Kamis, 20 Juni 2019

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH, NORMA-NORMA SOSIAL DALAM SITUASI BELAJAR


BAB II
PEMBAHASAN

A.      A. Pengertian Masyarakat dan Macam-macamnya
            Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan yang berbudaya. Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain masyarakat adalah wadah atau segenap hubungan sosial sekelompok orang yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok  dan tiap-tiap kelompok memiliki kelompok kecil atau sub kelompok, dengan demikian individu atau penduduk adalah bagian dari masyarakat. Jika diartikan lebih rinci masyarakat dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1.        Tinggal pada suatu daerah atau wilayah tertentu (ikatan geografis).
2.        Hidup bersama dalam arti luas.
3.        Mengadakan hubungan atau interaksi satu sama lain yang teratus dan tetap.
4.        Sebagai akibat antar hubungan atau interaksi antar manusia.
5.        Mereka akan terikat satu sama lainya karena mereka memiliki kepentingan bersama.
6.        Mempunyai tujuan bersama, dan oleh karenanya mereka memiliki kepentingan bersama.
7.        Mengadakan ikatan/kesatuan atas dasar unsure-unsur sebelumnya.
8.     Atas dasar pengalaman mereka mempunyai perasaan solidaritas perasaan untuk membagi sesuatu secara bersama.
9.        Sadar akan ketergantungan (interpendensi) satu sama lainya.
10.   


 
Berdasarkan system yang terbentuk mereka dengan sendirinya membentuk norma-normanya.
11.  Atas dasar unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama dari hubungan antar manusia.
Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Dalam pengelompokan tersebut sering dibedakan antara kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer merupakan kelompok pertama dimana ia mula-mula berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga, kelompok sepermainan dan lingkungan tetangga. Dalam kelompok primer terdapat hubungan temu muka langsung dalam suasana akrab. Dalam kelompok ini ia mempelajari kebiasaan fundamental seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan untuk mengurus diri sendiri, kerjasama dan bersaing, disiplin dan sebagainya. Kelompok primer ini juga sering disebut gemeinschaft.
Kelompok sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama, dan partai politik yang  anggotanya mungkin tidak pernah saling bertemu. Kelompok sekunder ini dapat hidup lama melampau suatu generasi. Kelompok sekunder sering disebut dengan gesellschaft.
Penggolongan berdasarkan fungsinya ada dua yaitu kelompok “orang-dalam” (in-group) dan kelompok “orang-luar” (out- group). Kelompok orang dalam terdapat dalam kelompok primer maupun sekunder, dalah kelompok yang kita rasakan sebagai solider, setia, akrab, bersahabat dan rapat. Kita merasa bersatu seperasaan, sepemikiran, seperbuatan dengan mereka,  dan rela mempertahankan, melindungi dan berkorban sehingga kita saling merasa senang, memahami penuh cinta dan simpati. Rasa in- group sangat kuat dikalangan murid- murid, khususnya pada tingkat SMTA.
Terhadap kelompok orang luar kita merasa tidak  senang, bahkan benci, menganggapnya sebagai sainggan, lawan dan ancaman. Dalam kelompok ini suatu kelompok akan merasa lebih baik dari pada kelompok orang lain. Bangsa, agama, sekolah dirasa melebihi kelompok orang lain.

B.       B. Kebudayaan Sekolah dan Macam-macamnya
     1.  Pengertian Kebudayaan
            Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (cultuur dalam bahasa belanda), (culture dalam bahasa inggris), berasal dari bahasa latin “colere” yang  berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini maka  berkembanglah arti culture yang berarti “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam”. Sedangkan dari sudut  bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaa. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa dan karsa tersebut, dimana pengertian dari cipta itu sendiri ialah merupakan tenaga-tenaga yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan yang tepat untuk suatu kegiatan. Rasa meliputi tenaga-tenaga yang memberi sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan, kesenang-senangan, ketidak senangan dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan jasmaniah seperti rasa sakit, rasa dingin dan sebagainya. Sedangkan karsa ialah meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatau kegiatan, termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu atau keinginan-keinginan, hasrat-hasrat dan kemauan. Kebudayaan sendiri berarti keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenangan, sosial, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain seperti kebiasaan-kebiasaan yang diadakan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.

2.        Pengertian Kebudayaan Sekolah
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah.
            Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas. Namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “Subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan arena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi disekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan. Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainya sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata tertib, kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959) pada beberapa sekolah menengah menunjukan bahwa ethos suatu sekolah memiliki pengaruh prestasi akademik dan aspirasi pada siswa mengenai pekerjaan.
            Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi serupa ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, terampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik control tertentu yang berlaku disekolah itu.
            Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra kurikulum berkembang sejumlah pola kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang yang diharapkan dari anggotanya. Di sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Norma ini nyata dalam kelakuan murid dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap pelanggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.

3.        Unsur-unsur Kebudayaan Sekolah
            Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki beberapa unsur-unsur penting yaitu:
a.         Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan perlengkapan lainnya).
b.        Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
c.  Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-guru, siswa, tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching spesialis.
d.        Nilai-nilai norma, system peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori:
a.       Unsur  yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
b.      Unsur yang kasat  mata dapat termenifestasi secara konseptual  meliputi :
1)        visi,misi, tujuan dan sasaran,
2)        kurikulum,
3)        bahasa komunikasi,
4)        narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
5)        struktur organisasi
6)        ritual, dan  upacara,
7)        prosedur belajar mengajar,
8)        peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
9)        layanan psikologi sosial,
10)    pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.

Unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a)      Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung    peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b)      Kultur sekolah yang negative
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c)      Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari anggotanya. Disekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Adapun contoh kebudayaan di sekolah diantaranya :
a.         Kenaikan kelas
Belajar dengan rajin agar naik kelas merupakan patokan yang mempengaruhi kehidupan anak selama bersekolah. Untuk itu ia harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan oleh kurikulum yang sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau kitab catatan. Dengan nilai atau tes ulangan guru menilai kemampuan anak. Hak guru memberi angka memberinya kekuasaan yang disegani murid. Ada juga guru yang bila perlu menggunakan angka itu untuk menegakkan kekuasaannya. Guru itu disebut “killer” sangat ditakuti.
Angka rapor menjadi dasar bagi kenaikan kelas. Pemberian rapor dan penentuan kenaikan kelas sering dilakukan dengan upacara tertentu sekalipun sederhana. Tinggal kelas merupakan masalah yang berat bagi murid. Bagi anak yang bersangkutan ini bahwa ia akan ditinggalkan oleh teman-temannya selama setidaknya satu tahun dan ia harus masuk kelompok anak-anak yang lebih muda daripadanya yang selama ini lebih rendah kedudukannya. Oleh sebab itu kenaikan kelas merupakan hal yang sangat penting maka murid-murid biasanya belajar untuk memperoleh angka yang baik , walaupun ilmu itu juga penting.
b.        Upacara-upacara
     Peristiwa yang biasanya dilakukan dengan upacara ialah penerimaan murid baru. Pada waktu yang lalu murid-murid SMA turut melakukan masa perkenalan, meniru kakak-kakaknya diperguruan tinggi. Upacara yang menggembirakan ialah upacara wisuda yang melepaskan para siswa yang telah lulus yang kemudian akan melanjutkan pelajaran pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi atau mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan.
Upacara itu melambangkan beberapa hal:
1)        Untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan generasi muda dan kepercayaan bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap siswa. Dalam penyelenggaraan sekolah sering diperlukan dukungan dan bantuan orang tua, spiritual, maupun materiil sebagai partner pemerintah.
2)        Bagi mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas taraf pendidikan yang telah mereka capai. Wisuda mengakhiri periode tertentu dalam hidupnya dan membuka lembaran baru serta memasukiperiode yang baru dan masa menuju kedewasaan. Selain itu wisuda merupakan tanda penghargaan atas keberhasilan siswa dalam pelajarannya yang diperoleh dengan jerih payah.
c.         Upacara Bendera
          Upacara-upacara yang biasa dilakukan di sekolah adalah Upacara Bendera. Ada sekolah yang memulai sekolah dengan mengumpulkan murid-murid untuk upacara namun ada juga sekolah swasta mungkin mulai dengan do’a serta pengumuman dan petunjuk dari kepala sekolah. Ada pula yang memulai dengan senam pagi atau dengan kegiatan lain. Upacara ini selain mempunyai fungsi control juga menanamkan rasa identifikasi anak dengan sekolahnya dan semangat persatuan serta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik sekolahnya. Suatu upacara yang diwajibkan bagi tiap sekolah dinegara kita adalah upacara bendera pada setiap hari senin tiap minggu dan pada tanggal 17 tiap bulan. Upacara bertujuan untuk menanamkan rasa kebangsaan dengan meresapkan dasar pikiran, dan cita-cita serta norma-norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan Sumpah Pemuda. Kesempatan ini juga dapat digunakan oleh Kepala Sekolah untuk berbagai pengumuman dan petunjuk-petunjuk lainnya demi kebaikan sekolah. Upacara dianggap sebagai kesempatan yang yang penting untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan, seperti Penyerahan tanda penghargaan atas kemenangan atas kemenangan dalam berbagai pertandingan dan perlombaan kemenangan ini sangat meningkatkan rasa kebangsaaan atas sekolah sendiri serta identifikasi murid dengan sekolahnya, dan upacara pergantian/pelantikan pengurus OSIS.

4.        Hubungan Kebudayaan Sekolah dengan Masyarakat
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung kegiatan tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, norma juga kebiasaan yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai yang mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini
Karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a.       Bernilai Strategis

Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga budaya sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
b.      Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh bilamana dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajarnya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.
c.       Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu  untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka didapatkan peran kultur sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah mengeluh dan suasana batin yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut Community school atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorentasi pada masalah-masalah kehidupan dalam masyarakat seperti masalah usaha manusia melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam dan manusia, masalah kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi, transport, dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta dalam kegiatan  masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok. Dengan sendirinya kurikulum itu fleksibel, berbeda dari sekolah ke sekolah, dari tahun ke tahun dan tidak dapat ditentukan secara uniform. Murid-murid mempelajari lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran. Khususnya yang  memberi kesempatan kepada murid-murid untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat sekitarnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan. Tokoh-tokoh dari setiap aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan, pemerintah, agama, politik, dan sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu aksi social.
Bayak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan sekolah seperti itu. Meminta waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek pelajaran sekolah akan banyak menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin mengunjungi berbagai kantor, Pabrik, Perusahaan dan sebagainya. Kurikulum sekolah sepenuhnya di dasarkan atas masalah-masalah masyarakat yang mendapat kencaman yang pedas dari golongan yang menginginkan kurikulum  akademis berdasarkan disiplin ilmu. Setelah peluncuran sputnik kurikulum yang subject-centered berupa mata pelajaran atau bidang studi kembali mendapat peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang sepenuhnya pada prinsip-prinsip community school. Akan tetapi walaupun kurikulum bersifat subject-centered, perlu juga berorientasi pada anak dan masyarakat. Tak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan anak dan tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap sekolah harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didiirikan oleh masyarakat untuk mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka kerena itu guru perlu mempelajari dan mengenal masyarakat sekitarnya.

C.      Norma- Norma Sosial Dalam Situasi Belajar
1.    Pengertian Norma
Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang diterapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.
Berikut adalah pengertian norma menurut para ahli :
a.         Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang memandu perilaku anggota-anggotanya (John J. Macionis, 1997). 
b.        Norma adalah standar perilaku yang mapan yang dipelihara oleh masyarakat ( Richard T. Schaefer & Robert P. Lamm, 1998). 
c.         Norma adalah aturan atau pedoman yang menyatakan tentang bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu (Craig Calhoun, 1997). 
d.        Norma adalah rancangan ideal perilaku manusia yang memberikan batas-batas bagi anggota masyarakat dalam mencapai tujuan hidupnya (Broom & Selznic). 
e.         Norma adalah prinsip atau aturan yang konkret, yang seharusnya diperhatikan oleh warga masyarakat (Antony Giddens, 1994).

2.    Pengertian Norma Sosial
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

3.    Pengertian Situasi/Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam  bukunya “Condition of learning” (1977) menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan dalam penampilan/ kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar.  Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation)  yang dapat mengahasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang  setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

4.    Norma-norma Sosial dalam Situasi Belajar
Interaksi yang terus-menerus antara guru dengan murid mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Tanpa disiplin kegiatan tak dapat berjalan baik. Pelanggaran akan terjadi bila isyarat-isyarat itu tidak dipahami atau tidak diterima baik oleh sebab komunilasi antara kedua belah pihak tidak serasi.
Contoh penerapan norma-norma dalam situasi belajar :
a.       Norma Agama :  agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah dan larangannya. Yang berisikan peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, anjuran yang berasal dari Tuhan. Contohnya adalah berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
b.      Norma Kesopanan : adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari sekelompok masyarakat. Contohnya sikap saling menghargai baik ketika guru menerangkan ataupun ada siswa lain yang memberikan pendapat.
c.       Norma Kelaziman : kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan dan sesuai dengan tata krama. Contohnya memberikan salam kepada guru
d.      Norma Kesusilaan : kesusilaan adalah pedoman yang mengandung makna dan dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat dan dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati sanubari manusia.  Contohnya menghargai perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan beserta perannya.
e.        Norma Hukum : aturan tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau larangan yang memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang melanggarnya. Contohnya peraturan didalam kelas ketika sedang belajar tidak boleh mengobrol atau pun tidur.
Norma-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelasnya dalam bentuk norma-norma. Sedapat mungkin norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga anak didik. Dalam hal ini pribadi guru dan latar belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma masyarakat ke dalam situasi kelas.

5.    Latar Belakang Guru
Menurut penelitian di Amerika serikat sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian, dan hanya sebagian kecil saja yang ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. Guru-guru kebanyakan berasal dari daerah pedesaan atau kota kecil. Latar belakang guru yakni berasal dari golongan petani dan kaum buruh perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh guru itu.
Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma murid-murid, khususnya di kota-kota. Banyak orang tua murid, antara lain di sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari guru sendiri.
Dalam kelas gurulah merupakan daya utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dialah menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid agar ia belajar. Ia menuntut agar anak-anak menghadiri setiap pelajaran agar mereka berlaku jujur dalam ulangan, datang pada waktunya ke sekolah, melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
Juga dalam kelakuan anak sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara mengatasi konflik dan hal-hal moral, pergaulan antar-gender, soal kejujuran sikap terhadap agama, terhadap atasan orangtua, dan pemerintah guru itu akan dipengaruhi norma-norma golongan dari mana ia berasal. Tentang peraturan-peraturan sekolah telah ada yang ditentukan oleh pemerintah ada pula oleh kepala sekolah dan staf guru, misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh semua anak, lepas dari status sosial orang tua anak.



 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan masyarakat sekolah berarti hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang yang ada di dalam lingkungan sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Interaksi yang terus-menerus antara guru dengan murid dalam situasi belajar mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Norma-norma sosial yang terdapat dalam situasi belajar diantaranya adalah norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman, norma kesusilaan, dan norma hukum.

B.     Saran
Masyarakat dan kebudayaan sekolah memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan erat, dimana sekolah berperan sebagai saluran untuk mewariskan nilai-nilai kebudayaan masyarakat dari generasi ke generasi. Oleh karena itu guru harus sedapat mungkin menciptakan interaksi di kelas baik antara guru dengan murid atau murid dengan murid yang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus mampu menegakkan norma-norma sosial dalam belajar agar tujuan belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi Pendidkan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bambang Marhhiyanto.(....). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre Surabaya. hal.100
Bambang Marhhiyanto. (....). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre Surabaya. hal. 392
Koentjaraningrat. (2009).  Pengantar Ilmu Antropologi. cet ix.hal. 144
Mahfudh Shahuddin,Abd. Kadir. (1991). Ilmu Sosial Dasar. cet i.hal. 59
Nasution. (1994). Sosiologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim. (2013). Masyarakat dan Kebudayaan Sekolah. [Online]. Tersedia : http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2013/03/masyarakat-dan-kebudayaan-sekolah.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Arif Nur. (2014). Sosiologi Masyarakat dan kebudayaan sekolah. [Online]. Tersedia : http://arifakatsu.blogspot.com/2014/05/sosiologi-masyarakat-dan-kebudayaan.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Artikelsiana. (2014). Pengertian Norma dan Fungsi Norma. [Online]. Tersedia : http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-norma-fungsi-norma-definisi.html#_.[diakses tanggal 20 Maret 2015].
TBP, UNJ. (2011). Kondisi Belajar. [Online]. Tersedia: http://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/kondisi-belajar.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Wikipedia. (2013). Norma sosial. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial. [diakses tanggal 20 Maret 2015].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar