BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan di
Indonesia saat ini mengalami kondisi yang
jauh dari apa yang diharapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di
Negara ini sangat bermacam-macam, meliputi hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek
lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam sekolah,pengaruh sekolah
terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak sekolah dan lembaga pendidikan
dalam masyarakat. Untuk itu, para guru dan calon guru harus paham dan
dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan
pendidikan.
Di dalam kegiatan
manusia sebagai mahluk sosial menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri.
Termasuk disini kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya, ialah
dengan memberikan, mewariskan kebudayaannya kepada anak cucunya. Didalam karya
mendidik inilah manusia berusaha untuk mengetahui bagaimanakah proses
pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari konstelasi sosial,
dimana terjalin karya mendidik itu. Maka disini timbullah suatu cabang ilmu
pengetahuan ialah sosiologi pendidikan. Dewasa ini ilmu pengetahuan telah
berkembang pesat, terutama dalam bidang teknologi modern, Ilmu sosiologipun
tidak mau ketinggalan. Salah satu diantaranya adalah Sosiologi Pendidikan. Ilmu
ini masih sangat muda dan masih memerlukan pembinaan, terutama dilingkungan
akademis. Secara garis besar, Plato dalam teori sosialnya amat mementingkan
masyarakat dibanding individu. Bahkan individualisme disamakan dengan egoisme,
dengan egoisme kelompok dengan altruisme. Oleh karenanya Plato memandang bahwa
susunan Negara adalah sintesis antara aristokrasi dengn demokrasi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan sejarah Sosiologi Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Sosiologi Pendidikan ?
3. Apa ruang lingkup Sosiologi Pendidikan?
4. Apa karakteristik Sosiologi Pendidikan?
5. Apa tujuan dan manfaat Sosiologi Pendidikan?
6. Apa pentingnya mempelajari Sosiologi Pendidikan?
C.
Tujuan
Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Sejarah Sosiologi Pendidikan
2. Pengertian Sosiologi Pendidikan
3. Ruang lingkup Sosiologi Pendidikan
4. Karakteristik Sosiologi Pendidikan
5. Tujuan dan manfaat Sosiologi Pendidikan
6. Pentingnya mempelajari Sosiologi Pendidikan
D.
Kegunaan
Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna untuk
pengembangan konsep sosiologi pendidikan. Adapun secara praktis makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penyusun, sebagai wahana penambah pengetahuan dan
konsep keilmuan khususnya tentang konsep dasar sosiologi pendidikan;
2. Pembaca / guru, sebagai media informasi tentang konsep
dasar sosiologi pendidikan.
E.
Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan
metode kepustakaan. Metode ini tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan. Tapi
dapat pula dilakukan dengan mencari materi dengan menggunakan akses internet.
Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien,
serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data tentang topik ataupun
materi yang penulis gunakan untuk makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Sosiologi Pendidikan
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari
itu dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. ia
merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas
statika sosial dan dinamika sosial dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.
Bersifat empiris yaitu didsarkan
pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.
Bersifat teoritis yaitu selalu
berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3.
Bersifat kumulatif yaitu teori-teori
sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas
dan diperhalus
4.
Bersifat nenotis yaitu tidak
mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta
tersebut.
Comte
mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga
tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan,
metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif ( Soekadijo, 1989:4 ).
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah secara drastis
dimana masyarakat dunia menginginkan adanya
perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian
perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang
sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting
dilembaga pendidikan ( Muhyi Batu bara, 2004:5 ). Perkembangan sosiologi
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dimulai sejak
awal abad ke 20 yang merupakan bagian dari sosiologi. Tetapi sebenarnya
sosiologi pendidikan lahir bersamaan munculnya persoalan-persoalan pendidikan
yang tidak teratasi dan kemudian pendidikan tersebut diatasi dengan menggunakan
pendekatan sosiologis.
Sebelum berakhirnya PD II sosiologi pendidikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan semapat hilang dari peredaran dan tidak dianggap sebagai
sesuatu yang penting untuk diajarkan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) di Amerika Serikat. Setelah PD II, perkembangan masyarakat mengalami
perubahan secara dratis.
Dinamika masyarakat dunia menginginkan adanya
perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian
perilaku lembaga pendidikan, dalam menyikapi perlunya dimensi pendidikan
menjadi instrumen terpenting dalam memajukan masyarakat. Karena itu, disiplin
sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam tersebut dimunculkan kembali sebagai
bagian dari ilmu penting di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
Lester Frank Word (1841-1913), salah seorang pelopor sosiologi di Amerika
dianggap sebagai pencetus gagasan lahirnya sosiologi pendidikan di Amerika.
Gagasan tersebut muncul dalam bukunya yang berjudul :
Applied Sociology (Sosiologi Terapan), yang mengkaji perubahan-perubahan
masyarakat karena usaha manusia. Gagasan Word tadi kemudian dikembangkan oleh
John Dewey. Dewey
memandang bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangat
penting. Pemikiran Dewey dikembangkan lagi dalam bukunya : Democracy and
Educatian (Demokrasi dan Pendidikan) pada tahun 1916 yang mendorong
berkembangnya sosiologi pendidikan. Pada tahun 1887 dibuka pertama kali kuliah
sosiologi pendidikan di Amerika Serikat.
Kemudian pada tahun 1910 Henry Suzzaalo memberi kuliah
sosiologi pendidikan di Teachers Collage, di 16 Lembaga Pendidikan Tinggi.
Tahun 1917 Buku Teks Sosiologi Pendidikan pertama: Introduction to Educational
Sociology diterbitkan oleh Walter Smith.
Tahun 1928 terbit The Journal of educational pimpinan
E. George Payne, dan tahun 1936 disusul munculnya majalah : Social Education.
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan
terdiri dari 4 fase, yaitu:
1.
fase pertama, dimana sosiologi
sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada
fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat
sosial.
2.
fase kedua ini, timbul
keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan
pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase
ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
3.
fase ketiga ini, merupakan fase awal
dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan
bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali
mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat. Sedangkan
Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud
membentuk ilmu yang disebut “Psycho-Politique”. Dengan ilmu tersebut Saint
Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang
yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri
4.
fase yang terakhir ini, ciri
utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas
tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan
metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam
metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche,
Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain. Nama-nama sosiologi pendidikan
sebagaimana yang dipakai oleh Steward adalah Sociologi Approach to Education,
Educational Sociologi, dan Sociology of Education. Meighan dan Siarj-Blatchford
mengunakan istilah Sociology of Education. W. Taylor mengunakan istilah
Educational Sociology tekanannya terletak pada pernyataan pendidikan dan
sosial, sedang Sociology of Education titik tekannya terletak pada permasalahan
sosiologis. Menurut G.E jansen Educational Sociology membahas problema
pendidikan, sedangkan Sociology of Education membahas problema sosiologi dalam
pendidikan.
B.
Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi
dan pendidikan. Pada awalnya sosiologi berkembang sesuai dengan obyek dan
tujuannya sendiri, demikian pula pendidikan. Dengan adanya perkembangan
masyarakat yang begitu cepat dalam segala aspek kehidupan, memerlukan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Sosiologi tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, demikian pula kalau hanya pendidikan saja. Perkembangan masyarakat
yang sangat kompleks memerlukan ilmu pengetahuan yang kompleks pula, salah
satunya adalah sosiologi pendidikan.
Sosiologi secara
etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”.
“Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti
ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat.
(Chaerudin, dkk, 1995:67).
Adapun menurut para ahli pengertian sosiologi diartikan sebagai berikut:
1.
Menurut W.F. Ogburn
dan M.F. Nimkoff dalam buku mereka “A Handbook of Sociology”, memberikan
definisi sosology is the scientific of social life; yang maksudnya : sosiologi
adalah studi secara ilmiah terhadap kehidupan sosial. (Ahmadi, 1984:9)
2.
Menurut Roucek dan
Wafren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok. (Soekanto, 1989:16).
3.
Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi
adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang
bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum
yang menguasai perkembangan. Sementara Prof. Groenman mendefinisikan sosiologi
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya
menyesuaikan diri dalam suatu ikatan.
Sedangkan pengertian pendidikan sendiri
diartikan dari istilah paedegogic berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya anak, dan ”again” diterjemahkan
membimbing, jadi paedagogic yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara
definitif pendidikan (paedagogic) diartikan, sebagai berikut:
1.
Menurut Jhon Dewey, Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. (Ahmadi dan
Uhbiyati, 2001:69).
2.
Menurut Langeveld, Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam membimbingnya supaya
menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan di
sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa (Suwarno, 1992:49).
3.
Menurut Ki Hajar
Dewantara, Mendidik adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tinginya. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69).
4.
Menurut Undang-undang
Republik Indonesia SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Terdapat pula pengertian sosiologi pendidikan
menurut para ahli, yaitu sebagai berikut :
1.
F.G. Robbins, pengertian sosiologi pendidikan adalah
sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses
pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan,
sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata
sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses
perkembangan kepribadian,dan
hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.
H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary
of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah sosiologi
yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Jadi ia tergolong applied sociology.
3.
E.B Reuter, pengertian sosiologi pendidikan
mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan
dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh
pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial
dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga
sosial itu selalu saling mempengaruhi.
4.
Charles A. Ellwood, pengertian sosiologi pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari / menuju untuk melahirkan maksud
hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan
proses sosial.
5.
Dr. Ellwood, pengertian sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan
mempelajari antara orang yang satu
dengan orang yang lain.
6.
Pro f. DR S. Nasution,M.A., pengertian sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
7.
F.G Robbins dan Brown, pengertian sosiologi pendidikan ialah
ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya.
8.
E.G Payne, pengertian sosiologi pendidikan ialah studi yang komprehensif
tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
9.
Drs. Ary H. Gunawan, pengertian sosiologi pendidikan ialah
ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
analisis atau pendekatan sosiologis.
10.
W. Dodson, sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan percampuran daripada
lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dimana dalam dan dengan begitu
maka terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagian daripada total
cultural milieu, sedang sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha
menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian
Jadi dapat disimpulkan dari
beberapa pendapat ahli diatas bahwa
pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau
kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan
berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
C. Ruang
Lingkup Sosiologi Pendidikan
Ruang lingkup sosiologi
pendidikan menurut Brookoover dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
1.
Hubungan
sistem pendidikan dengan sistem social lain meliputi:
a.
Hubungan antara sistem
pendidikan dengan proses sosial dan perubahan kebudayaan
b.
Fungsi sistem pendidikan formal
didalam proses pembaharuan sosial
c.
Hubungan antara sistem
pendidikan didalam proses pengendalian sosial
d.
Hubungan antara sistem
pendidikan dengan publik opini
e.
Hubungan antara pendidikan
dengan kelas sosial atau sistem status
f.
Keberartian pendidikan sebagai
simbol terpercaya didalam kebudayaan demokratis
2.
Hubungan sekolah dengan komuniti seekolahnya meliputi:
a.
Analisis
terhadap struktur kekuasaan dimasyarakat beserta implikasinya terhadap sekolah
b.
Analisis
terhadap hubungan antara sistem sekolah dengan sistem sosial dimasyarakat
c.
Struktur
masyarakat beserta pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
3.
Hubungan antar manusia dengan
sistem persekolahan meliputi:
a.
Ciri budaya sekolah, terutama
yang jelas-jelas berbeda dengan budaya diluar sekolah
b.
Ciri pola stratifikasi di
dalam persekolahan
c.
Hubungan antara guru dan murid
d.
Analisis terhadap klik dan
struktur kelompok kekeluargaan di dalam sistem persekolahan
e.
Ciri pola kepemimpinan
struktur kekuasaan di dalam bermacam-macam sekolah
4.
Pengaruh sekolah terhadap
perilaku peserta didik meliputi:
a.
Peranan sosial guru
b.
Ciri kepribadian guru
c.
Dampak kepribadian guru
terhadap perilaku peserta didik
d.
Peranan sekolah di dalam
pertumbuhan, penyesuaian atau penyimpangan peserta didik
e.
Ciri-ciri perilaku yang timbul
karena tingkat keotoriteran dan kedemokrasian di lingkungan sekolah
Dari penjelasan diatas jelaslah apa yang dimaksud dengan ssosiologi
pendidikan dan apa ruang lingkup garapannya. Secara singkat sosiologi pendidikan
dapat didefinisikan sebagai suatu analisis ilmiah tentang interaksi antara
manusia dalam sistem pendidikan dan dengan luar sistem pendidikan, serta
hubungannya antara pendidikan sebagai sebuah institusi sosial dan instusi
sosial lainnya.
D. Karakteristik
Sosiologi Pendidikan
Karakteristik yang membedakan sosiologi dengan disiplin sosial yang
lain, yaitu (Soekamto, 1999)
1.
Sosiologi termasuk kelompok ilmu sosial, yaitu
kelompok ilmu yang mempelajari peristiwa atau gejala-gejala sosial
- Sosiologi bersifat kategoris yaitu tidak normatif,
membicarakan obyeknya secara apa aqdanya (des sein) dan bukan bagaimana
seharusnya (das sollen)
- Sosiologi bersifat generalis, yaitu Sosiologi
meneliti atau mencari prinsip atau hukum-hukum umum interaksi manusia
- Sosiologi bersifat abstrak yaitu wujud
kesatuannya yang bersifat umum atau terpisah-pisah
- Sosiologi merupakan ilmu yang umum, yaitu
mempelajari umum yang ada pada setiap interaksi umum. Yaitu mempelajari
gejala-gejala yang khusus
- Sosiologi termasuk ilmu murni yaitu tujuan
penelitian Sosiologi semata-mata demi perkembangan ilmu itu sendiri bukan
untuk kepentingan kehidupan praktis
E.
Tujuan dan Manfaat Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui
cara-cara dalam pengendalian proses pendidikan agar nantinya memperoleh
perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Adapun menurut Francis Broun
mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan
lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi
pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses
pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat ini beberapa tujuan dari sosiologi
pendidikan:
1. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh
lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah
dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik
dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual
pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak
orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi
akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan
yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu
dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas
serta kreativitas social.
3. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan
tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup
animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang
berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang
kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan
kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari
peningkatan taraf hidup social.
5. Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar
berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat
dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia,
Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan
lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan
GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan
disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan manusia.
Sedangkan
menurut para ahli, sosiologi pendidikan memberikan tujuan dan manfaat sebagai
berikut :
1. Menurut E. G
Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru-guru (termasuk
para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan –
latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan
sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut
pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar
dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu
dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang
digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain
peranan (role playing) dan sebagainya. Dengan
demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain
berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan
antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
2. Menurut
Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, antara lain sebagai berikut:
a.
Analisis proses sosiologi
b.
Analisis
kedudukan pendidikan dalam masyarakat
c.
Analisis
intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat
d.
Alat kemajuan dan perkembangan
social
e.
Dasar untuk menentukan tujuan
pendidikan
f.
Sosiologi terapan dan
g.
Latihan bagi petugas pendidikan
3.
Menurut George S. Herrington mengemukakan
lima tujuan sosiologi pendidikan, yaitu:
a.
Untuk memahami peraturan tentang
penelitian dalam masyarakat dan sekolah sebagai instrument dan faktor sosial
atau kemajuan sosial yang mempengaruhi sekolah,
b.
Untuk memahami ideologi yang
demokratis kultur kita dan kecenderungan sosial dan ekonomi dalam hubungan
dengan kedua agen pendidikan informal dan formal.
c.
Untuk memahami kekuatan sosial efek
mereka atas individu.
d.
Kurikulum masyarakat
e.
Untuk menggunakan teknik penelitian
dan pemikiran kritis untuk mencapai tujuan.
f.
Pokok-pokok penelitian sosiologi
penelitian.
Dari beberapa konsep
tentang tujuan dan manfaat sosiologi
pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dan manfaat sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat
dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,
sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut
pendidikan itu sendiri. Serta sosiologi pendidikan
memberikan tujuan dan manfaat sebagai cara untuk menciptakan
masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya,
demokratis, bertanggung jawab,
berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan
agama (Tilaar, 1999).
F.
Pentingnya Mempelajari Sosiologi Pendidikan
Mengapa para guru dan calon guru
harus memahami dan dibekali dengan sosiologi pendidikan? Berikut alasan pentingnya mempelajari sosiologi pendidikan bagi guru (Gunawan: 2000)
1.
Kenyataan menunjukan bahwa
masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif, dan kerap kali
menunjukan segala “desitegrati” (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai
umum). Perubahan sosial yang cepat menimbulkan “ciltural lag” (ketinggalan
kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan sumber
masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami
oleh dunia pendidikan, sehingga lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu
mengatasinya. Maka para ahli sosiologi diharapkan dapat menyumbangkan
pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2.
Guru adalah seorang administrator,
informator, konduktor, dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan
masyarakatnya. Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi baru
diharapkan tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan bangsa dan negara.
3.
Kepribadian guru dapat mempengaruhi
suasana kelas, baik kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah
pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan
yang dialami dalam pengembangan kepribadiannya. Kebebasan guru juga terbatas oleh kepribadian atasannya (kepala sekolah,
pengawas, kakanwil, sampai mendikbud) seluruhnya dipengaruhi, dibatasi, serta
diarahkan pada pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) dalam GBHN,
Undang-Undang Pendidikan, peraturan, dan sebagainya.
4.
Anak dalam perkembangannnya
dipengaruhi oleh orangtua atau wali (pendidikan informal), guru-guru (pendidikan
formal), dan masyarakat (pendidikan
nonformal). Keberhasilan pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha
murid secara individual atau berkat interaksi anak atau siswa dengan lingkungan sosialnya (yang berlainan) dalam berbagai situasi yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
5.
Anak berbeda-beda dalam bakat atau pembawaannya, terutama karena
pengaruh lingkungan sosialnya yang berlainan. Pendidikan itu sendiri dapat
dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah
sewajarnya bila seorang guru atau pendidikan
harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan
antarmanusia dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian
sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan
dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan
sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia
dengan pendidikan. Untuk itu, para guru dan calon guru harus paham dan dibekali
sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan
pendidikan.
B.
Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan para
pendidik bisa menjadi pendidik yang baik yang mampu membimbing serta memberikan
solusi bagi semua anak
didiknya agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
secara optimal. Dengan adanya sosiologi
pendidikan ini diharapkan dapat menciptakan suatu interaksi yang baik antara
masing-masing individu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Ciri, Tujuan dan
Sejarah Sosiologi Pendidikan. 2011. [Online].
Tersedia :http://unsilster.com/2011/05/ciri-tujuan-dan-sejarah-sosiologi-pendidikan/
Anonim. Pengertian Sosiologi
Pendidikan. 2011. [Online]. Tersedia : http://e-jurnalpendidikan.blogspot.com/2011/10/sosiologi-pendidikan-pengertian-dan.html#.VNQT7HrqtoM
Arafat, Yaser. Pengertian
Sosiologi Pendidikan. 2014. [Online]. Tersedia : http://amboyaser.blogspot.com/2014/08/sosiologi-pendidikan-pengertian.html
Ardiwinata, Jajat. Sosiologi
Antropologi Pendidikan. 2007. Bandung : UPI PRESS.
Mukty, Ababil. Pengertian
Sosiologi Pendidikan. 2012. [Online]. Tersedia :
https://moextyababil17.wordpress.com/2012/11/25/pengertian-sosiologi-pendidikan/
Syakuro, Abdan. Konsep
Sosiologi Pendidikan. 2014. [Online]. Tersedia : http://www.abdan-syakuro.com/2014/06/konsep-sosiologi-pendidikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar