BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Biologi
adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari proses kehidupan dari makhluk
hidup, termasuk manusia. Berkenaan dengan upaya pendidikan, unsur biologi ini
sangat dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan dan
karakteristik biologi, karakteristik fisiologis serta perkembangan otak anak. Alasan
ini bukan semata-mata karena pertumbuhan biologis merupakan proses perkembangan
individu yang paling tampak, melainkan karena aspek ini sangat terkait erat
dengan perkembangan aspek perilaku dan segi-segi mental lainnya. Selain itu
unsur biologis ini juga dapat menjelaskan bagaimana perkembangan motorik dan
bagaimana pengaruh faktor bawaan (heridity)
serta faktor lingkungan (environment)
dalam perkembangan anak.
Keragaman
budaya jugadapat melatarbelakangi masing-masing anak didik dan menuntut guru
agar memiliki wawasan yang luas terhadap keadaan sosial budaya yang ada pada
lingkungan dimana guru itu mengajar. Ini berarti bahwa perkembangan itu
berlangsung secara integrasi dalam segenap aspek yang ada dalam diri individu
(manusia). Dengan kata lain, setiap aspek perkembangan itu tidak berkembang
secara sendiri-sendiri dengan tidak ada kaitan satu sama lain.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan landasan biologi pendidikan?
2. Apa
sajakah karakteristik biologi manusia?
3. Bagaimana
perkembangan biologis anak?
4. Bagaimana
implikasi landasan biologi bagi pendidikan?
5. Bagaimana
karakteristik fisiologi manusia?
6. Bagaimana
implikasi fisiologi dalam pendidikan?
7. Apa
yang dimaksud dengan sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya
pendidikan?
8. Apa
saja macam-macam landasan sosial budaya?
9. Apakah
peranan sekolah sebagai pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara kebudayaan?
C.
Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
arti dari landasan biologi pendidikan
2. Mengetahui
karakteristik biologi manusia
3. Mengetahui
perkembangan biologis anak
4. Mengetahui
implikasi landasan biologi bagi pendidikan
5. Mengetahui
karakteristik fisiologi manusia
6. Mengetahui
implikasi fisiologi pendidikan
7. Mengetahui
pengertian sosiologi dan kebudayaan landasan sosial budaya pendidikan
8. Mengetahui
macam-macam landasan sosial budaya
9. Mengetahui
peranan sekolah sebagai pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara kebudayaan
D.
Sistematika
Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika
BAB
II Pembahasan
A. Pengertian
landasan biologi pendidikan
B. Karakteristik
biologi manusia
C. Perkembangan
biologis anak
D. Implikasi
landasan biologi bagi pendidikan
E.
Karakteristik fisiologi
manusia
F.
Implikasi fisiologi
dalam pendidikan
G. Pengertian
sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya pendidikan
H. Macam-macam
landasan sosial budaya
I.
Peranan sekolah sebagai
pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara kebudayaan
BAB
II Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Landasan Biologi Pendidikan
Biologi adalah ilmu
yang mempelajari makhluk hidup serta proses kehidupan. Adapun makhluk hidup
yang dimaksud ialah manusia, hewan dan tumbuhan.
Landasan biologi
pendidikan adalah suatu titik acuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan
biologis dan karakteristik biologis peserta didik dalam hal pendidikan.
B.
Karakteristik
Biologi Manusia tentang Masalah Otak dan Fungsinya
1. Karakteristik
Biologi Manusia
Ditinjau dari faktor biologi, manusia
dan hewan tertentu memiliki persamaan karakteristik. Namun demikian walau ada
persamaan karakteristik dari segi biologi, tetapi manusia memiliki potensi
superior yang membedakannya dengan makhluk lain. Potensi superior tersebut
adalah kemampuan mental, kecerdasan, akal budi atau daya pikir yang paling
sempurna yang kesemuanya berada dalam otak.
Dalam
beberapa hal manusia dengan hewan mamalia lain memiliki perbedaan. Tetapi hewan
mamalia secara umum memiliki persamaan. Persamaan tersebut terutama dalam
bentuk organ dan sistem pada tubuh secara anatomis antara manusia dengan hewan
primata. Dobzhansky mengatakan bahwa diantara hewan yang paling dekat dengan
manusia adalah simpanse hewan yang paling cerdas. Simpanse hewan yang paling
superior dibandingkan dengan hewan primata lainnya, dalam kemampuan mengingat,
berkemauan dan belajar. Namun demikian ada pemisah yang sangat jauh berbeda
mengenai kapasitas intelektual (intellectual
capacity) antara simpanse dengan manusia. Respon-respon simbolik dapat
dipelajari oleh simpanse dengan sejumlah kesulitan yang dihadapi, sehingga
tidak akan mampu melampaui batas kapasitasnya. Beberapa karakteristik biologis
lain diantaranya yakni :
(1) Asumsi
biologi : manusia adalah hewan, namun bukan semata-mata hewan dan bukan
semata-mata manusia.
(2) Masalah
biologi mendasari masalah pendidikan. Pendidikan ialah persiapan untuk
kehidupan yang sempurna.
(3) Tiga
arti biologi bagi pendidikan menurut Horne:
(a) Bertambahnya
ukuran otak. Makin tinggi skala derajat mamalia, makin besar ratio otaknya
dibandingkan dengan ukuran badannya.
(b) Panjang
periode anak manusia dibandingkan dengan anak hewan yang lebih rendah.
(c) Otak
sebagai alat berpikir.
(4) Bertambahnya
rasio otak/badan pada manusia.
Manusia secara absolut mempunyai otak
paling besar dari semua makhluk. Bertambahnya ukuran otak dapat berarti
peralihan hidup dari dasar insting ke dasar rasional. Manusia mempunyai
kapasitas insting lebih besar daripada hewan yang lebih rendah.
(5) Kelebihan
edukabilitas atas insting.
Pendidikan ialah pertimbangan individu
yang ditambahkan pada pengalaman ras pada masa lampau dalam menentukan
perbuatan.
(6) Basis
mental dalam seleksi alam
Pendidikan menurut versi biologi ialah
kondisi dasar untuk memperoleh perkembangan optimal dan penyesuaian terbaik
terhadap lingkungan.
(7) Menurut
Adam Sedgewick:
Secara biologis pendidikan ialah
pembentukan kebiasaan. Pendidikan tidak lebih daripada respon organisme yang
matang terhadap stimulus dari luar.
(8) Alam
dan buatan.
Alam adalah segala kekuatan hidup.
Pendidikan adalah sejenis alam tertinggi dan terakhir. Jadi, pendidikan adalah
penyesuaian superioritas manusia yang sadar terhadap lingkungannya.
(9) Periode
panjang anak manusia.
Periode anak manusia terpanjang
dibandingkan anak makhluk lain. Selama periode itu anak tergantung hidupnya
pada bantuan orang tua. Menurut Nicholas M. Butler bahwa periode anak bagi
pendidikan sebagai periode penyesuaian fisik (berjalan, makan) dan penyesuaian
mental/spiritual.
(10) Otak
sebagai alat jiwa
Empat
bukti ilmiah tentang otak dengan jiwa:
(a) Pathologi
menunjukan hasil otopsi bahwa penyakit mental yang berbeda berhubungan dengan
luka pada tempat yang berbeda dalam otak.
(b) Anatomi
menunjukan bahwa syaraf-syaraf dari berbagai organ tubuh bertemu dalam otak.
(c) Pembedahan
makhluk hidup menunjukan bahwa hilangnya bagian-bagian tertentu dari otak
menghasilkan perubahan pada tingkah laku.
(d)Efek
stimulus dan narkotik mempengaruhi kesadaran.
(11) Yang
dapat dilakukan pendidikan untuk otak.
Pendidikan dapat mengembangkan dan
memperkuat sistem syaraf yang tidur dan melalui pembiasaan dapat membuat otak
siap untuk pemikiran dan perbuatan baru.
(12) Keturunan
orang-orang yang berpendidikan.
Menurut donald Son: Keturunan
orang-orang terdidik seharusnya mempunyai sistem syaraf yang dimodifikasi lebih
kuat, lebih responsif dan lebih akurat, sehingga lebih mampu beradaptasi.
(13) Otomatisasi
bukan tujuan akhir pendidikan.
Karena otomatis bekerja dalam dunia
statis, sedangkan dunia manusia tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini kesadaran
diperlukan sebagai motor penggerak, sebagai pembebas dan penyesuai terhadap
situasi baru.
Dari sudut kesadaran berfungsi
meneruskan (mengulang-ngulang) perbuatan yang menyenangkan dan menghasilkan
(menghindari)perbuatan yang menyakitkan.
C. Perkembangan Biologis
dan Perseptual Anak
a.
Perkembangan Biologis
1.
Faktor Hereditas dalam
Perkembangan Anak
Faktor
hereditas merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kondisi biologis anak
berdasarkan pewarisan genetik dari orang tua
2.
Faktor Lingkungan dalam
Perkembangan Anak
Faktor
lingkungan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kondisi biologis dan
perkembangan anak yang berdasarkan pengalaman interaksinya dengan dunia luar
atau lingkungan.
b.
Perkembangan Fisik dan Perseptual
Anak SD
1.
Perkembangan Fisik
Anak
sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia sekitar 6-12
tahun. Dala psikologi perkembangan rentang usia tersebut lazimnya disebut
sebagai masa anak (middle and late childhood), yakni suatu fase antara masa
kanak-kanak (early childhood) dan masa remaja (adoles cence). Sebutan lain yang
sering dialamatkan kepada kelompok anak usia ini adalah masa usia sekolah.
Sebutan ini mungkin diberikan karena anak pada usia ini memasuki dunia
pendidikan formal, yakni sekolah.
Dalam
hal aktivitas anak, termasuk belajar dan aktivitas mental lainnya akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Kondisi fisik juga dapat memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.
Perkembangan
fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek tinggi dan berat badan, proporsi tubuh
dan dampak-dampak psikologis yang dapat ditimbulkannya, serta perbandingan
otot-lemak. Masalah kesehatan gizi, olahraga, dan suasana emosional dalam
perkembangan fisik anak
a.
Tinggi dan Berat Badan
Bila
dibanding dengan pada masa usia dini dan masa remaja pertumbuhan fisik anak SD
cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti ini
berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada masa awal
pubertas.
Karena
adanya penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem otot, dan
organ-organ tubuh lainnya, tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus
bertambah. Di Indonesia, belum ada standar baku tentang ukuran kenaikan berat
dan tinggi badan anak usia SD, namun penambahan itu diperkirakan berkisar
antara 2,5 – 3,5 kg dan 5-7 cm pertahun.
Kaki
anak lazimnya menjadi lebih panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan
kekuatan otot anak secara bertahap terus meningkat disaat semakin menurunnya
kadar “lemak bayi”. Selama usia SD ini kekuatan fisik anak lazimnya meningkat
dua kali lipat. Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat membantu
pertumbuhan otot ini. Dengan demikian, disamping faktor kematangan, unsur
latihan juga sangat membantu proses peningkatan dalam kekuatan otot.
b.
Proporsi dan Bentuk
Tubuh
Anak
SD kelas-kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang.
Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai sampai terlihat
perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD,
lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan.
Ketidakseimbangan
tubuh anak dapat diamati pada bagian kepala, badan, dan kaki. Kepala masih
terlalu besar bila dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Akan tetapi beberapa
perbandingan pada bagian wajah yang kurang seimbang mulai menghilang dengan
bertambah besarnya mulut dan rahang, semakin melebar dan meratanya dahi,
semakin mengecilnya bibir, serta menjadi lebih besar dan berbentuknya hidung.
Badan
memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada sedikit
melebar, perut tidak buncit dan lebih langsing serta lengan dan tungkai
memanjang namun kelihatannya kurus dan belum berbentuk karena otot-otot belum
berkembang. Tangan dan kaki juga secara bertahap tumbuh semakin besar, Walaupun
hal itu terjadi dalam tempo yang agak lambat. Akhirnya, sedikit demi sedikit
anggota badan anak menjadi semakin kekar dan berisi, terutama pada saat
menjelang pubertas.
Jaringan
lemak anak SD berkembang lebih cepat daripada jaringan ototnya. Jaringan otot
baru berkembangagak cepat pada awal pubertas. Jaringan otot baru berkembang
agak cepat pada awal pubertas. Besarnya jaringan otot lemak anak SD akan
mengikuti tipe bentuk tubuhnya.
Kemungkinan
tiga bentuk primer tubuh menurut tipologi Sheldon adalah :
(a)
Endomorph,
yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar. Anak yang
endomorph, lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot.
(b)
Mesomorph,
yang kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar. Anak yang bertipe mesomorph
lemaknya jauh lebih sedikit daripada jaringan otot.
(c)
Ectomorph,
yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot. Anak yang bertipe ini tidak terdapat jaringan
yang melebihi jaringan lainnya sehingga tampak kurus.
Kondisi proporsi dan
bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis tertentu kepada anak.
Kondisi proporsi tubuh yang kurang seimbang dan/atau bentuk tubuh yang
berkelainan dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif, yakni berupa kekurangpuasan
atau bahkan penolakan terhadap dirinya sendiri (self rejection). Hal demikian tentunya akan dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak khususnya dalam pebentukan kesan tentang tubuh
(body image) dan konsep dirinya (self
concept).
c.
Otak
Pertumbuhan
otak dan sistem syaraf merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan
individu. Dalam otak terdapat pusat-pusat syaraf yang mengendalikan perilaku
individu. Bukan hanya pusat-pusat syaraf yang berhubungan dengan perilaku
kognisi, melainkan pusat kesadaran emosi pun, menurut Goleman juga terdapat
dalam otak (bagian tengah), yaitu pada sistem limbik dengan pusatnya yang disebut amigdala.
Bila
dibanding dengan pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya, pertumbuhan otak dan
kepala ini jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen (1992), sebagian besar
pertumbuhan otak itu terjadi pada masa usia dini. Pada masa usia tiga tahun
saja, pertumbuhan otak anak sudah mencapai dua pertiga dari ukuran otak orang
dewasa. Dan menjelang umur lima tahun, di saat tubuh baru mencapai sepertiga
dari ukuran tubuh orang dewasa, ukuran otak anak sudah mencapai kurang lebih
90% dari ukuran otak orang dewasa. Beberapa penambahan ukuran otak terjadi
karena adanya penambahan jumlah dan ukuran dari ujung-ujung syaraf yang
terdapat dalam dan diantara wilayah otak, disamping karena adanya peningkatan dalam melinasi (suatu proses
tersekatnya sel-sel syaraf oleh lapisan sel lemak sehingga meningkatkan
kecepatan jalur informasi melalui sistem syaraf).
Kematangan
otak yang dikombinasi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kognisi anak. Dalam hal ini, bukan sekedar kebutuhan nutrisi yang
perlu dipenuhi, melainkan juga diperlukan rangsangan-rangsangan yang membuat
otak anak berfungsi.
Menurut
penelitian Sperry at al (Witdarmono, 1996) konstruksi jaringan otak itu hanya
akan hidup bila diprogram melaluirangsangan. Tanpa rangsangan atau digunakan,
otak manusia tidak akan berkembang. Karena pertumbuhan otak memiliki
keterbatasan waktu, maka rangsangan otak di usia dini menjadi sangat penting.
Penundaan yang terjadi kan membuat otak itu tertutup sehingga tidak dapat
menerima program-program baru.
d.
Keterampilan Motorik
Selama
masa anak, kemampuan gerak motorik menjadi jauh lebih halus dan lebih
terkoordinasi dari masa sebelumnya. Pada berusia sekitar 10-11 tahun, anak-anak
lazimnya sudah mampu melakukan berbagai jenis kegiatan olah raga seperti: lari,
mendaki, lompat, bernang, dan mengendarai sepeda. Dalam
keterampilan-keterampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas otot besar
ini, anak laki-laki lazimnya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada
anak-anak perempuan. Hal demikian terjadi karena jumlah sel-sel otot anak
laki-laki lebih banyak daripada sel-sel otot anak-anak perempuan.
Bagi
anak, penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dapat merupakan sumber
kesenangan dan prestasi. Anak menjadi senang karena dengan menguasai berbagai
keterampilan fisik ia dapat bermain dan melakukan berbagai aktivitas yang
diinginkannya. Begitu pula, unsur pengalaman dalam melakukan berbagai aktivitas
tersebut membuat anak menjadi semakin mahir dan terampil serta menjadi semakin
kaya dan bevariasi dengan keterampilan-keterampilan baru.
Anak-anak
usia SD juga sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya sehingga dapat duduk dan
memperhatikan sesuatu secara lebih lama. Namun perlu diingat bahwa mereka masih
jauh dari memiliki kematangan fisik dan mereka masih tetap perlu aktif.
Anak-anak SD akan lebih tersiksa kalau harus duduk dan memperhatikan guru
dengan lama daripada berlari, meloncat, atau bermain sepeda. Artinya, anak-anak
usia SD masih lebih senang melakukan berbagai aktivitas fisik daripada berdiam
diri.
Bagi
anak, aktivitas fisik sangat esensial untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan fisik mereka. Mereka perlu mendapat kesempatan yang
cukup untuk melakukan berbagai aktivitas sehingga dapat menggerakan semua
bagian anggota tubuhnya. Karena itu, suatu prinsip praktek pendidikan yang
penting bagi anak usia SD adalah bahwa mereka harus terlibat dalam kegiatan
aktif daripada pasif.
Meningkatkan
proses melunasi selama masih masa
anak terefleksi dalam keterampilan-keterampilan motor halus. Anak dapat
menggunakan tangan mereka secara lebih lihai. Anak usia 6 tahun dapat melakukan
pekerjaan-pekerjaan seperti melekatkan benda, memasang tali sepatu, dan
mengancingi baju. Menjelang usia 7 tahun, tangan anak menjadi lebih kuat. Pada usia
ini, anak dapat menggambar secara lebih kecil dan rapih. Antara usia 8-10
tahun, tangan anak dapat digunakan secara bebas dengan lebih mudah dan tepat.
Ukuran huruf yang ditulis anak menjadi lebih kevil dan lebih sempurna. Pada
usia 10-12 tahun, anak mulai menunjukan keterampilan manipulatif yang hampir
sempurna dengan keterampilan orang dewasa. Pada usia dini, anak dapat menguasai
gerakan-gerakan kompleks, berbelit-belit dan cepat yang diperlukan untuk
menghasilkan kualitas karya yang baik atau untuk memainkan perangkat instrumen
musik sulit. Dalam hal keterampilan motorik halus ini kemampuan anak perempuan
bisaanya lebih baik daripada kemampuan anak laki-laki.
D.
Implikasinya
Biologi bagi Pendidikan
. 1. Implikasi bagi Penyelenggaraan
Pembelajaran
Dalam hal ini
diperlukan suatu cara pembelajaran yang hidup, dalam arti yang memberikan
banyak kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik dan
aspek-aspek perseptualnya. Dengan kata lain, diperlukan suatu cara pembelajaran
yang bersifat langsung. Cara pembelajaran seperti ini akan memberikan dampak positif yang banyak
berkembangnya aspek kognisi dan kreativitas, fisik perseptual, dan sosial.
Cara
pembelajaran yang diharapkan adalah memiliki karakteristik :
1) Programnya
disusun secara fleksibel dn tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual
anak
2) Dilakukan
secara variatif melalui banyak aktivitas seperti eksperimen, praktek, observasi
langsung, permainan, dan sejenisnya.
3) Melibatkan
penggunaan berbagai media dan sumber belajar
2. Implikasi
bagi Pemeliharaan Kesehatan dan Nutrisi Anak
Kesehatan merupakan salah satu faktor
utama yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik anak. Penanaman
kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD merupakan salah satu hal yang
perlu dipahami dan diterapkan sejak dini. Kebiasan berperilaku sehat hendaknya
dilakukan secara menyeluruh mulai drai kebersihan pakaian dan tubuh, kebersihan
makanan, pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta mendisiplinkan diri
untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Hal lain yang perlu di perhatikan dalam
program pendidikan kesehatan bagi anak SD adalah unsur keteladanan dari pihak
pendidik. Unsur keteladanan ini merupakan suatu upaya pengkondisian anak kearah
berperilaku sehat.
Dipihak
lain, makanan yang mengandung gizi secara seimbang juga merupakan aspek yang
penting dalam perkembangan anak.
Kebutuhan kalori yang memadai perlu diperhatikan untuk menjaga
keseimbangan perkembangan fisik anak kebutuhan kalori ini akan sejalan dengan perkembangan fisik dan
usia anak.
Upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mewujudkan pemeliharaan kesehatan
dan pemenuhan gizi anak yaitu :
1)
Melakukan pemeriksaan
kesehatan anak secara rutin, dapat melakukan kerjasama dengan pihak Depkes.
2)
Menciptakan lingkungan
sekolah yang sehat melalui penerapan aturan dan disiplin yang jelas, tegas, dan
bijaksana disertai dengan unsur keteladanan dari pihak staf sekolah, khususnya
guru.
3)
Melakukan pembinaan
tentang kesehatan terhadap pra pedagang makanan yang ada disekitar sekolah.
4)
Menjalin kerja sama
dengan pihak orangtua untuk sama-sama mebudayakan berperilaku sehat.
E.
Karakteristik
Fisiologi Manusia tentang Masalah Fisiologi dan Fungsinya
Fisiologi (physiologi) adalah cabang
biologi yang mempelajari fungsi-fungsi dari bagian-bagian, jaringan-jaringan
dan sel-sel tubuh makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki bagian-bagian
atau unsur-unsur yang membentuk suatu sistem yang terorganisir dalam struktur
dan terkoordinir dalam fungsi.
a. Masalah
Fisiologi dan Fungsinya
Menurut Otto dan Towle (1977:525) bahwa
organ-organ tubuh bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu pekerjaan khusus
yang membantu suatu sistem. Bahkan fungsi tubuh yang paling sederhana
sekalipun, melibatkan lebih dari satu sistem. Saat kita berjalan misalnya, kita
menggunakan tulang, syaraf, otot dan pembuluh darah.
Kita dapat mengamati, setiap anak
terlebih dahulu belajar berjalan sebelum ia pandai melompat, menggunakan
kalimat satu atau dua kata sebelum ia lancar bicara, mencorat-coret sebelum ia
mampu menulis, menumbuhkan kepercayaan sebelum mewujudkan kemandirian, dan
seterusnya. Proses perkembangan yang dilalui anak tidak terjadi dengan
sendirinya secara otomatis, dan fungsi-fungsi fisiologis yang dimilikinya tidak
bekerja secara otomatis pula. Dari kondisi ketidakmampuan menuju kepada kondisi
kebermampuan memerlukan usaha-usaha bertahap dari individu anak dan bantuan
dari orang dewasa.
Fisiologi mempermasalahkan tentang jasmani
sebagai bagian integral individu harus di didik. Jasmani adalah dasar semua
kehidupan, termasuk dunia mental. Maka pendidikan jasmani adalah dasar
pendidikan.
F.
Implikasi
Fisiologi dalam Pendidikan
(1) Tempat
jasmani dalam pendidikan
Fisiologi mempermasalahkan tentang
jasmani sebagai bagian integral individu harus di didik. Jasmani adalah dasar
semua kehidupan, termasuk dunia mental. Maka pendidikan jasmani adalah dasar
pendidikan.
(2) Fisiologi
pembiasaan
Untuk memperoleh reaksi terbaik dan
tempat terhadap rangsangan, diperlukan latihan pembiasaan terhadap sistem
syaraf manusia.
(3) Batas
kapasitas otak
Guru harus membatasi
tuntutan-tuntutannya sesuai dengan kapasitas otak yang ada pada diri anak.
(4) Latihan
manual
Kesempatan untuk ekspresi diri dalam
bentuk material (kayu, tanah liat) adalah bentuk khusus dari latihan indra dan
gerak yang mendasari kebudayaan mental.
(5) Bermain
Ekspresi fisik spontan adalah bermain
yang semata-mata untuk kepuasan bermain sendiri.
(6) Gimnastik
Gimnastik adalah latihan fisik yang
diarahkan secara sadar.
(7) Atletik
Bermain secara individu atau kelompok,
untuk kemenangan kelompok.
G.
Pengertian
sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya pendidikan
1. Pengertian sosiologi dan kebudayaan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aktifitas sosial
manusia.
Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa
manusia, berupa
kepercayaan, norma-norma, nilai-nilai, perilaku dan objek-objek
material
yang dimiliki dan dipelajari oleh sekelompok orang atau
masyarakat.
Landasan
sosial budaya, mengacu pada hubungan antar individu, antar
masyarakat dan
individu secara alami, artinya aspek yang telah ada sejak
peranan aspek
sosial budaya pada pendidikan.
Sebagai
makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara
berkelompok membentuk budaya. Karena aspek sosial telah melekat pada diri
individu, maka perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas
pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam
membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu
diperhatikan dalam proses pendidikan
Para
sosiolog membedakan kebudayaan menjadi dua bentuk, yaitu :
a.
Kebudayaan non
materi yaitu ciptaan manusia yang tidak
dapat dilihat
b.
Kebudayaan materi yaitu
hasil karya manusia yang dapat dilihat
Kebudayaan
digolongkan kedalam :
1) Unsur
universal
Yaitu kebudayaan yang berlaku umum bagi
setiap manusia
2) Unsur
yang bersifat khusus
Yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam
unsur universal, misalnya bahasa,
kesenian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatam dan
teknologi, dan sebagainya.
Perilaku hubungan antar manusia (sosial,
masyarakat) dan kebudayaan diistilahkan sebagai sosial budaya. Pendidikan dalam
hal ini merupakan salah satu kebudayaan manusia.
Landasan sosial budaya
pendidikan mencakup kekuatan sosial masyarakat yangselalu berkembang dan
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kekuatan tersebutdapat berupa
kekuatan nyata dan potensial yang berpengaruh dalam perkembanganpendidikan dan
sosial budaya seiring dengan dinamika masyarakat. Sehingga kondisisosial budaya
diasumsikan mempengaruhi terhadap program pendidikan yang tercermindalam
kurikulum.
Kajian mengenai dasar sosial danbudaya
dari pendidikan bertujuan untuk membekali guru dengan pengetahuan yangmendalam
tentang masyarakat dan kebudayaan di mana mereka hidup dan untuk membantu
calon guru untuk mengetahui bahwa pengertian mengenai masyarakat dankebudayaan
sangat penting artinya guna memahami tentang masalah pendidikan.
Fungsi Sosial Budaya terhadap
Pendidikan :
1. Mewujudkan masyarakat
yang cerdas. Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan
harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif
dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan
antara bengsa.
2. Transmisibudaya. Sekolah
berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan
tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada
tingkat pendidikan tinggi.
3. PengendalianSosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan Iman dan
Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan
Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.
H.
Keragaman
Budaya dalam Pendidikan
Keragaman
budaya yang melatarbelakangi masing-masing anak didik menuntut guru agar
memiliki wawasan yang luas terhadap keadaan sosial budaya yang ada pada
lingkungan dimana guru mengajar. Pengetahuan
guru tentang keragaman budaya yang dimiliki anak didik, akan sangat
membantu untuk keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Keragaman budaya akan
berpengaruh terhadap pola-pola sikap dan perilaku setiap individu.
Adat
istiadat, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dimasyarakat satu
dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru sebagai motor dalam penyelenggaraan
pendidikan ini sangat dituntut memiliki wawasan tentang hal ini, sehingga guru
akan dapat betindak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Selain
sebagai pendidik, guru juga mempunyai tugas untuk turut serta mengembangkan
kebudayaan menuju kearah kemajuan adab,
budaya, dan persatuan , dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri.,
serta mempeetinggi derajat bangsa Indonesia.
Guru
juga harus mampu memahami siswa sebagai individu yang memiliki ciri yang unik,
memperhitungkan peranan lingkungan baik fisik maupun sosial yang dapat
mempengaruhi proses belajar anak, serta berusaha memahami dan menganalisis
peerkembangan hubungan sosial para siswa.
I.
Hubungan
Timbal Balik Sekolah dengan Masyarakat
Keterikatan
hubungan timbal balik ini tampaknya menjadi suatu ketentuan yang sangat
berpengaruh terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sekolah
dan dalam kehidupan masyarakat.
S.Z
.Arbi dan S.Syahrun (1991:75) menjelaskan pengaruh hunungan timbal balik
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi antar sekolah dengan masyarakat,
antara lain :
a. perubahan
lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, dan bidang-bidang lain akan menentukan
atau membawa perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
b. Perubahan
konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau mengubah konsepsi
manusia tentang pendidikan.
c. Perubahan
konsepsi tentang pendidikan akan mengubah konsepsi manusia tentang tujuan
pendidikan.
d. Perubahan
konsepi tentang tujuan pendidikan akan mengubah konsepsi manusia tentang jenis
dan jenjang pendidikan, materi, dan metoda mengajar.
e. Perubahan
konsepi tentang tujuan pendidikan merupakan akibat yang disebabkan oleh suatu
usaha penyesuain terhadap perubahan lingkungan dan tujuan hidup manusia.
J.
Perubahan
sosial budaya dan implikasinya dalam pendidikan
Tiga
faktor utama penyebab dari perubahan-perubahan itu adalah :
a. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Kependudukan
c. Lingkungan
hidup
Dengan
bertumpuknya informasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan banyak mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan
disekolah menjadi kadaluarsa.
Guru
harus memahami bidang-bidang ilmu baru seperti teknologi umum, ilmu informasi,
dan ilmu tentang lingkungan. Guru juga harus berusaha mempelajari dan
mengaplikasikan bentuk-bentuk pengajaran baru yang berdasarkan inter dan antar
disiplin (metode pembelajaran terpadu). Guru dituntut untuk akrab dengan
siaran-siaran media yang aktual sehingga mapu untuk menbicarakannnya dengan
murid. Dan guru juga dapat meunjukkan kepada murid bagaimana menyeleksi
informasi dan dokumen yang perlu dibaca serta mempergunakannya dalam proses
pembelajaran maupun dalam kehidupan sosial.
K.
Peranan
Sekolah sebagai Pewarisan dan Pemeliharaan Kebudayaan
1. Peranan
sebagai Pewaris
Guru disekolah menyajikan kepada
murid-muridnya gambaran tentang apa yang dicita-citakan oleh masyarakat.
Murid-murid didorong, dibimbing, dan diarahkan untuk mengikuti pola-pola
perilaku orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu, drama, tari, musik ,
nyanyian dan sebagainya yang semuanya ini merupakan wujud nyata dari kebudayaan
masyarakat yang berlaku.
Guru-guru disekolah harus dapat berperan
sebagai model kebudayaan yang dapat ditiru oleh murid-muridnya. Dengan cara
seperti ini murid dapat memahami dan mengadopsi nilai-nila budaya
masyarakatnya. Guru juga harus mampu mengajarkan nilai-nilai yang dianut atau
diyakini oleh masyarakat tempat sekolah itu berada. Pendidikan mengenai
kedisiplinan, rasa hormat, dan patuh pada pemimpin, kemampuan untuk bekerja
keras, kehidupan bernegara, menghormati nilai-nilai perjuangan bangsa, rasa
keadilan dan persamaan, peraturan perundangan, dan sebagainya perlu diajarkan
pada murid.
2. Peranan
sebagai Pemelihara
Melalui
pendidikan moral disekolah, sifat-sifat yang tidak mendukung seperti
egoisme perlu secara berangsur-angsur
dikurangi, sehingga nilai-nilai moral yang diharapkan oleh masyarakat tetap
terperlihara dengan baik.
Sebagai
anggota masyarakat, murid dituntut untuk komit, memberi dukungan dan berusaha
untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Dengan demikian, sekolah
haruslah dapat berfungsi sebagai lembaga yang mempertahankan dan menjaga atau
memelihara nilai-nilai budaya.
Sekolah
dalam tugasnya sehari-hari haruslah selalu memantau perkembangan perilaku
murid-muridnya agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan perilaku yang
destruktif. Sekolah harus dilengkapi dengan petugas-petugas non guru seperti
konselor yang sewaktu-waktu dapat membimbing dan memotivasikan murid agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar atau menyimpang dari
nilai-nilai yang dipandang baik. Sementara di SD belum akan ditempatkan tenaga
kependidikan non guru seperti konselor tersebut, maka para gurulah yang
sekaligus berperan sebagai konselor tersebut.
Sekolah
juga harus melestarikan nilai-nilai budayab daerah tempat sekolah tersebut
berlokasi. Nilai-nilai yang masih layak dipertahankan misalnya penggunaan
bahasa daerah, kesenian, dan budi pekerti.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa landasan biologi pendidikan yaitu suatu titik acuan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan biologis dan karakteristik biologis peserta
didik dalam hal pendidikan. Dan landasan sosial budaya adalah suatu titik acuan yang mengacu pada
hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu secara alami, artinya
aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Kedua landasan tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain pada diri individu khususnya dalam melakukan proses
pendidikan.
B.
Saran
1. Sebagai seorang
pendidik sebaiknya dapat memperhatikan
anak didiknya sesuai dengan perkembangan biologis dan karakteristik
biologisnya.
2. Cara pembelajaran yang
diterapkan diharapkan memiliki karakteristik yang akan
memberikan dampak positif yang banyak berkembangnya aspek kognisi dan
kreativitas, fisik perseptual, dan sosial.
3. Menerapkan
penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD yang dipelajari sejak dini.
4. Pendidik
hendaknya berperan
dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya agar dapat melakukan berbagai
macam hubungan.
5. Memiliki
wawasan mengenai keragaman budaya di Indonesia yang melatarbelakangi
masing-masing anak didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Syaripudin,
Tatang dan Nur’aini.2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS:Bandung
Semiawan,
Conny R.1999.”Perkembangan dan Belajar Peserta Didik”. Departemen Pendidikan
dan Pendidikan Tinggi : Bandung
http://Makalah_Landasan
Sosial Budaya Pendidikan Defauzan Blog.html, diunduh tanggal 10 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar