BAB II
PEMBAHASAN
A. A. Pengertian
Masyarakat dan Macam-macamnya
Dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia, masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok
tertentu yang membentuk perikehidupan yang berbudaya. Masyarakat memiliki pengertian
hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain masyarakat adalah wadah atau segenap
hubungan sosial
sekelompok orang yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok dan tiap-tiap kelompok memiliki kelompok kecil atau sub kelompok, dengan
demikian individu atau penduduk adalah bagian dari masyarakat. Jika diartikan
lebih rinci masyarakat dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Tinggal pada suatu daerah atau wilayah tertentu (ikatan
geografis).
2.
Hidup bersama dalam arti luas.
3. Mengadakan hubungan atau interaksi satu sama lain yang
teratus dan tetap.
4.
Sebagai akibat antar hubungan atau interaksi antar manusia.
5.
Mereka akan terikat satu sama lainya karena mereka memiliki
kepentingan bersama.
6.
Mempunyai tujuan bersama, dan oleh karenanya mereka memiliki
kepentingan bersama.
7.
Mengadakan ikatan/kesatuan atas dasar unsure-unsur
sebelumnya.
8. Atas dasar pengalaman mereka mempunyai perasaan solidaritas
perasaan untuk membagi sesuatu secara bersama.
9.
Sadar akan ketergantungan (interpendensi) satu sama lainya.
10.
Berdasarkan
system yang terbentuk mereka dengan sendirinya membentuk norma-normanya.
|
11. Atas dasar unsur-unsur diatas
akhirnya membentuk kebudayaan bersama dari hubungan antar manusia.
Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat
manusia. Dalam pengelompokan tersebut sering dibedakan antara kelompok primer
dan sekunder. Kelompok primer merupakan kelompok pertama dimana ia mula-mula
berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga, kelompok sepermainan dan
lingkungan tetangga. Dalam kelompok primer terdapat hubungan temu muka langsung
dalam suasana akrab. Dalam kelompok ini ia mempelajari kebiasaan fundamental
seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan untuk mengurus diri sendiri,
kerjasama dan bersaing, disiplin dan sebagainya. Kelompok primer ini juga
sering disebut gemeinschaft.
Kelompok sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu
berdasarkan kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama,
dan partai politik yang anggotanya mungkin tidak pernah saling bertemu.
Kelompok sekunder ini dapat hidup lama melampau suatu generasi. Kelompok sekunder
sering disebut dengan gesellschaft.
Penggolongan berdasarkan fungsinya ada dua yaitu kelompok
“orang-dalam” (in-group) dan kelompok “orang-luar” (out- group). Kelompok orang
dalam terdapat dalam kelompok primer maupun sekunder, dalah kelompok yang kita
rasakan sebagai solider, setia, akrab, bersahabat dan rapat. Kita merasa
bersatu seperasaan, sepemikiran, seperbuatan dengan mereka, dan rela
mempertahankan, melindungi dan berkorban sehingga kita saling merasa senang,
memahami penuh cinta dan simpati. Rasa in- group sangat kuat dikalangan murid-
murid, khususnya pada tingkat SMTA.
Terhadap kelompok orang luar kita merasa tidak senang,
bahkan benci, menganggapnya sebagai sainggan, lawan dan ancaman. Dalam kelompok
ini suatu kelompok akan merasa lebih baik dari pada kelompok orang lain.
Bangsa, agama, sekolah dirasa melebihi kelompok orang lain.
B. B. Kebudayaan Sekolah dan
Macam-macamnya
1. Pengertian Kebudayaan
Dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia,kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (cultuur dalam
bahasa belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa
latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
maka berkembanglah arti culture yang berarti “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengubah alam”. Sedangkan dari sudut bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu
bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain
mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk
yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan antara pengertian
budaya dengan kebudayaa. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa dan karsa
tersebut, dimana pengertian dari cipta itu sendiri ialah merupakan tenaga-tenaga
yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat
mencari jalan yang tepat untuk suatu kegiatan. Rasa meliputi
tenaga-tenaga yang memberi sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan,
kesenang-senangan, ketidak senangan dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan
jasmaniah seperti rasa sakit, rasa dingin dan sebagainya. Sedangkan karsa
ialah meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari
suatau kegiatan, termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu atau
keinginan-keinginan, hasrat-hasrat dan kemauan. Kebudayaan sendiri berarti
keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenangan,
sosial, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain seperti kebiasaan-kebiasaan
yang diadakan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam
istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”disini hanya dipakai
sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.
2.
Pengertian Kebudayaan Sekolah
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai,
norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang
dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa
sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang
muncul di sekolah. Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di
sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan
Sekolah.
Walaupun
kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas. Namun
mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan
kebudayaan kepada generasi baru dan arena itu harus selalu memperhatikan masyarakat
dan kebudayaan umum. Akan tetapi disekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan
tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus
umum kebudayaan. Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainya
sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah
merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi
diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap sekolah
memiliki aturan tata tertib, kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne
sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan corak
khas kepada sekolah yang bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959) pada
beberapa sekolah menengah menunjukan bahwa ethos suatu sekolah memiliki
pengaruh prestasi akademik dan aspirasi pada siswa mengenai pekerjaan.
Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah
juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari waktu murid terpisah
dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi serupa ini dapat
berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta
upacara-upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah
yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap,
terampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik control
tertentu yang berlaku disekolah itu.
Dalam melaksanakan kurikulum dan
ekstra kurikulum berkembang sejumlah pola kelakuan yang khas bagi sekolah yang
berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Tiap kebudayaan mengandung bentuk
kelakuan yang yang diharapkan dari anggotanya. Di sekolah diharapkan bentuk
kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi
setiap murid dan guru. Norma ini nyata dalam kelakuan murid
dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman
terhadap pelanggaran,
juga dalam berbagai kegiatan seperti
upacara-upacara.
3.
Unsur-unsur Kebudayaan Sekolah
Sistem pendidikan mengembangkan pola
kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan
murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ
dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki
beberapa unsur-unsur penting yaitu:
a.
Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan perlengkapan
lainnya).
b.
Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun
fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
c. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri
atas guru-guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching spesialis.
d.
Nilai-nilai norma, system peraturan, dan iklim kehidupan
sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah
dalam dua kategori:
a. Unsur yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan
dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap
penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara
konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit
yang akan di capai oleh sekolah.
b. Unsur yang kasat mata dapat
termenifestasi secara konseptual meliputi :
1)
visi,misi, tujuan dan sasaran,
2)
kurikulum,
3)
bahasa komunikasi,
4)
narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
5)
struktur organisasi
6)
ritual, dan upacara,
7)
prosedur belajar mengajar,
8)
peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
9)
layanan psikologi sosial,
10) pola interaksi sekolah dengan orang
tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa : fasilitas dan peralatan,
artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.
Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha
peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a) Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang
mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama
dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap
belajar.
b) Kultur sekolah yang negative
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan,
misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa
jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c) Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat
memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam
siswa dan lain-lain.
Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan
dari anggotanya. Disekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid
dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Adapun contoh
kebudayaan di sekolah diantaranya :
a.
Kenaikan kelas
Belajar
dengan rajin agar naik kelas merupakan patokan yang mempengaruhi kehidupan anak
selama bersekolah. Untuk itu ia harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan
oleh kurikulum yang sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau
kitab catatan. Dengan nilai atau tes ulangan guru menilai kemampuan anak. Hak
guru memberi angka memberinya kekuasaan yang disegani murid. Ada juga guru yang
bila perlu menggunakan angka itu untuk menegakkan kekuasaannya. Guru itu
disebut “killer” sangat ditakuti.
Angka
rapor menjadi dasar bagi kenaikan kelas. Pemberian rapor dan penentuan kenaikan
kelas sering dilakukan dengan upacara tertentu sekalipun sederhana. Tinggal
kelas merupakan masalah yang berat bagi murid. Bagi anak yang bersangkutan ini
bahwa ia akan ditinggalkan oleh teman-temannya selama setidaknya satu tahun dan
ia harus masuk kelompok anak-anak yang lebih muda daripadanya yang selama ini
lebih rendah kedudukannya. Oleh sebab itu kenaikan kelas merupakan hal yang
sangat penting maka murid-murid biasanya belajar untuk memperoleh angka yang
baik , walaupun ilmu itu juga penting.
b.
Upacara-upacara
Peristiwa yang biasanya dilakukan
dengan upacara ialah penerimaan murid baru. Pada waktu yang lalu murid-murid
SMA turut melakukan masa perkenalan, meniru kakak-kakaknya diperguruan tinggi.
Upacara yang menggembirakan ialah upacara wisuda yang melepaskan para siswa
yang telah lulus yang kemudian akan melanjutkan pelajaran pada lembaga
pendidikan yang lebih tinggi atau mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan.
Upacara itu melambangkan beberapa hal:
1)
Untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan
generasi muda dan kepercayaan bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap
siswa. Dalam penyelenggaraan sekolah sering diperlukan dukungan dan bantuan
orang tua, spiritual, maupun materiil sebagai partner pemerintah.
2)
Bagi mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas
taraf pendidikan yang telah mereka capai. Wisuda mengakhiri periode tertentu
dalam hidupnya dan membuka lembaran baru serta memasukiperiode yang baru dan
masa menuju kedewasaan. Selain itu wisuda merupakan tanda penghargaan atas
keberhasilan siswa dalam pelajarannya yang diperoleh dengan jerih payah.
c.
Upacara Bendera
Upacara-upacara yang biasa dilakukan
di sekolah adalah Upacara Bendera. Ada sekolah yang memulai sekolah
dengan mengumpulkan murid-murid untuk upacara namun ada juga sekolah swasta
mungkin mulai dengan do’a serta pengumuman dan petunjuk dari kepala sekolah.
Ada pula yang memulai dengan senam pagi atau dengan kegiatan lain. Upacara ini selain mempunyai fungsi
control juga menanamkan rasa identifikasi anak dengan sekolahnya dan semangat
persatuan serta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik sekolahnya. Suatu
upacara yang diwajibkan bagi tiap sekolah dinegara kita adalah upacara bendera
pada setiap hari senin tiap minggu dan pada tanggal 17 tiap bulan. Upacara
bertujuan untuk menanamkan rasa kebangsaan dengan meresapkan dasar pikiran, dan
cita-cita serta norma-norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan
Sumpah Pemuda. Kesempatan ini juga dapat digunakan oleh Kepala Sekolah untuk
berbagai pengumuman dan petunjuk-petunjuk lainnya demi kebaikan sekolah.
Upacara dianggap sebagai kesempatan yang yang penting untuk menyampaikan dan
menerima pesan-pesan, seperti Penyerahan tanda penghargaan atas kemenangan atas kemenangan
dalam berbagai pertandingan dan perlombaan kemenangan ini sangat meningkatkan
rasa kebangsaaan atas sekolah sendiri serta identifikasi murid dengan
sekolahnya, dan upacara pergantian/pelantikan pengurus OSIS.
4.
Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam
bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang
di dalamnya berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan
peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, norma juga
kebiasaan yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun
nilai-nilai yang mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses
pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai
keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu
mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini
Karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya
dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a.
Bernilai Strategis
Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga budaya sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
b. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga
sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan
tumbuh bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya
ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai
dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang
seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajarnya, bila mereka diberi penghargaan
yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
c. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki
daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa
keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya
budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong
mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari
di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak
pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat
berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan
menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka didapatkan
peran kultur sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun
komitmen warga sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi,
ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah
mengeluh dan suasana batin yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Sekolah
yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut Community school
atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorentasi pada
masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia
melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah
kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi, transport,
dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta dalam
kegiatan masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok. Dengan
sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke sekolah, dari tahun ke tahun dan tidak dapat
ditentukan secara uniform. Murid-murid mempelajari lingkungan sosialnya untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran. Khususnya yang memberi
kesempatan kepada murid-murid untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam
masyarakat sekitarnya.
Dalam
melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan. Tokoh-tokoh dari
setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan, pemerintah,
agama, politik, dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah
dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang turut
bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini
bekerja sama dalam suatu aksi social.
Bayak
kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan sekolah seperti itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh
masyarakat dalam suatu proyek pelajaran sekolah akan banyak menemui rintangan. Demikian pula
bila anak ingin mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaan dan sebagainya. Kurikulum sekolah sepenuhnya di
dasarkan atas masalah-masalah masyarakat yang mendapat kencaman yang pedas dari golongan yang menginginkan
kurikulum akademis berdasarkan disiplin ilmu. Setelah peluncuran sputnik kurikulum
yang subject-centered
berupa mata pelajaran atau bidang studi kembali mendapat peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang
sepenuhnya pada prinsip-prinsip community school. Akan tetapi walaupun kurikulum
bersifat subject-centered, perlu juga berorientasi pada anak
dan masyarakat. Tak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak dan
tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap sekolah harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat karena sekolah didiirikan oleh masyarakat untuk
mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka kerena itu guru perlu
mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.
C. Norma- Norma Sosial Dalam Situasi
Belajar
1. Pengertian Norma
Norma
adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang diterapkan
berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku
manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.
Berikut adalah pengertian
norma menurut para ahli :
a.
Norma adalah aturan-aturan dan
harapan-harapan masyarakat yang memandu perilaku anggota-anggotanya (John J. Macionis, 1997).
b.
Norma adalah standar perilaku yang
mapan yang dipelihara oleh masyarakat (
Richard T. Schaefer & Robert P. Lamm, 1998).
c.
Norma adalah aturan atau pedoman
yang menyatakan tentang bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi
tertentu (Craig Calhoun, 1997).
d.
Norma adalah rancangan ideal
perilaku manusia yang memberikan batas-batas bagi anggota masyarakat dalam
mencapai tujuan hidupnya (Broom &
Selznic).
e.
Norma adalah prinsip atau aturan
yang konkret, yang seharusnya diperhatikan oleh warga masyarakat (Antony Giddens, 1994).
2.
Pengertian
Norma Sosial
Norma sosial adalah
kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan
sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam
menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat
bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat
berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
3.
Pengertian
Situasi/Kondisi Belajar
Kondisi
belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang
mana terjadi aktifitas
pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi
belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977)
menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in human
being’s performance before and after being placed in a learning situation”.
Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan dalam
penampilan/ kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi
belajar. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu
situasi belajar (learning situation) yang dapat mengahasilkan perubahan perilaku (performance)
pada seseorang setelah ia ditempatkan
pada situasi tersebut.
4.
Norma-norma Sosial dalam Situasi Belajar
Interaksi yang terus-menerus antara
guru dengan murid mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan
serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Tanpa disiplin
kegiatan tak dapat berjalan baik. Pelanggaran akan terjadi bila isyarat-isyarat
itu tidak dipahami atau tidak diterima baik oleh sebab komunilasi antara kedua
belah pihak tidak serasi.
Contoh penerapan norma-norma dalam
situasi belajar :
a. Norma Agama : agama adalah suatu
petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi
segala perintah dan larangannya. Yang berisikan peraturan hidup yang diterima
sebagai perintah, larangan, anjuran yang berasal dari Tuhan. Contohnya adalah berdoa sebelum dan sesudah
pembelajaran.
b. Norma Kesopanan : adalah
peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap
sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari sekelompok masyarakat. Contohnya sikap saling menghargai baik ketika
guru menerangkan ataupun ada siswa lain yang memberikan pendapat.
c. Norma Kelaziman : kelaziman
adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa pikir
panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan dan sesuai dengan tata
krama. Contohnya memberikan salam kepada guru
d. Norma Kesusilaan : kesusilaan
adalah pedoman yang mengandung makna dan dianggap penting bagi kesejahteraan
masyarakat dan dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati sanubari
manusia. Contohnya menghargai perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan beserta perannya.
e. Norma Hukum : aturan
tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau larangan yang memaksa dan yang
akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.
Contohnya peraturan didalam kelas ketika sedang belajar tidak boleh mengobrol
atau pun tidur.
Norma-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang
diharapkan oleh masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua
dan menerapkannya dalam kelasnya dalam bentuk norma-norma. Sedapat mungkin
norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan bertentangan dengan norma yang
berlaku dalam keluarga anak didik. Dalam hal ini pribadi guru dan latar
belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma masyarakat ke
dalam situasi kelas.
5.
Latar Belakang Guru
Menurut penelitian di Amerika serikat sebagian besar dari
guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha
kecil, buruh harian, dan hanya sebagian kecil saja yang ayahnya dari golongan
profesional atau golongan tinggi. Guru-guru kebanyakan berasal dari daerah
pedesaan atau kota kecil. Latar belakang guru yakni berasal dari golongan
petani dan kaum buruh perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah
yang banyak dipengaruhi oleh guru itu.
Guru akan membawa norma-norma dan
kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam
kelas yang diajarnya. Walaupun guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat
mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat oleh latar
belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin
sekali berbeda dengan norma murid-murid, khususnya di kota-kota. Banyak orang
tua murid, antara lain di sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi
dari guru sendiri.
Dalam kelas gurulah merupakan daya
utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar
dibantah. Dialah menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid agar ia
belajar. Ia menuntut agar anak-anak menghadiri setiap pelajaran agar mereka
berlaku jujur dalam ulangan, datang pada waktunya ke sekolah, melakukan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab.
Juga dalam kelakuan anak
sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara mengatasi konflik dan
hal-hal moral, pergaulan antar-gender, soal kejujuran sikap terhadap agama,
terhadap atasan orangtua, dan pemerintah guru itu akan dipengaruhi norma-norma
golongan dari mana ia berasal. Tentang peraturan-peraturan sekolah telah ada
yang ditentukan oleh pemerintah ada pula oleh kepala sekolah dan staf guru,
misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran
sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh semua anak, lepas dari status
sosial orang tua anak.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat memiliki pengertian
hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Sedangkan masyarakat sekolah berarti hubungan yang terjalin antar
beberapa kelompok orang yang ada di dalam lingkungan sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan bersama.
Budaya sekolah merupakan
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru,
staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan
berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Interaksi yang terus-menerus antara
guru dengan murid dalam situasi belajar mengharuskan masing-masing memahami
norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma
tertentu. Norma-norma sosial yang terdapat dalam situasi belajar diantaranya
adalah norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman, norma kesusilaan, dan
norma hukum.
B. Saran
Masyarakat dan kebudayaan sekolah memiliki hubungan yang saling berkaitan
dengan erat, dimana sekolah berperan sebagai saluran untuk mewariskan
nilai-nilai kebudayaan masyarakat dari generasi ke generasi. Oleh karena itu guru harus sedapat mungkin menciptakan interaksi di
kelas baik antara guru dengan murid atau murid dengan murid yang sesuai dengan
nilai-nilai budaya setempat dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru
juga harus mampu menegakkan norma-norma sosial dalam belajar agar tujuan
belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi Pendidkan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bambang Marhhiyanto.(....). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre Surabaya. hal.100
Bambang Marhhiyanto. (....). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre Surabaya. hal. 392
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. cet ix.hal. 144
Mahfudh Shahuddin,Abd. Kadir. (1991). Ilmu Sosial Dasar. cet i.hal. 59
Nasution.
(1994). Sosiologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim. (2013). Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah. [Online]. Tersedia : http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2013/03/masyarakat-dan-kebudayaan-sekolah.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Arif Nur. (2014).
Sosiologi Masyarakat dan
kebudayaan sekolah. [Online]. Tersedia : http://arifakatsu.blogspot.com/2014/05/sosiologi-masyarakat-dan-kebudayaan.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Artikelsiana. (2014). Pengertian Norma dan Fungsi Norma. [Online]. Tersedia :
http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-norma-fungsi-norma-definisi.html#_.[diakses tanggal 20 Maret 2015].
TBP, UNJ. (2011). Kondisi Belajar. [Online]. Tersedia:
http://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/kondisi-belajar.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Wikipedia.
(2013). Norma sosial. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar