan untuk melakukan mobilitas antar
kelas. Sedangkan pada sistem tertutup, mobilitas sosial individu tetap dapat
terjadi meskipun sangat terbatas dan berjalan lambat. Pada sistem pelapisan
tertutup, status yang ada dipaksakan oleh keadaan untuk diterima. Meskipun
terjadi perubahan , berjalan dalam waktu yang lama setelah melewati beberapa
generasi.
2. Keadaan Ekonomi
Terdapat perbedaan latar
belakang ekonomi keluarga dari setiap individu. Tetapi, masing-masing individu
pasti berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan keadaan ekonominya menjadi
lebih baik dari semula. Jadi, mobiltas sosialdisebabkan oleh suatu sikap yang tidak menerima keadaan ekonomi yang sudah
dimiliki sebelumnya.
3. Situasi Politik
Situasi
politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek lain sehingga
perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk melakukan
mobiltas vertikal maupun horizontal.
4. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tidak
di imbangi dengan penyediaan atau pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban.
Hal ini mudah di mengerti karena sejumlah kebutuhan harus dibagi-bagi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin banyak jumlahnya sehingga
tingkat kesejahteraan berkurang, bahkan mengarah pada kemiskinan.
C. FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL
1.
Perbedaan Ras
dan Agama
Diskriminasi
(pembedaan) ras mash banyak terjadi di dunia, baik yang secara terbuka maupun
secara terselubung. Perbedaan ini terutama di rasakan oleh ras minoritas.
Biasanya pemerintah suatu negara menerapkan kebijakan tertentu yang membatasi
hak-hak ras minoritas
tersebut, seperti yang terjadi pada ras aborigin di Australia atau ras Indian di Amerika Serikat.
2.
Diskriminasi
Kelas
Hambatan juga dapat
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial tertentu. Misalnya,
pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, sekolah formal hanya dapat di ikuti
oleh anak-anak Belanda, warga asing (khususnya dari Asia Timur) dan kaum
bangsawan pribumi yang memperoleh dukungan dari pemerintah kolonial Belanda.
3.
Pengaruh
Sosialisasi yang Kuat
Sosialisasi adalah suatu
proses dimana seorang anak berpartisipasi menjadi anggota masyarakat. Jika
proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola prilaku, cara pandang, dan
persepsi, akan tertanam dengan sangat kuat sehingga sulit dipengaruhi oleh
unsur-unsur yang dianut kelas sosial lainnya. Misal, pada umumnya seorang
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tinggal di pedesaan sederhana akan
menghayati semua norma dan nilai-nilai keluarganya, sehingga akan menolak atau
bahkan menghindar bila bertemu dengan tata nilai dan norma dalam masyarakat
kota yang dianggap tidak pantas dilakukan.
4.
Kemiskinan
Banyak ilmuan yang
menjadiakn kemiskinan ( kemiskinan material ) sebagai dasar permasalahan
sulitnya masyarakat berubah dari kelas bawah ke kelas menengah ataupun atas.
Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai atas saran informasi dan
pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok lain dan dari generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas sosial
yang sama.
5.
Perbedaan Jenis
Kelamin
Meskipun telah disinggung
sebelumnya bahwa sosiologi tidak memandang status sosial pria lebih
tinggi dari pada wanita, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang
memandang bahwa pria lebih superior. Hal ini memengaruhi pencapaian prestasi,
kekuasaan, dan status sosial yang dicapai oleh kebanyakan kaum wanita di
seluruh dunia.
D. PROSES TERJADINYA
MOBILITAS SOSIAL
Gerak sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak
dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu
dalam kelompok dan hubungannya adalah
suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok
dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam,
yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal
merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya, seseorang yang
beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga
peralihan lainnya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi
perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial. Gerak sosialvertikal
dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka
terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social-climbing) dan turun (social-sinking).Dalam pelapisan
masyarakat, semakin seimbang kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukan
tersebut akan semakin besar gerak sosial. Itu berarti bahwa sufat sistem
lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sisyem lapisan terbuka, kedudukan apa
yang hendak dicapai semuanya terserah pada individunya.
Menurut Pitirim A Sorokin, gerak sosialvertikal mempunyai
saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosialvertikal melalui saluran
tersebut disebut social circulation.
Sebagai contoh lembaga pendidikan sebagai saluran gerak sosial seperti sekolah,
pada umumnya merupakan saluran konkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan
sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang bergerak dari
kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi.
Kadang-kadang dijumpai keadaan disekolah-sekolah tertentu hanya dapat dimasuki
oleh golongan-golongan masyarakat tertentu di Indonesia sendiri, secara relatif
dapat ditelaah kedudukan apa yang ditempati oleh lapisan yang rendah maka dia
akan menjadi saluran geraksosial yang vertikal. Adapula mobilitas antargenerasi (Perpindahan
Status yang dilakukan oleh dua generasi. Misal orang tua dengan anak-anaknya)
dan mobilitas intragenerasi (terjadi dalam satu kelompok generasi yang sama).
Adapun cara melakukan mobilitas diantaranya yaitu:
a. Perubahan
standar hidup melalui
perkawinan
Berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru mengubah
nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
b. Perubahan
tingkah laku
Manusia memerlukan
kedudukan dan peranan didalam masyarakat dalam hal ini tidak selalu sama dalam
hal pemenuhannya. Maka tidak dapat dihindarkan bahwa masyarakat harus
menyediakan beberapa macam sistem
pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan
kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Dengan
demikian mau tidak mau maka harus ada pelapisan masyarakat dan mobilitas sosial
karena gejala tersebut sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat,
yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial
dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan
peranannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya dorong agar
mesyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap
masyarakat juga berlainan, karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan
masing-masing masyarakat jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap
tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap
terpenting serta memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.
E.
SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL
1. Angkatan
Bersenjata
Seseorang
yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam membela
nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan
dan naik pangkat.
2. Pendidikan
Pendidikan formal
maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering
digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Pendidikan
memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih
tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai
jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan
menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi
pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
3. Organisasi
Politik
Seorang
angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar
akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota
dewan legislatif atau eksekutif .
4. Lembaga
Keagamaan
Lembaga
ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama
menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat tapi
pemuka agama selalu berusaha untuk menaikkan status mereka yang berkedudukan
rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
5. Organisasi
Ekonomi
Organisasi
ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal
karena dalam organisasi ini posisi sosial bersifat relatif terbuka.
6. Organisasi
Profesi
Organisasi
profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara
lain ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) dan Ikatan Sarjana Indonesia (ISPI).
7. Perkawinan
Melalui
perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya,seseorang wanita yang
berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus sosial
ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial nya sang
wanita.
8. Organisasi
keolahragaan
Melalui
organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang
lebih tinggi.
F.
DAMPAK MOBILITAS SOSIAL
1. Mendorong Seseorang Untuk Maju
Seseorang yang berhasil
naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan termotivasi atau terdorong untuk
lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat mempertahankan, atau bahkan
meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas yang lebih tinggi lagi. Misalnya seorang staf dipromosikan menjadi pemimpin
unit di kantornya.
2. Mempercepat Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah
perubahan struktur sosial yang meliputi lembaga-lembaga tempat individu menjadi
bagiannya. Melalui mobilitas sosial, seseorang termotivasi untuk melakukan perubahan pola perilakunya.
3. Menimbulkan Kecemasan dan Ketegangan
Seseorang yang mengalami
penurunan ke kelas sosial yang lebih rendah akan mengalami kecemasan sebab
fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang sebelumnya dia miliki dan dinikmati dalam melakukan aktivitas
sehari-hari tidak lagi dimiliki.
4. Keretakan Hubungan Dalam Kelompok
Keretakan hubungan dalam
kelompok primer terjadi ketika salah seorang yang mulanya merupakan anggota
suatu kelompok kemudian mengalami perpindahan kelas sosial ke kelas sosial yang
lebih rendah atau lebih tinggi. Misal, seseorang yang berasal dari kelompok
masyarakat petani di suatu kampung kemudian memperoleh jabatan yang lebih tinggi disuatu lembaga pemerintahan.
G.
HUBUNGAN PENDIDIKAN
DAN MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan
dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam
masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu.
Dengan demikian terbuka kesempatan untuk ke golongan sosial yang lebih tinggi.
Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu
kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi
mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial
seseorang yang sukar ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para
tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan
pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas
dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan
sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi seriap peserta
didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban belajar atau
pendidikan universal memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua golongan sosial.
Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi sekalipun tidak dapat
dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-cita itu tidak mudah diwujudkan.
Hubungan
antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan Robert G. Burgess
dalam Bahar (1989: 37) bahwa sistem pendidikanlah yang menjadi mekanisme
mobilitas sosial. Pendapat Ivan Reid (1989: 37) menyatakan bahwa pendidikan
memainkan peranan penting dalam mobilitassosial sekalipun tidak tertuju pada
penempatan pekerjaan tertentu. Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam
mobilitas sosial, kita mengetahui bahwa kualifikasi pendidikan harus
dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan.
Ada
beberapa hal dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan mobilitas sosial
yaitu: kesempatan pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu
antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat. Kalangan masyarakat bawah
menginginkan terjadinya perubahan atau mobilitas sosial melaui pendidikan.
Selain itu juga untk mendapatkan pekerjaan, kualifikasi pendidikan ada
hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang
berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan pekerjaannya.
Kesempatan pekerjaan antara satu daerah
dengan daerah lainnya berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya
pendidikan, maka pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak.Jadi secara
singkat hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh
pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas
sosial semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan semakin baik, dan
hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
H.
PERAN PENDIDIKAN DALAM MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas. Yang pertama
berakhir pada jabatan mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan “sosial
hanya satu, tapi dua mobilitasarus mampu untuk mengubah mainstream peserta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan
merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Pendidikan dapat menjadi penyandar
bagi mobilitas. Artinya, dari ketiga pendidikan yang ada, formal, informal, dan
nonformal, nampaknya dua dari tiga pendidikan tersebut dapat diandalkan. Pada
pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai
kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik
status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman kemudian mereka
lebih mempercayai kemampuan individu atau skill yang harus menghormati
kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Inilah yang
ahirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan nonformal yang lebih bisa
memberikan keterampilan praktis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya memiliki
pengaruh bagi seseorang.
Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah
pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan
kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat
di dalam masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan yang sama bagi
kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini fungsi
pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi
sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat.
Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial. Pendidikan
yang diinginkan oleh masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.
I.
MOBILITAS SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan anak
tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan
baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan
mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada banyak dunia usaha dan
perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu, melainkan dua tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, yang lainnya bermula dari
kedudukan “program pengembangan eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan
pimpinan. Menaiki tangga mobilitas yang kedua tanpa ijazah pendidikan tinggi
adalah sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini diduga bahwa bertambah
tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak
golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar bila pendidikan
itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar
ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan apakah mobilitassosial dengan
sendirinya akan meningkat. Mungkin sekalitidak akan terjadi perluasan mobilitas
sosial, seperti dikemukakan diatas ijazah SMU tidak lagi memberkan mobilitas
yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat
memberikan mobilitas itu walaupun
dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijazah
untuk meningkat dalam status sosial.
J.
STRATEGI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DEMI TERCAPAINYA
MOBILITAS SOSIAL
Pada
dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standarsaja. Dari tiga “jenispendidikan”
yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan
nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebihbisa diandalkan. Pada
pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai
kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih mempercayaikemampuan
atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati
kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang pemegang
syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya
pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan
praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada
pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas,
memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam
masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran
pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan
ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia pendidikan
yang mulai dirintis sebagaialternatif untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan
menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan
kemajuan kedepan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus
diperhatikan, yaitu:
a.
Pendidikan akan berpengaruh
terhadap perubahan masyarakatdan
b.
Pendidikan harus memberikan
sumbangan optimal terhadap proses trnasformasi menuju terwujudnya masyakat
madani.
Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan
langkah-langkah yang strategis, yaitu “mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat
terlaksanya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih
bersifat strategis dan praktissehingga dapat diimplementasikan dilapangan”
langkah-langkah tersebut harusdilakukan secara terencana, sistematis, dan
menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa
terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif
dan mampu meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan betul-betulakan
berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan
sumbangan optimasi terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan
dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam
membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab. Sedangkan mobilitas sosial adalah gerak
dalam suatu struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari
kedudukannya yang satu ke kedudukan lainnya.
Terdapat banyak faktor
penghambat dan pendorong timbulnya mobilitas sosial. Oleh karena itu pendidikan untuk
mencapai mobilitas sosial ini maka pendidikan merupakan anak tangga mobilitas
yang penting. Selain itu, kita harus mengupayakan supaya semua masyarakat
memperoleh kesempatan pendidkan yang sama tanpa
memandang perbedaan status sosial.
B.
SARAN
Sebagai seorang
pendidik sebaiknya
bisa menjadi pendidik yang baik yang membimbing serta memberikan solusi bagi
semua peserta didiknya serta dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
maupun peserta didiknya secara optimal.
Dengan adanya mobilitas sosial dalam pendidikan ini diharapkan semua masyarakat memperoleh
kesempatan pendidkan yang sama tanpa memandang
perbedaan status sosial
yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Ayumika, Trisna. 2012. [Online]. Pendidikan dalam Mengupayakan Mobilitas.
Tersedia : http://etnosentrisna.blogspot.com/2012/11/pendidikan-dalam-mengupayakan-mobilitas.html.
H. Gunawan, Sosiologi
Pendidikan. 2000. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Nababan. 2012. Pengertian
Mobilitas. [Online]. Tersedia : http://nababan363.blogspot.com/2012/11/pengertian-mobilitas.html.
Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan. 2009. Padang:
The Zaky Press.
Rizal Rasyid, Imra. Pendidikan dan Mobilitas sosial. 2012. [Online]. Tersedia :https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.
Sadiah, Nurul. 2013. [Online]. Pendidikan dan Mobilitas Sosial Studi Kasus
Pengangguran Terdidik. Tersedia : http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-sosial-studi-kasus-pengangguran-terdidik.
Sunarto, Kamanto A. 1959. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Fakultas
Ekonomi.
Syadia, Donny. 2013. [Online]. Ekonomi-Sosiologi Semester-1
Mobilitas-Sosial. Tersedia :https://donnysyadia.wordpress.com/ekonomi/sosiologi/semester-1/mobilitas-sosial.
Tim Sosiologi. 2007.[Online]. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat.
Jakarta: Yudhistira
izin copy mbak
BalasHapusizin copy
BalasHapusizin copy
BalasHapusasalamaualaikum maaf mbak saya mau minta izin untuk mengopy
HapusIzin mengcopy ka
BalasHapus