BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pragmatisme bersifat plural, dan terus menerus
berubah. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Pengetahuan
di peroleh manusia melalui pengalaman (metode sains), pengetahuan bersifat
relatif teori di uji kebenaran pengetahuan dikenal sebagai pragmatisme /
instrumentalisme, sebab pengetahuan di katakan benar apabila dapat di
aplikasikan. Hakikat nilai berada dalam proses, yaitu dalam perbuatan manusia,
bersifat kondisional, relatif, dan memiliki kualitas individual dan sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat
memecahkan permasalahan hidup individual atau sosial. Tidak ada tujuan akhir
pendidikan. Kurikulum pendidikan hendaknya berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa (child centered) dan berpusat pada
aktifitas siswa (actifity centered). Adapun kurikulum tersebut mungkin berubah.
Pragmatisme mengutamakan metode pemecahan masalah (problem solving method)
serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery method). Guru hendaknya berperan
sebagai fasilitator, yaitu membimbing dan memimpin siswa belajar tanpa ikut
campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa. Adapun siswa berperan bebas
untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Orientasi pendidikan Pragmatisme adalah
Progresivisme dan atau Rekonstruksionisme.
Scholatisme menganut teori hyllemorphe dan
prinsip essentia-eksistentia. Terdapat realitas fana dan realitas abadi di
akhirat. Sejalan dengan konsep di atas, manusia adalah ciptaan Tuhan, manusia
adalah kesatuan badan-jiwa. Manusia diakui sebagai makhluk alamiah, berfikir,
beramasyarakat, dan sebagai makhluk spiritual.
Pengetahuan
dapat di peroleh manusia melalui keimanan, rasio melalui berpikir, dan intuisi.
Bagi penganut scholatisme kebenaran dan nilai-nilai bersifat pasti, universal,
menetap atau abadi
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia
secara penuh, meliputi potensi intelektual, fisikal, vokasional agar manusia
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Isi kurikulumnya meliputi
agama dan humanities. Matematika, retorika, logika, dan bahasa juga di pandang
penting. Kurikulumnya meliputi pendidikan liberal yang mencakup mata
pelajaran-mata pelajaran fundamental berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai
kemanusiaan dan intelektual. Metode pendidikan yang di utamakan adalah metode mendisiplinkan
pikiran (disciplining the mind), latihan formal (formal drill), persiapan jiwa
dan cathekisme. Dalam pendidikan guru harus menjadi teladan bagi para siswanya.
Guru mempunyai wewenang untuk pengembangkan pengetahuan, keterampilan berpikir,
dan agar siswa mampu berbuat kebajikan. Orientasi pendidikan scholatisme adalah
Parennialisme.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Pragmatisme ?
2. Bagaimana
perkembangan Pragmatisme ?
3. Apa
hubungan Pragmatisme dengan pendidikan ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Scholatisme ?
5.
Apa hubungan
Scholatisme dengan pendidikan ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
arti dari Pragmatisme
2. Mengetahui
perkembangan Pragmatisme
3. Mengetahui
hubungan Pragmatisme dengan pendidikan
4. Mengetahui
arti dari Scholatisme
5. Mengetahui
hubungan Scholatisme dengan pendidikan
D.
Sistematika
Penulisan
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I Pendahuluan
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika
Penulisan
BAB
II Pembahasan
A. Pengertian Pragmatisme
B. Perkembangan
Pragmatisme
C. hubungan
Pragmatisme dengan pendidikan
D. Pengertian Scholatisme
E.
hubungan Scholatisme
dengan pendidikan
BAB
II Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PRAGMATISME
Pragmatisme mulai tumbuh pada tahun 1878
di Amerika ketika Charles sanders pierce (1839-1914) menerbitkan makalahnya
yang berjudul “ How To Make Our Ideas
Clear “.
Pragmatisme merupakan reaksi atau kritik
terhadap filsafat yang telah berkembang sebelumnya, seperti Idealisme,
Realisme, Rasionalisme, dan lain-lain. Sebagaimana di kemukakan oleh H.H Titus
(1979): Para filsuf Pragmatisme menyatakan bahwa pada masa lalu filsafat telah keliru dengan mengemukakan pikiran
tentang hal-hal terakhir ( ultimates ), absolute, esensi- esensi abadi
subtansi, prinsip –prinsip yang tetap, dan sistem –sistem yang komplek yang
bersifat metafisik.
Pragmatisme merupakan suatu filsafat
yang menggunakan konsekuensi –konsekuensi praktis sebagai standar untuk menunjukan
nilai dan kebenaran. Jika di telusuri lebih jauh pragmatisme di latar belakangi
atau di pengaruhi pikiran-pikiran relativisme dari filsuf yunani, seperti dari Heraclitus(536-470
SM) yang terkenal dengan credonya”panta rhei”(semuanya mengalir;segala sesuatu tak
ada yang menetap, melainkan berubah. selain di pengaruhi pula oleh
pikiran-pikiran Sophistic seperti dari Protagoras(480-410SM).Protagoras pun
menganut Relativisme baginya kebenaran bersifat relatif,manusia adalah ukuran
segala sesuatu (Dagobert .D Runnes,1981)
Robert N Beck ( pada tahun 1979 )
menyatakan bahwa pragmatisme berkembang dalam interaksinya dengan pengalaman
bangsa amerika, perkembangan sains pada abad ke-19, dan secara khusus di
pengaruhi oleh teori evolusi. Sejalan dengan perkembangan itu, pragmatisme
telah menjadi gerakan dalam bidang hukum, politik, pendidikan dan sebagainya.
1.
KONSEP FILSAFAT UMUM
a.
METAFISIKA
Hakikat
realitas. Pragmatisme di kenal pula dengan sebutan eksperimentalisme dan
instrumentalisme. Menurut penganut aliran ini hakikat realitas adalah segala
sesuatu yang di alami oleh manusia (pengalaman); bersifat plural(pluralistik)
dan terus menerus berubah. Mereka berargumentasi bahwa realitas adalah
sebagaimana di alami melalui pengalaman setiap individu(Callahan and
Clark,1983) hal ini sebagaimana di kemukakan William james bahwa:”dunia nyata
adalah dunia pengalaman manusia “ (S.E. Frost Jr.,1957). Sifat plural realiats
antara lain tersurat dalam pernyataan
John Dewey.”Dunia yang sekarang
ini adalah dunia pria dan wanita, sawah- sawah, pabrik-pabrik,
tumbuhan-tumbuhan, dan binatang
–binatang, kota yang hiruk pikuk, bangsa- bangsa yang sedang berjuang, dan
sebagainya adalah dunia pengalaman kita” (H.H Titus et all,1959). Mengingat
realitas ini terus berubah,maka realiatas tak pernah lengkap atau tak pernah
selesai. Sebab itu,tujuan akhir realitas
pun berada bersama perubahan tersebut.
Hakikat
manusia. Kerpribadian manusia tidak terpisah dari realitas pada umumnya, sebab
manusia adalah bagian dari padanya dan terus menerus bersamanya .beradanya
manusia di dunia, adalah suatu kreasi dari suatu proses yang bersifat evolusi
(S.E. Frost Jr.,1957).”manusia laki-laki dan perempuan adalah evolusi
biologis,psikologis,dan sosial (Edward J.Power,1982). Sejalan dengan perubahan
yang terus menerus terjadi tentunya akan muncul berbagai permasalahan dalam
kehidupan pribadi dan masyarakatnya.
Sebab iotu manusia yang ideal adalah manusia yang mampu memecahkan masalah baru
baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.
b.
EPISTEMOLOGI
hakiakat
pengetahuan filsuf pragm,atisme menolak
dualism antara subjek (manusia) yang mempersepsi dengan objek yang di persepsi
manusia adalah kedua-duanya dalam dunia yang di persepsinya dan dari dunia yang
dia persepsi.segala sesuatu dapat di ketahui melalui pengalaman,adapun
cara-cara memperoleh pengetahuan yang di andalkan adalah metode ilmiah,atau
metode sains sebagaimana di saran kan oleh John Dewey.pengalaman tentang fenomena menentukan pengetahuan
karena fenomena terus menerus berubar. Maka pengetahuan dan kebenaran tentang
fenomena itu pun mungkin berubah. Bagaimanapun,kebenaran pada hari ini harus
juga dipertimbangkan mungkin berubah esok hari ( Callahan and Clark, 1983).
Menurut
filsuf pragmatisme, suatu pengetahuan
hendaknya dapat diverifikasi dan di aplikasikan dalam kehidupan. Adapun
kriteria kebenarannya adalah workability, satisfaction, and result. Pengetahuan
dinyatakan benar apabila dipraktekan, memberikan hasil dan memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “pengetahuan bersifat
relative; pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat di aplikasikan. Sebab
itu pragmatism dikenal pula sebagai instrumentalisme” (Edward J.Power,1982).
c.
AKSIOLOGI
Hakikat
nilai. Nilai-nilai diturunkan dari kondisi manusia. Nilai tidak bersifat
ekslusif tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam
tindakan atau perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia (individual)
merupakan bagian dari masyarakat, baik atau tidak baik tindakan-tindakannya
dinilai berdasarkan hasil-hasilnya di dalam masyarakat. Jika akibat yang
terjadi berguna bagi dirinya dan masyarakatnya, maka tindakan tersebut adalah
baik. Nilai etika dan estetika tergantung pada keadaan relative dari situasai
yang terjadi. Nilai-nilai akhir (ultimate values) tidaklah ada, benar itu
selalu relative dan tergantung pada kondisi yang ada (conditional).
Pertimbangan-pertimbangan nilai adalah berguna jika bermakna untuk kehidupan
yang intelegen, yaitu hidup yang sukses, prodoktif, dan bahagia (Callahan and
Clark, 1983). Karena itu aliran ini dikenal sebagai Pragmatisme atau
eksperimentalisme.
B.
PERKEMBANGAN PRAGMATISME
Apa yang disebut dengan neo-pragmatisme juga berkembang di Amerika
Serikat dengan tokoh utamanya, Richard Rorty.
Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah bagaimana bahasa menentukan
pengetahuan. Karena bahasa hadir dalam bentuk jamak, demikianlah pengetahuan
pun tidak hanya satu dan tidak dapat dipandang universal, atau dengan kata
lain, tidak ada pola yang rasional terhadap pengetahuan. Budaya atau nilai-nilai
yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.
1.William James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 masehi,
anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi,
pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi.Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan
serta mengembangkannya.Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha
kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.3
Karya-karyanya antara lain, Tha
Principles of Psychology (1890), Thee Will to Believe (1897), The Varietes of
Religious Experience (1902) dan Pragmatisme (1907). Di dalam bukunya The
Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan
terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus
dan segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah,
karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada
adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa yang benar
dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh
poengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme
tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari
perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu.Pertimbangan itu benar jikalau
bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan
hidup. Di dalam bukunya, The Varietes
of Religious Experience atau keanekaragaman pengalaman keagamaan, James
mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan
perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri di dalam kesadaran
dengan cara yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita
menjumpai suatu relitas cosmis yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah
kemungkinan saja.Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara
mutlak.Bagi orang perorangan, kepercayaan terhadap suatu realitas cosmis yang
lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang relatif, sepanjang kepercayaan itu
memberikan kepercayaan penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan
dama keamanan dan kasih kepada sesama dan lain-lain.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan.Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang.Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey.Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktekkannya dalam pendidikan.Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang.Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey.Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
2.John Dewey (1859-1952 M)Sekalipun
Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran yang
menampakkan persamaan dengan gagasan James. Dewey adalah seorang yang pragmatis.Menurutnya,
filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau
mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan
manusiawi.
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
instrumentalisme.Pengalaman adalah salah
satu kunci dalam filsafat instrumentalisme.Oleh karena itu filsafat harus
berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian,
filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu
teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam
dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan
sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan
instrumentalisme.Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan
kemajuan nyata dalam waktu.Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat
hari esok dan tidak pada hari kemarin.Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia
dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh William
James.
C. HUBUNGAN
PRAGMATISME TERHADAP PENDIDIKAN
Tujuan
pendidikan.harus mengajarkan seeorang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat .sekolah harus bertujuan
mengembangkan pengalaman –pengalaman tersebut yang akan memungkinkan seseorang
ter arah kepada kehidupan yang baik. Tujuan- tuajuan tersebut meliputi:
1)
Kesehatan yang baik
2)
Keterampilan-keterampilan kejuruan atau
pekerjaan
3)
Minat-minat dan hobi-hobi untuk
kehidupan yang menyenangkan.
4)
Persiapan untuk menjadi orang tua.
Kemampuan
untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah social(mampu
memecahkan masalah- masalah social secara efektif.
Tujuan-tujuan
khusus pendidikan sebagai tambahan tujuan di atas , bahwa pendidikan harus
meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Pemerintah yang demokratis
memungkinkan setiap warga Negara tumbuh dan hidup melalui interaksi sosialyang
memberikan tempat bersama dengan warga Negara yang lainnya.pendidikn harus
membantu siswa menjadi warga Negara yang unggul dalam demokrasi atau menjadi
warga Negara yang demokratis(Callahan and Clark 1983).karena itu menurut
pragamatisme pendidikan hendaknya
bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi dan sosialnya(Edward J power,1982).
Kurikulum
pendidikan . menurut para filsuf pragmatisme,tradisi demokratis adalah tradisi
memperbaiki diri sendiri(a self – correcting tradition). implikasinya warisan-warisan social
budaya dari masa lalu tidak menjadi focus perhatian pendidikan.
Melainkan,pendidikan ter focus kepada kehidupan yang baik pada masa sekarang
dan masa yang akan datang. Standar
kebaikan social di uji secara terus menerus dan di verifikasi melalui
pengalaman- pengalaman yang berubah.pendidikan harus di laksan kan untuk
memelihara demokrasi.sebab hakikat demokrasi adalah dinamika dan perubahan
sebagai hasil rekonstruksi pengalaman yang terus menerus berlangsung.namun
demikian ,rekonstruksi ini tidak menuntut atau tidak meliputi perubahan secara
menyeluruh.hanya masalah – masalah social yang serius dalam masyarakat yang di
uji agar di peroleh solusi – solusi yang baru.
Dalam pandangan pragmatisme, kurikulum sekolah
seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan- keadaan masyarakat.dalam pendidikan materi
pembelajaran adalah alat untuk memecahkan masalah – masalah individual,dan
siswa secara perorangan di tingkatkan atau di konstruksi,dan secara bersamaan
masyarakat di kembangkan.karena itu masalah – masalah masyarakat demokratis
harus menjadi bentuk dasar kurikulum; dan makna pemecahan ulang maslah –
masalah lembaga demokrasi juga harus di muat dalam kurikulum karena itu
kurikulum harus menjadi :
a) Berbasis
pada masyarakat.
b) Cita
– cita demokratis.
c) Pemecahan
demokratis pada setiap tingkat pendidikan
d) Kelompok
batasan tujuan – tujuan umum masyarakat.
e) Bermakna
kreatif untuk pengembangan keterampilan – keterampilan baru.
Kurikulum
berpusat pada siswa (pupil/child centered ) dan perpusat pada aktifitas
(activity centered) selain itu perlu di catat bahwa kurikulum pendidikan
pragmatisme di organisasi secara interdiscipliner,dengan kata lain kurikulumnya
bersifat terpadu ,tidak merupakan mata pelajaran - mata pelajaran yang terpisah – pisah.
Sejalan
dengan uraian di atas,Edward j power
(1982) menyimpulkan bahwa kurikulum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman
- pengalaman yang teruji, yang sesuai dengan niat dan kebutuhan siswa.
Adapun kurikulim – kurikulum tersebut mungkin berubah.
Metode
pendidikan . sebagaimana di kemukakan Callahan and Clark (1983) menganut
eksperimentalisme atau pragmatisme mengutamakan penggunana metode
pemecahan - pemecahan masalah (problem
solving method)serta metode penyelidikan
dan penemuan. Dalam prakteknya metode ini membutuhkan guru yang memiliki
sifat sebagai berikut.
(1) Pemberi
kesempatan
(2) Bersahabat
(3) Seorang
pembimbing
(4) Berpandangan
terbuka
(5) Bersifat
antusias
(6) Kreatif
(7) Sadar
bermasyarakat
(8) Siap
siaga
(9) Sabar
(10)
Bekerja sama dan ikhlas atau bersungguh – sungguh
Peranan guru dan siswa dalam
pragmatisme,belajar selalu dipertimbangkan untuk menjadi seoraang individu.
Dalam
pembelajaran perana guru bukan ” menuangkan” pengetahuanya kepada siswa, sebab
ini merupakan upaya tak berbuah. Sewajarnya, setiap apa yang siswa pelajari
sesuai dengan kebutuhan –kebutuhan, minat minat, dan masalah-masalah
pribadinya. Dengan kata lainisipengtahuan tidak betujuan dalam dirinya sendiri,
melainkan bermakna untuk suatu tujuan. Dengan demi kian seorang siswa yang
menghadapi suatu permasalahan akan mungkin untuk merekonstruk si lingkunganya
untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya. Untuk merekontruksukan siswa guru
harus:
(a) Menyediakan
berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
(b) Membimbing
siswa untuk merumuskan batasan masalah secara sfesifik
(c) Membimbing
merencanakan tujuan tujuan individual dan kelompok dalam kelas untuk digunakan
dalam mememcahkan masalah.
(d) Membantu
para siswa dalam mengumpulkaninformasi berkenaan dengan masalah.
(e) Bersama-sama
kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari; bagaimana mereka mempelajarinya
;dan informasi baru apa yang setiap siswa temukan oleh dirinya (Callahan and
Clark 1983).
D. PENGERTIAN
SCHOLATISME
Filsafat
st.Thomas Aquinas adalah filsafat resmi Gereja katolik Roma.filsafat ini di
sebut juga Scholatisme. Scholatisme
bangkit Selama abad pertengahan
yang mencerminkan suatu sintesis
dari filsafat Aristoteles dan Doktrin Gereja abad pertengahan .Dalam pemikiran
sebagian scholastic, filsafat di beri peranan lebih rendah (subordinate)dari
teori. Hal ini tercermin dalam ungkapan “ I believe in order that I may know”(
saya percaya agar saya dapat mengetahui ). Ungkapan ini mencerminkan
karakteristik hubungan antara filsafat dan teologi.
a. METAFISIKA
Hakikat realitas.
Scholatisme menganut prinsip hylemorphe (hyle: materi, morphe: bentuk). Prinsip
ini menyatakan bahwa segala sesuatu kecuali Allah dan malaikat merupakan
kesatuan dari materi dan bentuk. Prinsip ini memungkinkan kita memahami
terjadinya perubahan.
Hakikat manusia.
Manusia merupakan kesatuan badan-jiwa. Karena hubungan antara badan dan jiwa
sebagai bentuk dan materi maka jiwa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Jiwa
tidak dapat binasa bersamaan dengan tubuh, jiwa tidak dapat mati. Manusia di
ciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia mencapai kebahagiaan yang sempurna
yang melalui dengan cara sesuai dengan petunjuk Tuhan.
b. EPISTEMOLOGI
Hakikat pengetahuan.
Manusia dapat memperoleh kebenaran benda-benda melalui rasio atau akal dengan
cara berpikir yang induktif. Manusia dapat memperoleh kebenaran melalui
akalnya, walaupun terbatas, karena tertutup oleh dosa.
c. AKSIOLOGI
Hakikat nialai. Untuk
menjadi baik atau berbuat baik, pertama-tama manusia harus mengetahuai kebaikan
dalam aturan-aturan. Meskipun setiap manusia memiliki kecenderungan berbuat
kebaikan mungkin saja mengarahkannya ke arah kejahatan. Manusia harus terbiasa
dan membangun perbuatan baik karena pada dasarnya kebaikan terakhir adalah Tuhan
dan Tuhan adalah tujuan akhir manusia. Maka dalam hal ini manusia harus
senantiasa berbuat kebaikan.
Schoolatisisme
merupakan aliran filsafat yang muncul dan berkembang pada abad pertengahan.
Filsafat ini disebut scholastic menurut Harun Hadiwijono ( 1992 ) sebutan
scholastic mengungkapkan bahwa pengetahuan abad pertengahan di usahakan oleh
sekolah – sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di
sekolah – sekolah itu. Semula scholastik timbul di biara – biara tertua di
Gallia selatan, tempat pengusiran ketika ada perpindahan bangsa – bangsa
Dari
uraian diatas maka kelompok kami memilih tema mengenai landasan filosofi
pragmatisme dan scholatisme .
E.
HUBUNGAN SCHOLATISME DENGAN PENDIDKAN
Tujuan pendidikan.
Pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan potensialitas manusia secara
penuh menurut doktrin-doktin scholastic.
Karena manusia adalah rational being/ animal rational, keseluruhan potensialnya
meliputi potensi intelektual, fisikal, volisional (kemauan), dan juga
vocasional. Konsekuensinya sekolah harus menyediakan kesempatan-kesempatan bagi
setiap siswa untuk mengembangkan akal / pikiranya dan memperkuat kemauanya.
Pendidikan adalah lengakap hanya jika tujuannya memuat eksistensi umat manusia
di masa depan dalam surga dan juga eksistensi lahiriah di muka bumi.
Kurikulum
pendidikan.isi pndidikan harus meliputi agama dan ilmu kemanusian (humanities).
Disiplin matematika, logika,bahasa, dan teorika juga di pandang penting.dalam
konteks ini isi pendidikannya meliputi pendidikan liberal yang mencakup
pengembangan mata pelajaran –mata pelajaran fundamentalyang berkenaan dengan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kemampuan –kemampuan
intelektual.adapun bagi orang-orang tertentu di berikan pula studi mata
pelajaran-mata pelajaran instrumental yang di butuhkan untuk hidup.isi
kurikulum bersumber dari buku-buku sumber ( the great book)dan doktrin-doktrin
yang di pandang memuat pengetahuan dan nilai-nilai yang universal dan abadi.
Metode
pendidikan .yang di utamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (disciplining
the mind);latihan formal( formal drill);persiapan jiwa dan catekhisme.
Peranan
guru dan siswa.guru harus menjadi teladan yang baik bagi para siswanya. Suru
mempunyai wewenang untuk mengatur kelas(pengelolaan kelas perpusat pada guru);dalam
hal ini struktur pembelajaran yang di rancang guru hendaknya di arahkan untuk membantu pengembangan
pengetahuan,keterampilan berpikir, dan untuk berbuat kebajikan.
Orientasi
pendidikan scholatisme adalah perennialisme (Callahan and Clark,1983).hal ini
dapat di pahami karena pendidikan scholatisme menekankan pengetahuan dan
nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolut, menetap atau abadi,
serta prinsipnya yang religious. Terdapat perennialisme yang secular,namun
mereka hanya merupakan minoritas dalam perennialisme .perennialisme mengganggap
tugas pendidikan adalah untuk memberi pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran
yang pasti, universal, abadi atau menetap tersebut di atas ayang terdapat
kebudayaan masa lampau yang di akui sebagai kebudayaan yang ideal.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pragmatisme adalah aliran filsafat
yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu.
Dasar
dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia
dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu
sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi
dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika
memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme
tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih
yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di
dalam sejarah.
Scholatisme menganut teori hyllemorphe dan
prinsip essentia-eksistentia. Terdapat realitas fana dan realitas abadi di
akhirat. Sejalan dengan konsep di atas, manusia adalah ciptaan Tuhan, manusia
adalah kesatuan badan-jiwa. Manusia di akui sebagai makhluk alamiah, berfikir,
beramasyarakat, dan sebagai makhluk spiritual. Pengetahuan dapat di peroleh
manusia melalui keimanan, rasio melalui berpikir, dan intuisi. Bagi penganut
scholatisme kebenaran dan nilai-nilai bersifat pasti, universal, menetap atau
abadi.
Pendidkan bertujuan untuk mengembangkan potensi
manusia secara penuh, meliputi potensi intelektual, fisikal, vokasional agar
manusia mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Isi
kurikulumnya meliputi agama dan humanities. Matematika, retorika, logika, dan
bahasa juga di pandang penting. Kurikulumnya meliputi pendidikan liberal yang
mencakup mata pelajaran-mata pelajaran fundamental berkenaan dengan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan intelektual. Metode pendidkan yang di
utamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (disciplining the mind), latihan
formal (formal drill), persiapan jiwa dan cathekisme. Dalam pendidikan guru
harus menjadi teladan bagi para siswanya. Guru mempunyai wewenang untuk
pengembangkan pengetahuan, keterampilan berpikir, dan agar siswa mampu berbuat
kebajikan. Orientasi pendidkan scholatisme adalah Parennialisme.
B.
SARAN
Mari kita terapkan teori pragmatisme karena dalam
proses belajar mengajar di era globalisasi ini metode pragmatisme dapat
diterapkan sebab seiring perkembangan zaman dimana teknologi dapat menjadi
salah satu media bagi siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuannya tanpa
berpusat kepada pendidik. Dan metode pragmatisme
sangat cocok dengan kurikulum sekarang dimana siswa dapat mengembangkan pikiran
mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Nur’aini, Hj.Dra, M.Pd, Syaripudin, Tatang,Dra. M.Pd. 2009.
LANDASAN PENDIDIKAN. 2009. UPI PRESS.
Bandung
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan.
UNY Press. Yogyakarta UU Sikdiknas. 2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Website:
Ranty Pebriantika (2012). Makalah
Landasan Pendidikan. From http://rantypebriantika.blogspot.com/2012/11/konsep-landasann
pendidikan_5470.html= 25, November 2012
Lhani(2008).
Landasan Pendidikan. From http://meilanikasim.wordpress.com/2008/12/01/makalah-landasan-pendidikan/=1,Desember
2008
Pidarta,
Dr. Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakart
http://
Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan _ peutuah.com
Meilanie,Sri Martini.2009.Pengantar
Ilmu Pendidikan.Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
http:// landasan
filosofis pendidikan - upi.pdf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar