Kamis, 20 Juni 2019

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
Pengertian pendidikan menurut  UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan menurut Carter. V. Good, pendidikan ialah proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial.
Dari pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Lembaga pendidikan itu sendiri memiliki beberapa fungsi yang nyata yakni:
1.      Menanamkan keterampilan yang diperlukan untuk ikut ambil bagian dalam demokrasi.
2.      Mengembangkan bakat yang dimiliki tiap orang demi kepentingan pribadi dan masyarakat.
3.      Mempersiapkan anggota masyarakat untuk dapat mencari nafkah.
4.      Melestarikan kebudayaan.
5.      Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui mekanisme pendidikan di sekolah, orang tua melimpahkan wewenang dan tugas dalam mendidik anak pada pihak sekolah.
6.      Sebagai sarana untuk mengakomodir perselisihan paham seperti perbedaan pandangan antara pihak sekolah dan pihak umum tentang beberapa nilai tertentu misalnya keterbukaan, pendidikan seks dan lain sebagainya.
7.      Menjaga sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah adalah sebagai sarana siswa melangkah ke tahapan dimana pada akhirnya dapat memiliki status sosial yang sama atau lebih tinggi dari orang tuanya. Di sekolah juga diajarkan untuk dapat menerima berbagai perbedaan dan status yang ada di masyarakat.
8.      Pendidikan sekolah juga dianggap mampu memperpanjang masa remaja seseorang karena peserta didik dianggap masih tergantung secara psikologis dan finansial pada orang tuanya.

Sedangkan istilah masyarakat kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”. istilah sosial berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti kawan. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial, Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat, Pertama pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
Proses terbentuknya masyarakat menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini, kiranya pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.

B.       Hubungan Antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita. Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya atau generasi penerus harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakat. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidak hanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual.
Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi mempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan sistem sosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuan rakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman ini predikat golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangan sejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam menentukan lahirnya semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahan abad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan dengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri. Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan-lahan mampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan pengajaran. Selain karena meluapnya industri-industri manufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya serta peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakat Eropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia dalam jumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan cukup rumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya. Itulah uraian argumentasi sederhana tentang renik-renik karakter fungsi pendidikan di masyarakat.
Melihat alur perkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh Randall Collins, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni Pertama, jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat agraris awal. Kedua, pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri. Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
Demikian beberapa tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan. Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

C.      Pendidikan dan Lingkungan Sosial
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di luar keluarga, contohnya berinteraksi dengan saudara jauh, tetangga dan orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal kita.
Tingkat selanjutnya adalah sekolah, dimana kita bisa mengembangkan pelajaran bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke lingkungan sekolah, kita bisa berinteraksi dengan guru, karyawan sekolah, teman-teman sekolah maupun pedagang yang menjajakkan jualannya di depan sekolah. Di dalam sekolah itu sendiri ada organisasi yang bisa kita jadikan tempat untuk bersosialisasi lebih luas lagi seperti organisasi kelas yang terdiri dari ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris, bendahara, para seksi-seksi pelengkap kelas, dan siswa kelas itu sendiri, lalu ada osis atau organisasi siswa yang terdiri dari kumpulan siswa sekolah tersebut, dari berbagai tingkatan kelas, lalu ada ekskul-ekskul dengan berbagai macam jenis yang terdiri dari bidang kesenian atau olahraga yang diberikan oleh sekolah, dan organisasi-organisasi ini tetap diawasi dan dikoordinir oleh para guru dan kepala sekolah sebagai orang tua di sekolah.
Ada pula dari tingkatan sekolah yang tertinggi yaitu perkuliahan, didalam perkuliahan inipun ada organisasi-organisasi yang jangkauannya lebih luas dan kitapun diberikan kebebasan lebih untuk mengungkapkan pendapat kita ke dalam organisasi ini dan sebagai wadah untuk menyiapkan diri kita untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Lalu ada tingkatan saat kita berada di lingkungan kerja saat kita sudah mulai mandiri dan bisa menyumbangkan apresiasi dan ilmu kita ke dalam bidang perkerjaan yang sesuai dengan kriteria yang ada dalam diri kita, yang kita sukai dan tekuni. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang akan mendekatkan kita ke lingkungan yang paling luas jangkuannya.
Tingkatan paling akhir adalah lingkungan masyarakat yang kita akan temui nanti saat kita sudah cukup siap dan dewasa untuk bisa terjun langkung ke dalamnya, kitapun akan bisa lebih mengetahui bagaimana sikap, sifat dan masalah-masalah di dalam lingkungan masyarakat yang saat kita berada di tingkat keluarga maupun sekolah belum kita temui dan kita bisa terjun langsung ke dalam masyarakat dengan bekal apa yang kita pelajari dari lingkungan sosial kita terdahulu yaitu keluarga dan sekolah.
Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam diantaranya:
1.      Yang pertama, Lingkungan Sosial Primer adalah lingkungan sosial yang dimana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lainnya.
2.      Dan yang kedua, Lingkungan Sosial Sekunder adalah lingkungan sosial yang hubungan antara anggota satu dengan anggota yang lain agak longgar.
Tujuan dari dibangunnya hubungan sosial masyarakat antara lain untuk:
a.       Membangun rasa senasib dan rasa sepenanggungan di antara mereka, khususnya masyarakat Indonesia yang mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan.
b.      Supaya tertanam rasa toleransi di antara mereka (manusia), seorang hanya memilikii arti bagaimana dia menjadi bagian dalam kelompok.
c.       Supaya timbulnya kesadaran bahwa di antara mereka terdapat saling ketergantungan satu sama lain, yang berkaitan dengan kepedulian sosial.
d.      Salah satu keberartian seseorang terdapatnya nilai-nilai demokrasi yang tumbuh dan dimiliki sebagai sikap menghargai perasan serta pendapat sesama yang pada gilirannya menciptakan suatu kesatuan sosial.
Lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial merupakan tempat berbaurnya semua komponen masyarakat, baik dari agama, etnis keturunan, status ekonomi maupun status sosial. Pengaruh yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi anak terhadap dunia pendidikan. Dengan demikian dalam pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada yang lebih lebih dewasa dalam bidang tertentu. Dalam bergaul anak harus memilah teman yang akan diajak bergaul, jangan sampai salah memilih teman yang tiak beretika dan tidak sopan sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Kontrol dari masyarakat juga akan membantu dalam meningkatkan peran dan minat dalam berpendidikan. Tanpa adanya ikut serta maka mustahil pendidikan akan dapat berkembang. Sehingga antara orang tua dan masyarakat harus saling memberikan dukungan dan masukan sehingga dapat tercapai pendidikan sesuai dengan permintaan masyarakat. Seiring dengan peningkatan mutu pendidikan maka pendidikan harus menyesuaikan dengan permintaan masyarakat agar pendidikan dapat tercapai dan dapat meningkatkan SDM.
Hubungan lingkungan sekolah atau pendidikan dengan lingkungan sosial atau masyarakat dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :
1)        Hubungan transaksional antara sekolah dengan masyarakat
Artinya sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan, sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat. 
Contohnya: aktivitas kurikuler para siswa (mengumpulkan bahan pengajaran dari masyarakat, kegiatan pengabdian pada masyarakat, magang, dsb), aktivitas para guru  (kunjungan ke rumah siswa, dll), kegiatan ekstrakurikuler (melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat),  kunjungan orangtua/anggota masyarakat ke sekolah (saat kenaikan kelas, ultah sekolah, dsb), melalui media massa (publikasi mengenai kegiatan sekolah lewat televisi, dsb).

2)        Hubungan transmisif dan transformasif
Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan kebudayaan. Hubungan transformasif terjadi manakala sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat.
Contohnya: Reproduksi budaya, siswa diajarkan untuk menggali unsur-unsur budaya yang telah ada dalam masyarakatnya. Difusi kebudayaan, siswa diajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur-unsur yang dinilai positif dan belum berkembang dalam masyarakatnya. Dan berpikir kreatif, artinya berpikir alternatif, atau berani “tampil beda”.
Hubungan lingkungan sosial (non fisik) dengan pendidikan atau sekolah sangatlah luas. Mulai dari hubungan sosial dalam diri sekolah itu sendiri, hubungan sosial dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan petugas kesehatan,hubungan sekolah dengan pengawas pendidikan, hubungan sekolahdengan pejabat pemerintah, dan hubungan sekolah dengan masyarakatsekitarnya, semuanya mempunyai pengaruh terhadap proses belajar mengajar. Lingkungan sosial yang terdapat dalam diri sekolah itu sendiri ketika proses belajar mengajar adalah hubungan antara kepala sekolah dengan guru, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, hubungan pegawai dengan pegawai dan sebagainya. Hubungan harmonis harus tercipta diantara para personil sekolah dalam rangka untuk menciptakan iklim sekolah yang positif. Intinya, kepada bawahan dan siswa ingin mencerdaskan, memberikan kasih sayang sebagaimana orang tua terhadap anaknya, dan memberikan perlindungan terhadap gangguan yang bisa menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Sekolah yang unggul pasti dipimpin oleh kepemimpinan yang berpotensi tinggi.

D.    Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Meskipun perkembangan manusia terus berlangsung dan melewati tahap-tahap perkembangan serta mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya., namun perkembangan manusia tersebut tidak berlangsung begitu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah :
1.      Faktor Keturunan (Hereditas)
Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang bersal dari kedua orng tuanya yang merupakan potensi tertentu yang sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C Witheirington dalam Abu Ahmadi (2001) hereditas adalah proses penurunan sifatsifat atau ciri-ciri tertentu dari suatu generasi ke generasi lain dengan perantara sel benih. Pada dasarnya yang diturnkan itu adalah struktur tubuh jadi apa yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya berdasarkan perpaduan gen-gen yang pada umumnya hanya mencakup sifat atau ciri-ciri atau sifat orang tua yang diperoleh dari lingkungan ata hasil belajar dari lingkungan..
Ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang mungkin bisa diturunkan sebagai factor bawaan dari orang tua kepada anaknya terbagi menjadi 5 prinsip yakni:
a.         Prinsip Reproduksi
Sifat-sifat tingkah laku yang diturunka  hanyalah bersifat reproduksi yaitu memunculkan kembali apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih, penurunan sifat berlangsung dengan melalui sel benih bukan sel badan. Dengan demikian tingkah laku atau kecakapan orang tua yang diperoleh melalui hasil pengalaman atau belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan adalah sifat-sifat strukturil, karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk kecakapan anaknya.
b.        Prinsip Konformitas
Setiap proses heriditet akan mengikuti pola-pola keseragaman dari jenis generasi sebelumnya yakni seorang anak akan  memiliki sifat-sifat yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya. Sebagai contoh: keturunan orang-orang Arab akan memiliki cirri-ciri yang seragam, demikian pula orang Eropa, Gegro dan sebagainya.
c.         Prinsip Variari
Setiap proses hariditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Kecuali situasi dan kondisi menyebabkan bervariasinya produksi benih. Penurunan sifat kepada anak dari orang tua sangat bervariasi dikarenakan jumlah gene-gene dalam khromosom amat banyak, maka kombinasi gene-gene setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk setiap proses heiditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Keculi itu stuasi dan kondisi menyebankan bervariasina produksi benih.
d.        Prinsip Regresi Filial
Penurunan sifat cenderung menuju kearah rata-rata dari kedua orang tuanya. Misalkan orang tua yang cerdas akan berkecendrungan memiliki keturunan yang kurang cerdas.
e.         Prinsip Menyilang
Menurut prinsip ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang, seperti seorang anak perempuan akan lebih banyak mempunyai sifat-sifat ayahnya dan seorang anak laki-laki akan lebih banyak mempunyai sifat-sifat ibunya. ( Abu khaer, 1993: 28-29).

2.      Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala akan lahir sebagai bayi yang sehat. yang mengelilingi individu didalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan pisik seperti orang tuanya, rumahnya, kawan-kawannya bermain, masyarakat sekitanya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti misalnya perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak didalam kandungan, seorang individu selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. Jikalau selama masa-masa dalam kandungan, ibunya mendapat makanan-makanan yang sehat, melakukan latihan-latihan olah raga yang tepat, mengalami ketentraman batin dan sebagainya, maka bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan besar akan lahir sebagai seorang bayi yang sehat.
Begitu juga semenjak ia lahir didunia perkembangan anak itu akan tetap dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya, oleh jumlah dan kualitas makanan yang diterimanya, oeh jadwal pemeliharaannya tiap hari, begitu juga oleh suhu lingkungannya. Pengaruh yang tidak kalah pentingnya ialah bagaimana sikap dan tingkah laku orang dewasa disekitarnya terhadap dirinya. ( patty, 1982: 58-59).
Jika dilihat dari segi bentuk, maka lingkungan manusia itu pada pokoknya terdiri atas dua golongan yaitu: lingkungan dalam (linner environment) dan lingkungan luar ( outer environment).
a.         Lingkunagn dalam (innerenvironment)
Lingkunagn dalam adalah hal-hal yang pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian masuk kedalam tubuh dan bersatu dengan sel-sel tubuh individu seperti makanan, minuman, udara dan sebagainya, merupakan lingkungan dalam individu. Hormon-hormon serta berbagai cairan tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubuh merupakan lingkungan dalam. Adapun hal-hal yang termasuk  kapada lingkungan dalam itu memberikan rangsangan kepada individu, mempengaruhi kegiatan dan perkembangannya. Individu akan merasa lapar atau dingin bila persediaan makan dalam tubuh berkurang, merasa sesak nafas bila zat pembakar berkurang.
b.      Lingkungan luar (outer environment)
Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang merangsang dan melibatkan individu yang berasal dari luar, lingkungan luar individu mungkin berada jauh dari individu, asal memberikan rangsangan dan menyebabkan individu terlibat kedalamnya. Adapun yang termasuk lingkungan luar itu terdiri dari:
1)        Lingkungan alam ( physical environment)
Lingkungan alam adalah segala sesuatu disekitar individu yang berupa benda-benda alam atau fisik yang termasuk kepada lingkunagn alam semesta alam semesta alam antara lain: makanan, tumbuh-tumbuhan, binatang, iklim, minuman, pakaian peralatan dan sebagainya.
2)        Lingkungan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama manusia lainnya. Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu tidak bisa hidup dengan sempurna tanpa berinteraksi dengan individu yang lainnya. Interaksi individu dengan individu lainnya merupakan lingkungan sosial yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian seseorang.
3)        Lingkungan budaya
Kebudayaan yaitu segala sesuatu ciptaan manusia sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya, misalnya: ilmu pengetahuan, peranturan-peraturan, bahasa seni, olah raga dan sebagainya. Kebudayaan merupakan lingkungan bagi individu dan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Individu selalu hidup dan dibesarkan dalam suasana kebudayaan tertentu. Anak sangat sensitif dalam menerima prangsang-perangsang kebudayaan, lingkungan kebudayaan dimana anak dibesarkan akan mewarnai tingkah laku atau perkembangan anak itu.
4)        Lingkungan sprirituil
Sebagai makhluk hidup, manusia juga membutuhkan lingkungan spirirituil tertentu, sesuai dengan jenis agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarganya dan atau masyarakat disekitarnya.

3.      Faktor Diri (Self)
Guru harus memahami factor diri yang merupakan factor jiwaan kehidupan seorang anak. Factor-faktor ini dapat berupa emosi, motivasi, integrasi, sikap dan sebagainya. Beberapa ciri perkembangan anak dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2001) sebagai berikut :
a.        kehidupan sosial diperkaya dengan kemamua bekerjasama dan bersaing dalam kelompok
b.        mempunyai pemahaman mengenai sebab akibat.

Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda.
Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu sematamata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan factor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor dasar/pebawaan maupun factor lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan factor ajar/lingkungan (faktor eksternal).
Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa perkembangan tiap – tiap individu tidak sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besarnya faktor dapat dibedakan menjadi tiga faktor (Dra. Desmita , M.Si dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didik), yaitu:
a.       Faktor yang Berasal dari Dalam Individu
Faktor yang berasal dari dalam individu merupakan salah faktor yang bersumber dari setiap individu. Ini merupakan faktor yang sangat tampak dan dapat dilihat sebagai contohnya adalah :
1)      Bakat atau Pembawaan
Bakat meruapakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap individu. Bakat sering juga disebut juga dengan hal – hal yang menjadi keahliannya. Tetapi sering dijumpai kata – kata “bakat tersembunyi”. Dengan adanya hal tersebut sering juga kita berfikiran apakah yang telah kita lakukan ini merupakan benar – benar bakat kita atau kita hanya terbiasa melakukannya dan sebenarnya kita memiliki bakat yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.
2)      Sifat –sifat keturunan
Sifat keturunan ini sudah jelas terlihat merupakan sifat yang diperoleh dari orangtua atau mungkin keluarga yang lebih tua. Sifat keturunan ini merupakan sifat identik yang dimiliki ketika seseorang dalam suatu ikatan keluarga. Hal ini dapat berupa keturunan dari fisik dan mental. Misalnya fisik yaitu bentuk muka , wajah, bentuk badan , suatu penyakit dll. Sedangkan sifat mental seperti pemarah , pemalas , pendiam , pintar , dsb. ((Dra. Desmita , M.Si dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didik). Dengan demikian bahwa sifat keturunan dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak .
3)      Dorongan dan Instrinsik
Dorongan adalah hal yang membuat seseorang untuk melakukan suatu hal. Sedangkan naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisiskan kepada manusia bagaimana melaksanakan dorongan batin.
b.      Faktor yang Berasal dari Luar Individu
Setelah mengetahui uraian tentang faktor penyebab adanya perkembangan anak ada juga yang tidak kalah penting dan merupakan hal yang biasanya mempunyai peranan besar dalam perkembangan anak yaitu faktor dari luar. Faktor – faktor ini dapat diuraikan sebagi berikut :
1)      Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan factor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin. Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan lain-lain penyakit.
2)      Iklim
Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
3)      Kebudayaan
Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.

4)      Ekonomi
Kedaan perekonomian seseorang juga mempengaruhi tingkat perkembangannya, dimna factor ini merupakan factor yang dapat menjamin kelayakan hidup seseorang.
5)      Kedudukan anak dalam lingkungan kelurga
Posisi dalam keluarga Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya lebih lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
c.       Faktor Umum
Setelah membahas tentang faktor dari dalam dan dari luar ada juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Faktor umum ini merupakan gabungan antara faktor dari dalam dan dari luar. Contohnya adalah sebagai berikut:
d.        Intelegensi
   Intellegensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
   Berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
e.         Jenis kelamin
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak jelas. Yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12 tahun
f.         Kesehatan
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
g.        Ras
Kebangsaan (ras) Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan ank-anak kulit putih dan kuning.
Elizabeth B. Hurlock mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan (Cause of Development) yaitu:
1)         Kematangan (Maturation)
Perkembangan fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodra ini diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata dari lingkungan.
Pertumbuhan karena kodrat terkadang timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di muka, suara berubah dengan tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap seks lain, yang berkembang menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan pemuda sebagai kebalikan dari kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya (Masa Pueral).
Pada anak-anak sering terlihat, tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya yang terkadang setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat terbelakang dalam pekembangannya.
2)         Belajar dan latihan (Learning)
Sebab terjadinya perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak dengan melalui bantuan orang dewasa.
3)         Kombinasi kematangan dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
Kedua sebab kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya sangat terbatas.
Kematangan selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan tidak memerlukan latihan.
Kematangan suatu sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaikbaiknya terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Telah banyak percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman. Hasilnya antara lain:
a)        Pada tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinkan pengajaran/pelatihan.
b)        Dalam hal perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan di antaraanak kembar dan anak yang berbeda rasnya (Nego dan Amreika misalnya)
c)        Berlangsungnya secara bersama-sama antara pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran/latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.

E.     Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara.
Pendidikan tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan.  Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya. Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan kita bisa mentransfer kebudayaan dari generasi ke generasi selanjutnya. Kebudayaan yang maju akan menghaslkan pendidikan yang maju pula dengan kualitas yang tinggi, begitu juga pendidikan yang maju akan menghasilkan kebudayaan yang maju.
Setiap bangsa dan setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Bahkan mereka menginginkan pendidikannya sepanjang hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarga. Akan tetapi lambat laun makin banyak dialihkan ke sekolah seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama dan lainnya. Namun pendidikan formal saja tak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting dalam pendidikan transmisi kebudayaan.
Pendidikan norma-norma, sikap adat-istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak diperoleh dalam keluarga masing-masing. Proses ini diperoleh anak terutama berkat pengalamannya dalam pergaulan dengan anggota keluarga, teman-teman sepermainan dan kelompok primer lainnya, bukan sekolah. Beberapa fungsi sekolah yang berkaitan dengan kebudayaan:
1.      Sekolah mentransmisi kebudayaan
Demi kelansungan hidup bangsa dan Negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga Negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
2.      Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan
Sekolah terutama perguruan tinggi diharapkan menambah pengetahuan dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar di dunia ini. Ada pun tokoh pendidikan yang beranggapan bahwa sekolah dapat digunakan untuk menskontruksi masyarakat bahkan dapat mengontrol perubahan-perubahan itu dengan cara “social engineering”
            Disini juga ada fungsi dari pendidikan dalam kebudayaan masyarakat sendiri, yaitu:
1.      Pendidikan Sebagai Penegak Nilai
Pendidikan mempunyai peran yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam masyarrakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat dapa melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap anggota masyarakat.
2.      Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat
Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan kreatif para pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan motor penggerak serta kemajuan masyarakat yang bersangkutan.
3.      Pendidikan sebagai Upaya pengembangan potensi manusia
Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling menonjol.

F.     Hubungan Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
1.      Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain. Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik kedepannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi. Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern. Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictionary of Education bahwa pendidikan merupakan: Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya, dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education, bahwa: Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya. Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali hubungan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Dikatakan dengan pendapat tersebut bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.

2.      Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat
Bertolak dari penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa desentralistik, maka hal ini berdampak pula terhadap reorintasi Visi dan Misi Pendidikan Nasional yang di dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional. Hal-hal yang tersebut, terutama dilandasi dengan sifat desentralistik itu sendiri, mengingat kondisi geografis, sosial-kultural, dan ekonomi setiap wilayah (Propinsi-Kabupaten) yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai hasil yang lebih optimal, efektif, efisien dan berhasil, memerlukan keterkaitan berbagai elemen yang ada. Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam peningkatan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan mutu melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka diperlukan pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Hubungan pendidikan dengan masyarakat memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sama-sama saling membutuhkan (simbiotic). Masyarakat sangat membutuhkan layanan pendidikan yang baik, dan tentunya hal itu bisa dilewati melalui lembaga pendidikan guna mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan harapan hidup yang sempurna. Untuk memenuhi hal tersebut lembaga membutuhkan masyarakat agar layanan sesuai dengan keinginannya. Lembaga pendidikan tidak dapat eksis tanpa masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai hidup yang sempurna tanpa lembaga pendidikan. Dalam berbagai persoalan kependidikan terutama yang berkenaan dengan lemahnya (problematika) manajemen pendidikan suatu lembaga pendidikan, tidak dapat dibebankan atau menyalahkan masyarakat sebagai pengguna layanan pendidikan. Hubungan pendidikan dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah sebagai salah lembga pendidikan agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat, mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program pendidikan yang berada di sekolah.

3.      Hubungan Kebudayaan dengan Masyarakat
Seringkali kita mendengar perkataan-perkataan ataupun pernyataan tentang kebudayaan suatu masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam waktu yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju satu tujuan yang sama. Sedangkan manusia adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat danau besar dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung didalamnya. Manusia mengambil air dari danau tersebut,jadi erat sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat. Demikian pula eksistensi suatu masyarakat hanya dapat dijaga kelangsungannya dengan adanya kebudayaan.
Masyarakat, penduduk dan kebudayaan terdapat 3 hal penting yang tidak akan bisa dipisahkan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam berkembangnya kebudayaan disekitar kita. Begitu juga penduduk, tanpa adanya masyarakat dan kebudayaan maka kehidupan para penduduk di suatu wilayah akan monoton. Sebagau contoh, tanpa adanya masyarakat kebudayaan tidak akan bisa dilestarikan. Bayangkan apabila di suatu wilayah terdapat masyarakat yang kaya akan kebudayaan, namun diantara mereka tidak satupun memiliki kesadaran untuk melestarikan kebudayaan tersebut, maka budaya itu akan hilang begitu saja.
Kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat di tentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilahnya adalah “cultural-determinism”. Hubungan antara penduduk, masyarakat, dan kebudayaan yaitu penduduk menyebabkan terjadinya masyarakat dan masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penduduk masyarakat dan kebudayaan merupakan konsep-konsep yang satu sama lain sangat berdekatan dan berhubungan. Bermukimnya penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu pula, memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena penduduk. Kebudayaan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu penduduk masyarakat yang terlahir secara turun temurun dari suatu daerah atau negara. Kebudayaan diantara lain adalah berupa kepercayaan, adat istiadat, kesenian, moral, nilai-nilai serta norma-norma, dan sebagainya.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dsb. Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupannya. Manusia dapat memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan dan pengembangan akal budi telah terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik kebudayan rohaniah maupun kebudayaan kebendaan.Akibat dari perkembangan kebudayaan ini, telah mengubah cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Demikian pula hubungan antara masyarakat dan kebudayaan, ini merupakan dwi tunggal, hubungan dua yang satu dalam arti bahwa kebudayaan merukan hasil dari suatu masyarakat, kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tetapi juga sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan. Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan inipun juga merupakan suatu hubungan yang saling menentukan.


BAB III
PENUTUP

     
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
2.      Hubungan Antara Pendidikan dengan Masyarakat
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
3.      Pendidikan dan Lingkungan Sosial
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di luar keluarga, contohnya berinteraksi dengan saudara jauh, tetangga dan orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal kita.
4.       Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
a.       Faktor Keturunan (Hereditas)
b.      Faktor Lingkungan
c.       Faktor Diri (Self)
d.      Faktor Umum

5.      Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
Setiap bangsa dan setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Bahkan mereka menginginkan pendidikannya sepanjang hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarha. Akan tetapi lambat laun makin banyak dialihkan ke sekolah seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama dan lainnya. Namun pendidikan formal saja tak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting dalam pendidikan transmisi kebudayaan.
6.      Hubungan Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain.
B.     Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang nantinya bisa terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Phalosa, Aini. (2013). Pendidikan dan Masyarakat. [Online]. Tersedia:
Pratama Putri, Oktaviana. (2012). Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. [Online]. Tersedia: https://oktavianipratama.wordpress.com/2012/05/21/hubungan-antara-pendidikan-dengan-masyarakat/.  Diakses 16 Februari 2015.
Musafa, Nanang. Pendidikan dan Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://kampus215.blogspot.com/2012/07/pendidikan-dan masyarakat_2151.html. Diakses 16 Februari 2015.
Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. Diakses 16 Februari 2015.
Ayunindya. (2012). Lingkungan Sosial. [Online]. Tersedia: https://ayuniindya.wordpress.com/2012/12/11/lingkungan-sosial/. Diakses 16 Februari 2015.
Edy Hartono. (2012).  Hub. Kebudayaan dengan Pendidikan. [Online]. Tersedia:
          https://edoy05.wordpress.com/paper/hub-kebudayaan-dengan-pendidikan/. Diakses 18 Februari 2015.
Anonim. (2013). Pendidikan dan Masyarakat. [Online]. Tersedia:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar