Kamis, 20 Juni 2019

PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kondisi yang  jauh  dari apa yang  diharapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di Negara ini sangat bermacam-macam, meliputi hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam sekolah,pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak sekolah dan lembaga pendidikan dalam masyarakat.Untuk itu, para guru dan calon guru harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap kali malah memisahkan pesrta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi apada pemenuhan kebutuhan pasar baik yang sekarang ataupun yang akan datang. Sehingga peserta didik setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas sosial malah hilang dari realitas sosial yang ada dimasyarakat.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari pendidikan tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan peranannya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam kalangan masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan mengajarkan bahwa komunis, kapitalisme, dan anakirme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu melakukan analisa sosial.Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan dan mobilitas sosial?
2.      Apa sajakah faktor-faktor pendorong mobilitas sosial?
3.      Apa sajakah faktor-faktor penghambat mobilitas sosial?
4.      Bagaimanakah proses terjadinya mobilitas sosial?
5.      Bagaimanakah dampak mobilitas sosial?
6.      Bagaimanakah hubungan pendidikan dan mobilitas sosial?
7.      Bagaimanakah peran pendidikan dalam mobilitas sosial?
8.      Bagaimanakah terjadinya mobilitas sosial melalui pendidikan?
9.      Bagaimanakah pandangan pendidikan menurut perbedaan sosial?
10.  Bagaimana strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas sosial?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pendidikan dan mobilitas sosial.
2.      Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor pendorong mobilitas sosial.
3.      Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor penghambat mobilitas sosial.
4.      Untuk mengetahui bagaimanakah proses terjadinya mobilitas sosial.
5.      Untuk mengetahui bagaimanakah dampak mobilitas sosial.
6.      Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan pendidikan dan mobilitas sosial.
7.      Untuk mengetahui bagaimanakah peran pendidikan dalam mobilitas sosial.
8.      Untuk mengetahui bagaimanakah terjadinya mobilitas sosial melalui pendidikan.
9.      Untuk mengetahui bagaimanakah pandangan pendidikan menurut perbedaan sosial.
10.  Untuk mengetahui bagaimanana strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas sosial.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika
Pada bab I, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Pada bab II, berisi tentang pendidikan dan mobilitas sosial, faktor-faktor pendorong mobilitas sosial, faktor-faktor penghambat mobilitas sosial, proses terjadinya mobilitas sosial, dampak mobilitas sosial, hubungan pendidikan dan mobilitas sosial, peran pendidikan dalam mobilitas sosial, dan mobilitas sosial melalui pendidikan.
Pada bab III berisi kesimpulan dan saran untuk makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
1.      Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam disebutkan tarbiyah yang diterjemahkan dengan pendidikan.
Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh ahli, diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba memberikan pengertian pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik menuju terbentuknya pribadi yang utama. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.

2.      Pengertian Moilitas Sosial
Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem status dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertikal. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan menurut Haditono mobilitas sosial adalah perpindahan seorang atau sekelompok orang dari kedudukannya yang satu ke kedudukan lain. Kedudukan dapat berarti: situasi tempat, dapat pula berarti status. Berikut adalah pengertian mobilitas sosial menurut para ahli:
a.       Menurut Soerjono Soekanto:Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
b.       Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack:Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
c.        Menurut William Kornblum:Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok sosialnya dan satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
d.       Menurut H.EdwardRansford: Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
e.        Menurut Robert M.Z. Lawang:Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya.
f.        Menurut Horton dan Hunt: Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
Jadi dapat disimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu ke tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak” atau “perpindahan”. Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika sosial yang secara harfiah seringkali diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat berpindah atau berubah posisi sosial seseorang atau sekelompok orang pada saat yang berbeda.

B.     FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MOBILITAS SOSIAL
1.      Status Sosial
Setiap manusia secara hierarki berhak untuk memlih atau mengubah status sosial yang mereka terima sejak lahir. Tetapi hal ini sangat tergantung pada sistem stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Pada sistem pelapisan yang terbuka , individu memilik peluang besar untuk melakukan untuk melakukan mobilitas antar kelas. Sedangkan pada sistem tertutup, mobilitas sosial individu tetap dapat terjadi meskipun sangat terbatas dan berjalan lambat. Pada sistem pelapisan tertutup, status yang ada dipaksakan oleh keadaan untuk diterima. Meskipun terjadi perubahan , berjalan dalam waktu yang lama setelah melewati beberapa generasi.
2.      Keadaan Ekonomi
Terdapat perbedaan latar belakang ekonomi keluarga dari setiap individu. Tetapi, masing-masing individu pasti berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan keadaan ekonominya menjadi lebih baik dari semula. Jadi, mobiltas sosialdisebabkan oleh suatu sikap yang tidak menerima keadaan ekonomi yang sudah dimiliki sebelumnya.
3.      Situasi Politik
Situasi politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek lain sehingga perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk melakukan mobiltas vertikal maupun horizontal.
4.      Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tidak di imbangi dengan penyediaan atau pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban. Hal ini mudah di mengerti karena sejumlah kebutuhan harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin banyak  jumlahnya sehingga tingkat kesejahteraan berkurang, bahkan mengarah pada kemiskinan.

C.    FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL
1.      Perbedaan Ras dan Agama
Diskriminasi (pembedaan) ras mash banyak terjadi di dunia, baik yang secara terbuka maupun secara terselubung. Perbedaan ini terutama di rasakan oleh ras minoritas. Biasanya pemerintah suatu negara menerapkan kebijakan tertentu yang membatasi hak-hak  ras minoritas tersebut, seperti yang terjadi pada ras aborigin di Australia atau ras Indian di Amerika Serikat.
2.      Diskriminasi Kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial tertentu. Misalnya, pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, sekolah formal hanya dapat di ikuti oleh anak-anak Belanda, warga asing (khususnya dari Asia Timur) dan kaum bangsawan pribumi yang memperoleh dukungan dari pemerintah kolonial Belanda.
3.      Pengaruh Sosialisasi yang Kuat
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak berpartisipasi menjadi anggota masyarakat. Jika proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola prilaku, cara pandang, dan persepsi, akan tertanam dengan sangat kuat sehingga sulit dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dianut kelas sosial  lainnya. Misal, pada umumnya seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tinggal di pedesaan sederhana akan menghayati semua norma dan nilai-nilai keluarganya, sehingga akan menolak atau bahkan menghindar bila bertemu dengan tata nilai dan norma dalam masyarakat kota yang dianggap tidak pantas dilakukan.
4.      Kemiskinan
Banyak  ilmuan yang menjadiakn kemiskinan ( kemiskinan material ) sebagai dasar  permasalahan sulitnya masyarakat berubah dari kelas bawah ke kelas menengah ataupun atas. Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai atas saran informasi dan pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok lain dan dari generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas sosial yang sama.
5.      Perbedaan Jenis Kelamin
Meskipun telah disinggung sebelumnya bahwa sosiologi tidak memandang status sosial  pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang memandang bahwa pria lebih superior. Hal ini memengaruhi pencapaian prestasi, kekuasaan, dan status sosial yang dicapai oleh kebanyakan kaum wanita di seluruh dunia.

D.    PROSES TERJADINYA MOBILITAS SOSIAL
Gerak sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungannya adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. 
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan lainnya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial. Gerak sosialvertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social-climbing) dan turun (social-sinking).Dalam pelapisan masyarakat, semakin seimbang kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosial. Itu berarti bahwa sufat sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sisyem lapisan terbuka, kedudukan apa yang hendak dicapai semuanya terserah pada individunya. 
Menurut Pitirim A Sorokin, gerak sosialvertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosialvertikal melalui saluran tersebut disebut social circulation. Sebagai contoh lembaga pendidikan sebagai saluran gerak sosial seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran konkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan disekolah-sekolah tertentu hanya dapat dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat tertentu di Indonesia sendiri, secara relatif dapat ditelaah kedudukan apa yang ditempati oleh lapisan yang rendah maka dia akan menjadi saluran geraksosial yang vertikal. Adapula mobilitas antargenerasi (Perpindahan Status yang dilakukan oleh dua generasi. Misal orang tua dengan anak-anaknya) dan mobilitas intragenerasi (terjadi dalam satu kelompok generasi yang sama).
Adapun cara melakukan mobilitas diantaranya yaitu:
a.       Perubahan standar hidup melalui perkawinan
Berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
b.      Perubahan tingkah laku
Manusia memerlukan kedudukan dan peranan didalam masyarakat dalam hal ini tidak selalu sama dalam hal pemenuhannya. Maka tidak dapat dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Dengan demikian mau tidak mau maka harus ada pelapisan masyarakat dan mobilitas sosial karena gejala tersebut sekaligus memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya. Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya dorong agar mesyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan, karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal. 

E.     SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL
1.      Angkatan Bersenjata
Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
2.      Pendidikan
Pendidikan  formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
3.      Organisasi Politik
 Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif .
4.      Lembaga Keagamaan
Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat tapi pemuka agama selalu berusaha untuk menaikkan status mereka yang berkedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
5.      Organisasi Ekonomi
Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal karena dalam organisasi ini posisi sosial bersifat relatif terbuka.
6.      Organisasi Profesi
Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara lain ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Ikatan Sarjana Indonesia (ISPI).
7.      Perkawinan
Melalui perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya,seseorang wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial nya sang wanita.
8.      Organisasi keolahragaan
Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi.

F.     DAMPAK MOBILITAS SOSIAL
1.      Mendorong Seseorang Untuk Maju
Seseorang yang berhasil naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan termotivasi atau terdorong untuk lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas yang lebih tinggi lagi. Misalnya seorang staf dipromosikan menjadi pemimpin unit di kantornya.
2.      Mempercepat Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan struktur sosial yang meliputi lembaga-lembaga tempat individu menjadi bagiannya. Melalui mobilitas sosial, seseorang termotivasi untuk melakukan perubahan pola perilakunya.
3.      Menimbulkan Kecemasan dan Ketegangan
Seseorang yang mengalami penurunan ke kelas sosial yang lebih rendah akan mengalami kecemasan sebab fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang sebelumnya dia miliki dan dinikmati dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak lagi dimiliki.
4.      Keretakan Hubungan Dalam Kelompok
Keretakan hubungan dalam kelompok primer terjadi ketika salah seorang yang mulanya merupakan anggota suatu kelompok kemudian mengalami perpindahan kelas sosial ke kelas sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi. Misal, seseorang yang berasal dari kelompok masyarakat petani di suatu kampung kemudian memperoleh jabatan yang lebih tinggi disuatu lembaga pemerintahan.

G.    HUBUNGAN PENDIDIKAN  DAN MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi seriap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-cita itu tidak mudah diwujudkan.
Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan Robert G. Burgess dalam Bahar (1989: 37) bahwa sistem pendidikanlah yang menjadi mekanisme mobilitas sosial. Pendapat Ivan Reid (1989: 37) menyatakan bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam mobilitassosial sekalipun tidak tertuju pada penempatan pekerjaan tertentu. Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam mobilitas sosial, kita mengetahui bahwa kualifikasi pendidikan harus dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan. 
Ada beberapa hal dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan mobilitas sosial yaitu: kesempatan pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat. Kalangan masyarakat bawah menginginkan terjadinya perubahan atau mobilitas sosial melaui pendidikan. Selain itu juga untk mendapatkan pekerjaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan pekerjaannya. Kesempatan pekerjaan antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan, maka pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak.Jadi secara singkat hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas sosial semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan semakin baik, dan hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

H.    PERAN PENDIDIKAN DALAM MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas. Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan “sosial hanya satu, tapi dua mobilitasarus mampu untuk mengubah mainstream peserta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Pendidikan dapat menjadi penyandar bagi mobilitas. Artinya, dari ketiga pendidikan yang ada, formal, informal, dan nonformal, nampaknya dua dari tiga pendidikan tersebut dapat diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman kemudian mereka lebih mempercayai kemampuan individu atau skill yang harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Inilah yang ahirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan nonformal yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya memiliki pengaruh bagi seseorang.
Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial. Pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.

I.       MOBILITAS SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada banyak dunia usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu, melainkan dua tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, yang lainnya bermula dari kedudukan “program pengembangan eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan pimpinan. Menaiki tangga mobilitas yang kedua tanpa ijazah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi. Hal ini diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan apakah mobilitassosial dengan sendirinya akan meningkat. Mungkin sekalitidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial, seperti dikemukakan diatas ijazah SMU tidak lagi memberkan mobilitas yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat memberikan mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijazah untuk meningkat dalam status sosial.

J.      STRATEGI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DEMI TERCAPAINYA MOBILITAS SOSIAL
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standarsaja. Dari tiga “jenispendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebihbisa diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih mempercayaikemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
          Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia pendidikan yang mulai dirintis sebagaialternatif untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.
          Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu:
a.       Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakatdan
b.      Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses trnasformasi menuju terwujudnya masyakat madani.
          Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu “mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat terlaksanya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan praktissehingga dapat diimplementasikan dilapangan” langkah-langkah tersebut harusdilakukan secara terencana, sistematis, dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan betul-betulakan berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangan optimasi terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab. Sedangkan mobilitas sosial adalah gerak dalam suatu struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukannya yang satu ke kedudukan lainnya. Terdapat banyak faktor penghambat dan pendorong timbulnya mobilitas sosial. Oleh karena itu pendidikan untuk mencapai mobilitas sosial ini maka pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Selain itu, kita harus mengupayakan supaya semua masyarakat memperoleh kesempatan pendidkan yang sama tanpa memandang perbedaan status sosial.

B.     SARAN
Sebagai seorang pendidik sebaiknya bisa menjadi pendidik yang baik yang membimbing serta memberikan solusi bagi semua peserta didiknya serta dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya maupun peserta didiknya secara optimal. Dengan adanya mobilitas sosial dalam pendidikan ini diharapkan semua masyarakat memperoleh kesempatan pendidkan yang sama tanpa memandang perbedaan status sosial yang mereka miliki.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Ayumika, Trisna. 2012. [Online]. Pendidikan dalam Mengupayakan Mobilitas. Tersedia : http://etnosentrisna.blogspot.com/2012/11/pendidikan-dalam-mengupayakan-mobilitas.html.
H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan. 2000. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nababan. 2012. Pengertian Mobilitas. [Online]. Tersedia : http://nababan363.blogspot.com/2012/11/pengertian-mobilitas.html.
Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan. 2009. Padang: The Zaky Press.
Rizal Rasyid, Imra. Pendidikan dan Mobilitas sosial. 2012. [Online]. Tersedia :https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.
Sadiah, Nurul. 2013. [Online]. Pendidikan dan Mobilitas Sosial Studi Kasus Pengangguran Terdidik. Tersedia : http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-sosial-studi-kasus-pengangguran-terdidik.
Sunarto, Kamanto A. 1959. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi.
Syadia, Donny. 2013. [Online]. Ekonomi-Sosiologi Semester-1 Mobilitas-Sosial. Tersedia :https://donnysyadia.wordpress.com/ekonomi/sosiologi/semester-1/mobilitas-sosial.
Tim Sosiologi. 2007.[Online]. Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira

5 komentar: