BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan dan Masyarakat
Pengertian
pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Sedangkan menurut Carter. V. Good, pendidikan ialah proses
perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat. Proses
sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir,
seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan
kecakapan sosial.
Dari
pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang yang mampu,
dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk mencapai
kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang
cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Lembaga
pendidikan itu sendiri memiliki beberapa fungsi yang nyata yakni:
1. Menanamkan
keterampilan yang diperlukan untuk ikut ambil bagian dalam demokrasi.
2.
Mengembangkan bakat yang dimiliki
tiap orang demi kepentingan pribadi dan masyarakat.
3.
Mempersiapkan anggota masyarakat
untuk dapat mencari nafkah.
4.
Melestarikan kebudayaan.
5.
Mengurangi pengendalian orang tua.
Melalui mekanisme pendidikan di sekolah, orang tua melimpahkan wewenang dan
tugas dalam mendidik anak pada pihak sekolah.
6.
Sebagai sarana untuk mengakomodir
perselisihan paham seperti perbedaan pandangan antara pihak sekolah dan pihak
umum tentang beberapa nilai tertentu misalnya keterbukaan, pendidikan seks dan
lain sebagainya.
7.
Menjaga sistem kelas sosial.
Pendidikan sekolah adalah sebagai sarana siswa melangkah ke tahapan dimana pada
akhirnya dapat memiliki status sosial yang sama atau lebih tinggi dari orang
tuanya. Di sekolah juga diajarkan untuk dapat menerima berbagai perbedaan dan
status yang ada di masyarakat.
8.
Pendidikan sekolah juga dianggap
mampu memperpanjang masa remaja seseorang karena peserta didik dianggap masih
tergantung secara psikologis dan finansial pada orang tuanya.
Sedangkan istilah
masyarakat kerap dipadankan dengan istilah “sosial”.
Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari
kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan
sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”. istilah sosial berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti kawan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan
sosial, Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan
pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan
masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta
berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki
menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik
para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu
selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu
masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam
suatu organisasi.
Alvin L.
Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok yang sama
identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu
yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Lebih lanjut Bertrand
menyebutkan tiga ciri masyarakat, Pertama pada masyarakat mesti terdapat
sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar. Kedua individu-individu
tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama diantara mereka,
minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga hubungan individu-individu
sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari beberapa
pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat
itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir
tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu
orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak
terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang
kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu
kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah
masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya
berdasarkan naluri saja.
Proses
terbentuknya masyarakat menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak
sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode
bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam
masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat juga
dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur. Terstruktur
diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi dengan sesamanya
tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial.
Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam komunitas keluarga, kelompok
keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks membutuhkan perilaku yang
spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma
serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial
mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup
sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata
interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain.
Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial.
Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Perdebatan
sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato.
Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati,
berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat
merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat
metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini,
kiranya pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih
dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang
ilmiah-rasional.
Merujuk pada
perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui
bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain,
kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang
sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku
kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan
ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir
dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui
saat ini.
B.
Hubungan
Antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat
pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti
pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh
upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat.
Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Wajar apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal
balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita. Bagi
masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan
proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya,
maka kepada anggota mudanya atau generasi penerus harus diteruskan nilai-nilai,
pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan
dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya
dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada
generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial.
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Dalam
pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama
kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu,
dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam pendidikan berjalan
beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi
masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh
tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng,
cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu, pada siang hari pemuda-pemuda
ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar
mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para
orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya.
Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan
cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakat. Tidak mengherankan apabila
cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang
bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan
atau berburu tidak hanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata,
tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan
serta upacara-upacara ritual.
Begitulah
perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan
iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan
perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan
prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi mempertahankan
harta kekayaan milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan
tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan
kebutuhan sistem sosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka menjadi ujung tombak
pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuan rakyat jelata yang memang
dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman ini predikat
golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta
kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring
dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan karakter masyarakat
tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah
berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakar
perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya. Kekuasaan
para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai
runtuh. Dimulai dengan penentangan sejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan
kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwa lain juga
memiliki andil besar dalam menentukan lahirnya semangat jaman yang semakin
konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin
Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah
dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahan
abad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan
humanis yang mampu diterjemahkan dengan penciptaan teknik-teknik peralatan
industri. Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan-lahan
mampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan pengajaran.
Selain karena meluapnya industri-industri manufaktur, pengaruh penerapan
demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan
alamnya serta peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakat Eropa Barat
harus bisa menyediakan kelompok manusia dalam jumlah massal yang memiliki
kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu
kompleks dan cukup rumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulai
menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi
formal dalam mengelola proses pendidikannya. Itulah uraian argumentasi sederhana
tentang renik-renik karakter fungsi pendidikan di masyarakat.
Melihat alur
perkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai
dengan konsep yang diutarakan oleh Randall Collins, tentang tiga tipe dasar
pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni Pertama, jenis pendidikan
keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan
bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan
kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di
dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau
juga masyarakat agraris awal. Kedua, pendidikan kelompok status, yaitu
pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa
(privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada
umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis
dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan
esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat
agraris dan industri. Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan
oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang
berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi
politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini
pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan
derajat.
Demikian
beberapa tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan
masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam
setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter
pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga
menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga
memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan. Dalam konteks sosial, pendidikan juga
memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan
kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi
demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang
tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan
sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah
kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
C.
Pendidikan
dan Lingkungan Sosial
Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah tempat dimana
masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar
sesama maupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa
tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari
cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di
luar keluarga, contohnya berinteraksi dengan saudara jauh, tetangga dan
orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal kita.
Tingkat
selanjutnya adalah sekolah, dimana kita bisa mengembangkan pelajaran
bersosialisasi yang diberikan dari keluarga di rumah ke lingkungan sekolah, kita
bisa berinteraksi dengan guru, karyawan sekolah, teman-teman sekolah maupun
pedagang yang menjajakkan jualannya di depan sekolah. Di dalam sekolah itu
sendiri ada organisasi yang bisa kita jadikan tempat untuk bersosialisasi lebih
luas lagi seperti organisasi kelas yang terdiri dari ketua kelas, wakil ketua
kelas, sekretaris, bendahara, para seksi-seksi pelengkap kelas, dan siswa kelas
itu sendiri, lalu ada osis atau organisasi siswa yang terdiri dari kumpulan
siswa sekolah tersebut, dari berbagai tingkatan kelas, lalu ada ekskul-ekskul
dengan berbagai macam jenis yang terdiri dari bidang kesenian atau olahraga
yang diberikan oleh sekolah, dan organisasi-organisasi ini tetap diawasi dan
dikoordinir oleh para guru dan kepala sekolah sebagai orang tua di sekolah.
Ada pula dari
tingkatan sekolah yang tertinggi yaitu perkuliahan, didalam perkuliahan inipun
ada organisasi-organisasi yang jangkauannya lebih luas dan kitapun diberikan
kebebasan lebih untuk mengungkapkan pendapat kita ke dalam organisasi ini dan
sebagai wadah untuk menyiapkan diri kita untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Lalu ada tingkatan saat kita berada di lingkungan kerja saat kita sudah mulai
mandiri dan bisa menyumbangkan apresiasi dan ilmu kita ke dalam bidang
perkerjaan yang sesuai dengan kriteria yang ada dalam diri kita, yang kita
sukai dan tekuni. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang akan mendekatkan kita
ke lingkungan yang paling luas jangkuannya.
Tingkatan paling
akhir adalah lingkungan masyarakat yang kita akan temui nanti saat kita sudah
cukup siap dan dewasa untuk bisa terjun langkung ke dalamnya, kitapun akan bisa
lebih mengetahui bagaimana sikap, sifat dan masalah-masalah di dalam lingkungan
masyarakat yang saat kita berada di tingkat keluarga maupun sekolah belum kita
temui dan kita bisa terjun langsung ke dalam masyarakat dengan bekal apa yang
kita pelajari dari lingkungan sosial kita terdahulu yaitu keluarga dan sekolah.
Lingkungan sosial dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam diantaranya:
1. Yang
pertama, Lingkungan Sosial Primer adalah lingkungan sosial yang dimana terdapat
hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota
satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lainnya.
2.
Dan yang kedua, Lingkungan Sosial
Sekunder adalah lingkungan sosial yang hubungan antara anggota satu dengan
anggota yang lain agak longgar.
Tujuan dari
dibangunnya hubungan sosial masyarakat antara lain untuk:
a.
Membangun rasa senasib dan rasa
sepenanggungan di antara mereka, khususnya masyarakat Indonesia yang mewujudkan
rasa persatuan dan kesatuan.
b.
Supaya tertanam rasa toleransi di
antara mereka (manusia), seorang hanya memilikii arti bagaimana dia menjadi
bagian dalam kelompok.
c.
Supaya timbulnya kesadaran bahwa di
antara mereka terdapat saling ketergantungan satu sama lain, yang berkaitan
dengan kepedulian sosial.
d.
Salah satu keberartian seseorang
terdapatnya nilai-nilai demokrasi yang tumbuh dan dimiliki sebagai sikap
menghargai perasan serta pendapat sesama yang pada gilirannya menciptakan suatu
kesatuan sosial.
Lingkungan
masyarakat atau lingkungan sosial merupakan tempat berbaurnya semua komponen
masyarakat, baik dari agama, etnis keturunan, status ekonomi maupun status
sosial. Pengaruh yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi anak terhadap dunia
pendidikan. Dengan demikian dalam pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak
dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada yang lebih lebih dewasa dalam
bidang tertentu. Dalam bergaul anak harus memilah teman yang akan diajak
bergaul, jangan sampai salah memilih teman yang tiak beretika dan tidak sopan
sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Kontrol dari masyarakat juga akan
membantu dalam meningkatkan peran dan minat dalam berpendidikan. Tanpa adanya
ikut serta maka mustahil pendidikan akan dapat berkembang. Sehingga antara
orang tua dan masyarakat harus saling memberikan dukungan dan masukan sehingga
dapat tercapai pendidikan sesuai dengan permintaan masyarakat. Seiring dengan
peningkatan mutu pendidikan maka pendidikan harus menyesuaikan dengan
permintaan masyarakat agar pendidikan dapat tercapai dan dapat meningkatkan
SDM.
Hubungan
lingkungan sekolah atau pendidikan dengan lingkungan sosial atau masyarakat
dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :
1)
Hubungan transaksional
antara sekolah dengan masyarakat
Artinya
sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan, sekolah
sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari
masyarakat.
Contohnya:
aktivitas kurikuler para siswa (mengumpulkan bahan pengajaran dari masyarakat,
kegiatan pengabdian pada masyarakat, magang, dsb), aktivitas para
guru (kunjungan ke rumah siswa, dll), kegiatan ekstrakurikuler
(melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat), kunjungan orangtua/anggota masyarakat ke
sekolah (saat kenaikan kelas, ultah sekolah, dsb), melalui media massa
(publikasi mengenai kegiatan sekolah lewat televisi, dsb).
2)
Hubungan transmisif dan
transformasif
Hubungan
transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan kebudayaan.
Hubungan transformasif terjadi manakala sekolah berperan sebagai agen pembaharu
dalam kebudayaan masyarakat.
Contohnya: Reproduksi budaya, siswa
diajarkan untuk menggali unsur-unsur budaya yang telah ada dalam masyarakatnya.
Difusi kebudayaan, siswa diajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur-unsur
yang dinilai positif dan belum berkembang dalam masyarakatnya. Dan berpikir
kreatif, artinya berpikir alternatif, atau berani “tampil beda”.
Hubungan
lingkungan sosial (non fisik) dengan pendidikan atau sekolah sangatlah luas.
Mulai dari hubungan sosial dalam diri sekolah itu sendiri, hubungan sosial
dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan petugas kesehatan,hubungan
sekolah dengan pengawas pendidikan, hubungan sekolahdengan pejabat pemerintah,
dan hubungan sekolah dengan masyarakatsekitarnya, semuanya mempunyai pengaruh
terhadap proses belajar mengajar. Lingkungan sosial yang terdapat dalam diri
sekolah itu sendiri ketika proses belajar mengajar adalah hubungan antara
kepala sekolah dengan guru, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa,
hubungan siswa dengan siswa, hubungan pegawai dengan pegawai dan sebagainya.
Hubungan harmonis harus tercipta diantara para personil sekolah dalam rangka
untuk menciptakan iklim sekolah yang positif. Intinya, kepada bawahan dan siswa
ingin mencerdaskan, memberikan kasih sayang sebagaimana orang tua terhadap
anaknya, dan memberikan perlindungan terhadap gangguan yang bisa menghambat
kelancaran proses belajar mengajar. Sekolah yang unggul pasti dipimpin oleh
kepemimpinan yang berpotensi tinggi.
D.
Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Meskipun
perkembangan manusia terus berlangsung dan melewati tahap-tahap perkembangan
serta mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya., namun perkembangan
manusia tersebut tidak berlangsung begitu saja ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah
:
1. Faktor
Keturunan (Hereditas)
Anak
memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang bersal dari kedua orng tuanya yang
merupakan potensi tertentu yang sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C
Witheirington dalam Abu Ahmadi (2001) hereditas adalah proses penurunan
sifatsifat atau ciri-ciri tertentu dari suatu generasi ke generasi lain dengan
perantara sel benih. Pada dasarnya yang diturnkan itu adalah struktur tubuh
jadi apa yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya berdasarkan perpaduan
gen-gen yang pada umumnya hanya mencakup sifat atau ciri-ciri atau sifat orang
tua yang diperoleh dari lingkungan ata hasil belajar dari lingkungan..
Ciri-ciri tingkah laku atau sifat
yang mungkin bisa diturunkan sebagai factor bawaan dari orang tua kepada
anaknya terbagi menjadi 5 prinsip yakni:
a.
Prinsip Reproduksi
Sifat-sifat
tingkah laku yang diturunka hanyalah bersifat reproduksi yaitu
memunculkan kembali apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih, penurunan
sifat berlangsung dengan melalui sel benih bukan sel badan. Dengan demikian
tingkah laku atau kecakapan orang tua yang diperoleh melalui hasil pengalaman
atau belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan adalah sifat-sifat
strukturil, karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk kecakapan anaknya.
b.
Prinsip Konformitas
Setiap
proses heriditet akan mengikuti pola-pola keseragaman dari jenis generasi
sebelumnya yakni seorang anak akan memiliki sifat-sifat yang diturunkan
oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya. Sebagai contoh: keturunan orang-orang
Arab akan memiliki cirri-ciri yang seragam, demikian pula orang Eropa, Gegro
dan sebagainya.
c.
Prinsip Variari
Setiap
proses hariditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Kecuali situasi dan
kondisi menyebabkan bervariasinya produksi benih. Penurunan sifat kepada anak
dari orang tua sangat bervariasi dikarenakan jumlah gene-gene dalam khromosom
amat banyak, maka kombinasi gene-gene setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan
yang banyak pula. Dengan demikian untuk setiap proses heiditet akan terjadi
penurunan yang bervariasi. Keculi itu stuasi dan kondisi menyebankan
bervariasina produksi benih.
d.
Prinsip Regresi Filial
Penurunan
sifat cenderung menuju kearah rata-rata dari kedua orang tuanya. Misalkan orang
tua yang cerdas akan berkecendrungan memiliki keturunan yang kurang cerdas.
e.
Prinsip Menyilang
Menurut
prinsip ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada
anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang, seperti seorang anak perempuan akan
lebih banyak mempunyai sifat-sifat ayahnya dan seorang anak laki-laki akan
lebih banyak mempunyai sifat-sifat ibunya. ( Abu khaer, 1993: 28-29).
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala akan lahir
sebagai bayi yang sehat. yang mengelilingi individu didalam hidupnya, baik
dalam bentuk lingkungan pisik seperti orang tuanya, rumahnya, kawan-kawannya
bermain, masyarakat sekitanya maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti
misalnya perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan
yang dihadapinya dan sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak didalam kandungan,
seorang individu selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. Jikalau selama
masa-masa dalam kandungan, ibunya mendapat makanan-makanan yang sehat,
melakukan latihan-latihan olah raga yang tepat, mengalami ketentraman batin dan
sebagainya, maka bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan besar akan lahir
sebagai seorang bayi yang sehat.
Begitu juga semenjak ia lahir
didunia perkembangan anak itu akan tetap dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
yang berasal dari lingkungannya, oleh jumlah dan kualitas makanan yang
diterimanya, oeh jadwal pemeliharaannya tiap hari, begitu juga oleh suhu
lingkungannya. Pengaruh yang tidak kalah pentingnya ialah bagaimana sikap dan
tingkah laku orang dewasa disekitarnya terhadap dirinya. ( patty, 1982: 58-59).
Jika dilihat dari segi bentuk, maka
lingkungan manusia itu pada pokoknya terdiri atas dua golongan yaitu: lingkungan
dalam (linner environment) dan lingkungan luar ( outer environment).
a.
Lingkunagn dalam (innerenvironment)
Lingkunagn dalam adalah hal-hal yang
pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian masuk kedalam tubuh dan
bersatu dengan sel-sel tubuh individu seperti makanan, minuman, udara dan
sebagainya, merupakan lingkungan dalam individu. Hormon-hormon serta berbagai
cairan tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubuh merupakan lingkungan
dalam. Adapun hal-hal yang termasuk
kapada lingkungan dalam itu memberikan rangsangan kepada individu,
mempengaruhi kegiatan dan perkembangannya. Individu akan merasa lapar atau
dingin bila persediaan makan dalam tubuh berkurang, merasa sesak nafas bila zat
pembakar berkurang.
b. Lingkungan luar (outer environment)
Lingkungan luar adalah segala
sesuatu yang merangsang dan melibatkan individu yang berasal dari luar,
lingkungan luar individu mungkin berada jauh dari individu, asal memberikan
rangsangan dan menyebabkan individu terlibat kedalamnya. Adapun yang termasuk
lingkungan luar itu terdiri dari:
1)
Lingkungan alam ( physical environment)
Lingkungan alam adalah segala
sesuatu disekitar individu yang berupa benda-benda alam atau fisik yang
termasuk kepada lingkunagn alam semesta alam semesta alam antara lain: makanan,
tumbuh-tumbuhan, binatang, iklim, minuman, pakaian peralatan dan sebagainya.
2)
Lingkungan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial,
mempunyai kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama manusia lainnya.
Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu tidak bisa hidup dengan
sempurna tanpa berinteraksi dengan individu yang lainnya. Interaksi individu
dengan individu lainnya merupakan lingkungan sosial yang banyak berpengaruh
terhadap perkembangan dan kepribadian seseorang.
3)
Lingkungan budaya
Kebudayaan yaitu segala sesuatu
ciptaan manusia sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya, misalnya: ilmu
pengetahuan, peranturan-peraturan, bahasa seni, olah raga dan sebagainya.
Kebudayaan merupakan lingkungan bagi individu dan mempengaruhi tingkah laku
seseorang. Individu selalu hidup dan dibesarkan dalam suasana kebudayaan
tertentu. Anak sangat sensitif dalam menerima prangsang-perangsang kebudayaan,
lingkungan kebudayaan dimana anak dibesarkan akan mewarnai tingkah laku atau
perkembangan anak itu.
4)
Lingkungan sprirituil
Sebagai makhluk hidup, manusia juga
membutuhkan lingkungan spirirituil tertentu, sesuai dengan jenis agama dan
kepercayaan yang dianut oleh keluarganya dan atau masyarakat disekitarnya.
3. Faktor Diri (Self)
Guru harus
memahami factor diri yang merupakan factor jiwaan kehidupan seorang anak.
Factor-faktor ini dapat berupa emosi, motivasi, integrasi, sikap dan
sebagainya. Beberapa ciri perkembangan anak dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2001)
sebagai berikut :
a.
kehidupan sosial
diperkaya dengan kemamua bekerjasama dan bersaing dalam kelompok
b.
mempunyai pemahaman
mengenai sebab akibat.
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah
yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan
jawaban yang berbeda-beda.
Para ahli yang beraliran “Nativisme”
berpendapat bahwa perkembangan individu sematamata ditentukan oleh unsur
pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor
dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan aliran Nativisme, para
ahli yag mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu
itu sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor
dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan
factor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu.
Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua
pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “Konvergensi” dengan
tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi,
perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut.
Baik faktor dasar/pebawaan maupun factor lingkungan/pendidikan keduanya secara
convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan
dengan pendapat ini, Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional juga
mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu
faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan factor ajar/lingkungan (faktor
eksternal).
Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa
perkembangan tiap – tiap individu tidak sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Secara garis besarnya faktor dapat dibedakan menjadi tiga
faktor (Dra. Desmita , M.Si dalam Psikologi Perkembangan Peserta Didik), yaitu:
a.
Faktor
yang Berasal dari Dalam Individu
Faktor yang berasal dari dalam individu merupakan
salah faktor yang bersumber dari setiap individu. Ini merupakan faktor yang
sangat tampak dan dapat dilihat sebagai contohnya adalah :
1)
Bakat atau Pembawaan
Bakat
meruapakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap individu. Bakat sering juga
disebut juga dengan hal – hal yang menjadi keahliannya. Tetapi sering dijumpai
kata – kata “bakat tersembunyi”. Dengan adanya hal tersebut sering juga
kita berfikiran apakah yang telah kita lakukan ini merupakan benar – benar
bakat kita atau kita hanya terbiasa melakukannya dan sebenarnya kita memiliki
bakat yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.
2)
Sifat –sifat keturunan
Sifat
keturunan ini sudah jelas terlihat merupakan sifat yang diperoleh dari orangtua
atau mungkin keluarga yang lebih tua. Sifat keturunan ini merupakan sifat
identik yang dimiliki ketika seseorang dalam suatu ikatan keluarga. Hal ini
dapat berupa keturunan dari fisik dan mental. Misalnya fisik yaitu bentuk muka
, wajah, bentuk badan , suatu penyakit dll. Sedangkan sifat mental seperti
pemarah , pemalas , pendiam , pintar , dsb. ((Dra. Desmita , M.Si dalam
Psikologi Perkembangan Peserta Didik). Dengan demikian bahwa sifat keturunan
dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak .
3)
Dorongan dan Instrinsik
Dorongan
adalah hal yang membuat seseorang untuk melakukan suatu hal. Sedangkan naluri
adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisiskan kepada
manusia bagaimana melaksanakan dorongan batin.
b.
Faktor
yang Berasal dari Luar Individu
Setelah
mengetahui uraian tentang faktor penyebab adanya perkembangan anak ada juga
yang tidak kalah penting dan merupakan hal yang biasanya mempunyai peranan besar
dalam perkembangan anak yaitu faktor dari luar. Faktor – faktor ini dapat
diuraikan sebagi berikut :
1)
Makanan
Pada tiap-tiap usia
terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan factor yang penting
peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja makanannya, tetapi
isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari pelbagai vitamin.
Kekurangan gizi/vitamin dapat menyebabkan gigi runtuh, penyakit kulit dan
lain-lain penyakit.
2)
Iklim
Hawa dan sinar pada
tahun-tahun pertama merupakan faktor yang penting. Terdapat perbedaan antara
anak-anak yang kondisi lingkungannya baik dan yang buruk.
3)
Kebudayaan
Penyelidikan Dennis di
kalangan orang-orang Amerika dan Indiana menunjukan bahwa sifat pertumbuhan
anak-anak bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat
bahwa sifat-sifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang
kemudian merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses
perkembangannya. Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat
juga di dalamnya termasuk pendidikan, agama, dsb.
4)
Ekonomi
Kedaan perekonomian seseorang juga
mempengaruhi tingkat perkembangannya, dimna factor ini merupakan factor yang
dapat menjamin kelayakan hidup seseorang.
5)
Kedudukan anak dalam lingkungan
kelurga
Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi
perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya
lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena dimanja
perkembangannya lebih lambat. Dalam
hal ini anak tunggal biasanya perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh
pergaulan dengan orang-orang dewasa lebih besar.
c.
Faktor
Umum
Setelah
membahas tentang faktor dari dalam dan dari luar ada juga salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Faktor umum ini merupakan gabungan
antara faktor dari dalam dan dari luar. Contohnya adalah sebagai berikut:
d.
Intelegensi
Intellegensi merupakan
faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh perkembangan yang
cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan terbelakang dalam
pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan penelitian
Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and
talking in relation to general intelligence) telah dibuktikan adanya pengaruh
intellegensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam perkembangan
berjalan dan berbicara.
e.
Jenis kelamin
Perbedaan
perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak jelas. Yang nyata
kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak
laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat
perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada
anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan
seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih
cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelasa pada anak umur 9 sampai 12
tahun
f.
Kesehatan
Hasil
penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya
peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan
jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan
sesudah dilahirkan.
g.
Ras
Kebangsaan
(ras) Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari
anak-anak eropa sebelah timur. Amak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak
terlalu cepat dibandingkan dengan ank-anak kulit putih dan kuning.
Elizabeth
B. Hurlock mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan
(Cause of Development) yaitu:
1)
Kematangan (Maturation)
Perkembangan
fisik dan mental adalah sebagian besar akibat dari pada kodrat yang telah
menjadi bawaan dan juga dari pada latihan dan pengalaman si anak. Kodra ini
diperoleh dari turunan perkembangan (Heredity Endownment) dan menimbulkan
pertumbuhan yang terlihat, meskipun tanpa dipengaruhi oleh sebab-sebab nyata
dari lingkungan.
Pertumbuhan
karena kodrat terkadang timbulnya secara sekonyongkonyong. Rambut tumbuh di
muka, suara berubah dengan tiba-tiba. Sikapnya terpengaruh antara lain terhadap
seks lain, yang berkembang menjadi kegila-gilaan gadis atau kegila-gilaan
pemuda sebagai kebalikan dari kebencian yang ditujukan pada masa sebelumnya
(Masa Pueral).
Pada anak-anak
sering terlihat, tiba-tiba anak itu dapat berdiri, berbicara, dan sebagainya
yang terkadang setelah seseorang berpendapat bahwea anak-anak itu sangat
terbelakang dalam pekembangannya.
2)
Belajar dan latihan
(Learning)
Sebab terjadinya
perkembangan yang kedua adalah dengan melalui proses belajar atau dengan
latihan. Disini terutama termasuk usaha anak sendiri baik dengan atau tidak
dengan melalui bantuan orang dewasa.
3)
Kombinasi kematangan
dan belajar (Interaction of Maturation and Learning)
Kedua sebab
kematangan dan belajar atau altihan itu tidak berlangsung sendiri-sendiri,
tetapi bersama-sama, bantu membantu. Biasanya melalui suatu latihan yang tepat
dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang maksimum, tetapi terkadang
meskipun bentuan kuat dan usahanya efektif tidak berhasil seperti yang
diharapkan, jika batas perkembangannya lekas tercapai atau daya berkembangnya
sangat terbatas.
Kematangan
selain berfungsi sebagai pemberi bahan mentah yang berupa potensi-potensi yang
siap untuk dilatih/dikembangkan juga sebagai penentu batas atau kualitas
perkembangan yang akan terjadi. Kematangan itu dalam periode perkembangan tidak
hanya dicapai setelah lahir, tetapi sebelum lahir juga ada kematangan; bedanya
ialah bahwa kematangan dalam masa sebelum lahir hanya dipengaruhi kodrat dan
tidak memerlukan latihan.
Kematangan suatu
sifat sangat penting bagi seorang pengasuh atau pendidik untuk mengetahuinya,
karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaikbaiknya
terhadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Telah banyak percobaan-percobaan
diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat berkembang hanya
atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran/pengalaman. Hasilnya
antara lain:
a)
Pada tahun-tahun
pertama “kematangan” ini penting karena memungkinkan pengajaran/pelatihan.
b)
Dalam hal perkembangan
phylogenetic tidak terdapat perbedaan di antaraanak kembar dan anak yang
berbeda rasnya (Nego dan Amreika misalnya)
c)
Berlangsungnya secara
bersama-sama antara pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran/latihan
adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.
E. Pendidikan
dan Kebudayaan Masyarakat
Dalam
pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dari
sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai
budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut
tetap terpelihara.
Pendidikan
tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya
dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya. Tujuan pendidikan pun
adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan
adanya pendidikan kita bisa mentransfer kebudayaan dari generasi ke generasi
selanjutnya. Kebudayaan yang maju akan menghaslkan pendidikan yang maju pula
dengan kualitas yang tinggi, begitu juga pendidikan yang maju akan menghasilkan
kebudayaan yang maju.
Setiap
bangsa dan setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Bahkan mereka menginginkan
pendidikannya sepanjang hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan yang dipegang
oleh keluarga. Akan tetapi lambat laun makin banyak dialihkan ke sekolah
seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama dan lainnya. Namun
pendidikan formal saja tak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan
kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting
dalam pendidikan transmisi kebudayaan.
Pendidikan
norma-norma, sikap adat-istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak
diperoleh dalam keluarga masing-masing. Proses ini diperoleh anak terutama
berkat pengalamannya dalam pergaulan dengan anggota keluarga, teman-teman
sepermainan dan kelompok primer lainnya, bukan sekolah. Beberapa fungsi sekolah
yang berkaitan dengan kebudayaan:
1.
Sekolah
mentransmisi kebudayaan
Demi
kelansungan hidup bangsa dan Negara, kepada generasi muda disampaikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga Negara
diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang
diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan
persatuan bangsa.
2.
Sekolah
merupakan alat mentransformasi kebudayaan
Sekolah terutama perguruan tinggi diharapkan menambah
pengetahuan dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa
perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan yang besar di dunia ini. Ada pun tokoh pendidikan yang
beranggapan bahwa sekolah dapat digunakan untuk menskontruksi masyarakat bahkan
dapat mengontrol perubahan-perubahan itu dengan cara “social engineering”
Disini
juga ada fungsi dari pendidikan dalam kebudayaan masyarakat sendiri, yaitu:
1. Pendidikan Sebagai Penegak Nilai
Pendidikan mempunyai peran
yang amat penting dalam kaitan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa
pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalam
masyarrakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-nilai ini dengan sendirinya
dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak menimbulkan gejolak dalam
masyarakat. Masyarakat dapa melaksanakan kehidupannya secara tenang sesuai
dengan keyakinan masing-masing. Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat tetap menjadi landasan bagi setiap anggota masyarakat.
2. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat
Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah
pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan kreatif para
pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh
masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan motor penggerak serta
kemajuan masyarakat yang bersangkutan.
3. Pendidikan sebagai Upaya pengembangan potensi manusia
Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam
diri individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini perkembangan dalam
masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik dan tercipta generasi-generasi
penerus yang lebih handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam
menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling
menonjol.
F. Hubungan
Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
1.
Hubungan
Kebudayaan dengan Pendidikan
Pendidikan secara praktis
tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan
melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling
efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain. Tujuan pendidikan
adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan
adanya pendidikan, kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi
kegenerasi selanjutnya, dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan
terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik kedepannya, maka sudah
dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi. Kebudayaan sebagai
hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki
zaman modern. Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya
untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis
manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju,
ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle
curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa,
cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna,
maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan merupakan karya manusia
yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran
dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum
makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good
dalam Dictionary of Education bahwa pendidikan merupakan: Proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya, dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya. Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh
Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education,
bahwa: Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga
kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan,
menyelaraskan, dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan
kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya. Dilihat dari sudut
pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan
potensi individu. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat
sekali hubungan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung
satu sama lainnya. Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan
tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya
masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya
senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi.
Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai
tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Pendidikan selalu berubah
sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer
kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat
reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu mengalami
perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat
tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan
informal (sengaja diadakan atau tidak). Perbedaan kebudayaan menjadi cermin
bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran
sekaligus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.
Transfer nilai-nilai budaya
dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat
modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara
formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan
formal. Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua
kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan
nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan
dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau
bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena
saling membutuhkan antara satu sama lainnya. Dikatakan dengan pendapat tersebut
bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat
dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari
sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi
individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah
sebagai pewarisan nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban
dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai
budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta
budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan
potensi manusia pencipta budaya itu.
2. Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat
Bertolak dari
penyelenggaraan sistem pemerintahan yang berupa desentralistik, maka hal ini
berdampak pula terhadap reorintasi Visi dan Misi Pendidikan Nasional yang di
dalamnya menyangkut pula tentang Standar Pengelolaan Sistem Pendidikan
Nasional. Yang berimbas pula pada Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan,
Pendanaaan, dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional. Hal-hal yang
tersebut, terutama dilandasi dengan sifat desentralistik itu sendiri, mengingat
kondisi geografis, sosial-kultural, dan ekonomi setiap wilayah
(Propinsi-Kabupaten) yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu
penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai hasil yang lebih optimal, efektif,
efisien dan berhasil, memerlukan keterkaitan berbagai elemen yang ada.
Implementasi otonomi terhadap lembaga pendidikan terwujud dalam School Based
Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan Manajemen Berbasis
Sekolah ini adalah upaya kemandirian, kreativitas sekolah dalam peningkatan
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam peningkatan mutu
melalui kerjasama atau pemberdayaan pemerintah dan masyarakat, maka diperlukan
pula administrasi pendidikan di bidang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Hubungan pendidikan dengan
masyarakat memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sama-sama saling
membutuhkan (simbiotic). Masyarakat sangat membutuhkan layanan pendidikan yang
baik, dan tentunya hal itu bisa dilewati melalui lembaga pendidikan guna
mempersiapkan diri serta memenuhi kebutuhan dan harapan hidup yang sempurna.
Untuk memenuhi hal tersebut lembaga membutuhkan masyarakat agar layanan sesuai
dengan keinginannya. Lembaga pendidikan tidak dapat eksis tanpa masyarakat,
sebaliknya masyarakat tidak dapat mencapai hidup yang sempurna tanpa lembaga
pendidikan. Dalam berbagai persoalan kependidikan terutama yang berkenaan
dengan lemahnya (problematika) manajemen pendidikan suatu lembaga pendidikan,
tidak dapat dibebankan atau menyalahkan masyarakat sebagai pengguna layanan
pendidikan. Hubungan pendidikan dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi
yang diupayakan oleh sekolah sebagai salah lembga pendidikan agar dapat
diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari
masyarakat, mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan
masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan
hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program pendidikan yang berada
di sekolah.
3. Hubungan Kebudayaan dengan Masyarakat
Seringkali kita mendengar
perkataan-perkataan ataupun pernyataan tentang kebudayaan suatu masyarakat.
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam
waktu yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka
untuk menuju satu tujuan yang sama. Sedangkan manusia adalah sumber kebudayaan
dan masyarakat adalah ibarat danau besar dimana air dari sumber-sumber itu
mengalir dan tertampung didalamnya. Manusia mengambil air dari danau
tersebut,jadi erat sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan.
Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat. Demikian pula eksistensi
suatu masyarakat hanya dapat dijaga kelangsungannya dengan adanya kebudayaan.
Masyarakat, penduduk dan
kebudayaan terdapat 3 hal penting yang tidak akan bisa dipisahkan peranannya
dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam
berkembangnya kebudayaan disekitar kita. Begitu juga penduduk, tanpa adanya
masyarakat dan kebudayaan maka kehidupan para penduduk di suatu wilayah akan
monoton. Sebagau contoh, tanpa adanya masyarakat kebudayaan tidak akan bisa
dilestarikan. Bayangkan apabila di suatu wilayah terdapat masyarakat yang kaya
akan kebudayaan, namun diantara mereka tidak satupun memiliki kesadaran untuk
melestarikan kebudayaan tersebut, maka budaya itu akan hilang begitu saja.
Kebudayaan mempunyai
hubungan yang erat dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat di tentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilahnya adalah “cultural-determinism”. Hubungan antara penduduk,
masyarakat, dan kebudayaan yaitu penduduk menyebabkan terjadinya masyarakat dan
masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing. Ketiga hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Penduduk masyarakat dan kebudayaan merupakan
konsep-konsep yang satu sama lain sangat berdekatan dan berhubungan.
Bermukimnya penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu
pula, memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut. Ini
berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin
akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena penduduk.
Kebudayaan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu penduduk masyarakat
yang terlahir secara turun temurun dari suatu daerah atau negara. Kebudayaan
diantara lain adalah berupa kepercayaan, adat istiadat, kesenian, moral,
nilai-nilai serta norma-norma, dan sebagainya.
Pertumbuhan penduduk yang
makin cepat mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dsb. Berbeda dengan makhluk lain, manusia
mempunyai kelebihan dalam kehidupannya. Manusia dapat memanfaatkan dan
mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan dan pengembangan akal budi telah
terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik kebudayan rohaniah maupun
kebudayaan kebendaan.Akibat dari perkembangan kebudayaan ini, telah mengubah
cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Demikian pula hubungan
antara masyarakat dan kebudayaan, ini merupakan dwi tunggal, hubungan dua yang
satu dalam arti bahwa kebudayaan merukan hasil dari suatu masyarakat,
kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Tetapi juga sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh
kebudayaan. Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan inipun juga merupakan
suatu hubungan yang saling menentukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau
bimbingan yang diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap
perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi
yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan
hidupnya secara mandiri.
2.
Hubungan
Antara Pendidikan dengan Masyarakat
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses
sosialisasi. Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak
seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar
dirinya, yakni keluarga.
3. Pendidikan dan Lingkungan Sosial
Lingkungan
pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah tempat dimana
masyarakat saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar
sesama maupun dengan lingkungannya. Lingkungan sosial terdiri dari beberapa
tingkat. Tingkat yang paling awal adalah keluarga, dari keluarga kita diajari
cara, sikap, dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain di dalam maupun di
luar keluarga, contohnya berinteraksi dengan saudara jauh, tetangga dan
orang-orang yang berada di lingkungan tempat tinggal kita.
4.
Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Manusia
a. Faktor
Keturunan (Hereditas)
b. Faktor Lingkungan
c.
Faktor Diri (Self)
d.
Faktor
Umum
5.
Pendidikan dan
Kebudayaan Masyarakat
Setiap bangsa
dan setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan. Bahkan mereka
menginginkan pendidikannya sepanjang hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan
yang dipegang oleh keluarha. Akan tetapi lambat laun makin banyak dialihkan ke
sekolah seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama dan lainnya.
Namun pendidikan formal saja tak dapat diharapkan menanggung transmisi
keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang
penting dalam pendidikan transmisi kebudayaan.
6.
Hubungan
Pendidikan dan Kebudayaan Masyarakat
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan
dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri,
secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya
sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara
satru sama lain.
B. Saran
Semoga
dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengambil inti
sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang dapat
mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang
nantinya bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Phalosa, Aini. (2013). Pendidikan dan Masyarakat. [Online]. Tersedia:
http://fumiki-fujita.blogspot.com/2013/07/makalah-pendidikan-dan-masyarakat.html. Diakses 15 Februari 2015.
Pratama Putri, Oktaviana. (2012). Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat. [Online]. Tersedia: https://oktavianipratama.wordpress.com/2012/05/21/hubungan-antara-pendidikan-dengan-masyarakat/. Diakses 16 Februari 2015.
Musafa, Nanang. Pendidikan
dan Masyarakat.
[Online]. Tersedia: http://kampus215.blogspot.com/2012/07/pendidikan-dan
masyarakat_2151.html.
Diakses 16 Februari 2015.
Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. [Online].
Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. Diakses 16 Februari 2015.
Ayunindya. (2012). Lingkungan Sosial. [Online].
Tersedia: https://ayuniindya.wordpress.com/2012/12/11/lingkungan-sosial/. Diakses 16 Februari 2015.
Edy Hartono. (2012).
Hub. Kebudayaan dengan Pendidikan.
[Online]. Tersedia:
Anonim.
(2013). Pendidikan dan Masyarakat.
[Online]. Tersedia:
http://fumiki-fujita.blogspot.com/2013/07/makalah-pendidikan-dan-masyarakat.html. Diakses: 18 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar