BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah pendidikan inklusif digunakan
untuk mendeskripsikan penyatuan anak-anak penyandang disabilitas atau
berkebutuhan khusus ke dalam program sekolah. Konsep inklusif memberikan
pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke
dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah.
Hakikat inklusif adalah mengenai hak
setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa
harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi
tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan
perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki
ketidakmampuan khusus atau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus
mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat. Pendidikan
inklusif menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah
reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini, guru memiliki tanggung
jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut.
Pengertian-pengertian yang dikemukakan di
atas secara umum menyatakan bahwa pendidikan inklusif berarti pendidikan yang
dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik, baik peserta
didik yang normal maupun peserta didik penyandang disabilitas. Masing-masing
dari mereka memperoleh layanan pendidikan yang sama tanpa dibeda-bedakan satu
sama lain.
Anak-anak penyandang disabilitas mempunyai
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Bandi Delphie
menyatakan bahwa di Indonesia, anak-anak yang mempunyai gangguan perkembangan
dan telah diberikan layanan antara lain: Anak yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), tunarungu,
tunawicara, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, autism (autistic children), hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive), anak
dengan kesulitan belajar (learning disability atau
spesific learning disability), dan anak dengan hendaya kelainan
perkembangan ganda (multihandicapped and developmentally disabled
children). Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, diusahakan
dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan
kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
Berkenaan dengan adanya
pendidikan inklusif di sekolah dasar yang harus dilakukan penyesuain dan berbagai
modifikasi agar pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dapat
dilakukan secara optimal, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi
wahana bagi guru, calon guru, mahasiswa dan komponen yang terlibat di dalam
satuan pendidikan untuk memperoleh wawasan, pengetahauan dan konsep keilmuan
beerkenaan dengan salah satu penyesuaian yang harus dilakukan dalam pendidikan
inklusif yaitu pada bagian sarana dan prasarana yang sudah ada dan yang
dibutuhkan di sekolah-sekolah yang mengadakan pendidikan inlusif. Oleh sebab
itu, penulis menulis sebuah makalah yang berjudul “Sarana dan Prasarana
Pendidikan Inkusif”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
sarana dan prasarana?
2.
Apa saja jenis sarana
pendidikan berdasarkan fungsinya?
3.
Apa saja jenis prasarana
pendidikan ?
4.
Apa yang di maksud dengan
sarana dan prasarana pendidikan inklusif?
5.
Bagaimana manajemen sarana
dan prasarana dalam pendidikan inklusif?
6.
Apa saja sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan inklusif?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian sarana dan prasarana
2. Mengetahui jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya
3. Mengetahui jenis prasarana pendidikan
4. Mengetahui pengertian sarana dan prasarana pendidikan inklusif
5. Mengetahui manajemen sarana dan pasarana dalam pendidikan inklusif
6. Mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan inklusif
D.
Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian
Sarana dan Prasarana Pendidikan
B.
Sarana Pendidikan
berdasarkan Fungsinya
C. Prasarana Pendidikan
D.
Pengertian
Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif
E.
Manajemen
Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif
F.
Sarana dan
Prasarana yang Dibutukkan dalam Pendidikan Inklusif
BAB II Penutup
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena
sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat
berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang
menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Berikut
diuraikan pengertian sarana dan prasarana:
- Pengertian Sarana
Pengertian sarana menurut para ahli:
a.
Ibrahim Bafadal (2003: 2), mengemukakan sarana pendidikan adalah “Semua perangkatan peralatan,
bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah”.
b.
Wahyuningrum (2004:
5), berpendapat bahwa sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang diperlukan
dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang
tidak bergerak agar tujuan pendidikan tercapai.
c.
Tim Penyusun
Pedoman Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan
sarana dan prasarana adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak,
maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan
lancar, teratur, efektif dan efisien.
|
- Pengertian Prasarana
Prasarana
pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang
digunakan guru dan murid untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan
pendidikan.
Perbedaan sarana pendidikan
dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu sarana
pendidikan untuk memudahkan penyampaian atau
mempelajari materi pembelajaran, sedangkan prasarana pendidikan
untuk memudahkan penyelenggaraan
pendidikan. Dalam makna inilah sebutan “digunakan langsung” dan
“digunakan tidak langsung” dalam proses pendidikan, disebut “langsung” itu
terkait dengan penyampaian materi (mengajarkan materi pelajaran), atau
mempelajari pelajaran. Papan tulis, misalnya, digunakan langsung ketika guru
mengajar (di papan tulis itu guru menuliskan pelajaran). Meja murid tentu tidak
digunakan murid untuk menulis pelajaran, melainkan untuk “alas” murid
menuliskan pelajaran (yang dituliskan di buku tulis; buku tulis itulah yang
digunakan langsung).
B. Sarana Pendidikab berdasarkan Fungsinya
Sarana pendidikan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi: (1) alat pelajaran, (2) alat peraga, dan (3) media
pengajaran/pendidikan.
1.
Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran
atau alat pelaksanaan kegiatan belajar.
Yang disebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupa menulis, mencatat,
melukis, menempel (di TK), dan sebagainya.
Papan tulis, misalnya, termasuk alat
pelajaran jika digunakan guru untuk menuliskan materi pelajaran. Termasuk juga
kapur (untuk chalkboard) atau spidol
(untuk whiteboard) dan penghapus papan tulis. Buku tulis,
pinsil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan “tipeks”),
juga termasuk alat pelajaran. Alat pelajaran yang bukan alat
rekam-merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar, adalah alat-alat
pelajaran olah raga (bola, lapangan, raket, dsb.), alat-alat praktikum,
alat-alat pelajaran yang digunakan di TK (gunting, kertas lipat, perekat dsb),
alat-alat kesenian dalam pelajaran kesenian, alat-alat “pertukangan” (tukang
pahat, tukang kayu, tukang anyam, tukang “sunggi”/tatah wayang, dsb.) dalam
pelajaran kerajinan tangan.
2.
Alat Peraga
Alat peraga adalah
segala macam alat yang digunakan untuk meragakan objek atau materi pelajaran
(yang tidak tampak mata atau tak terindera, atau susah untuk diindera). Manusia mempunyai raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat.
Dengan kata lain, bagian raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang
tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja
jika “dibedah”). Itu intinya “meragakan,” yaitu menjadikan sesuatu yang “tak
terlihat” menjadi terlihat. Dalam arti luas yang tak terindera (teraba untuk
yang tunanetra). “Tak terlihat” itu termasuk seperti dalam kasus ini: Kambing
yang ada jauh di luar sekolah, tentu tak terlihat. Agar terlihat, kambing itu
didekatkan (murid dibawa ke tempat kambing), atau didekatkan (kambing
dihadirkan ke sekolah). Bunga yang ada di luar kelas pun tak terlihat murid.
Agar terlihat, bunga itu dibawa ke dalam kelas. Lain hal dengan Ka’bah, menara
Eiffel, Gedung Putih yang tidak terlihat oleh murid. Agar murid tahu bentuk
ka’bah, maka ka’bah itu dihadirkan sosok (raganya) ke dalam kelas (lewat
tiruannya atau gambarnya).
Berkaitan dengan ini harus hati-hati jangan
sampai tertukar dengan metode demonstrasi (metode
peragaan), yaitu guru meragakan sesuatu,
misalnya guru meragakan cara rukuk dan sujud yang benar dalam solat. Juga jangan tertukar dengan metode pemberian contoh (yang
mirip dengan metode demonstrasi),
misalnya guru memberi contoh menyanyikan
lagu baru, guru memberi contoh cara membaca Qur’an dengan tartil, dan guru memberi contoh membaca puisi.
Perhatikan ini: Guru yang meragakan
cara rukuk yang benar tidak berubah fungsi menjadi alat peraga, yaitu sebagai alat yang digunakan guru untuk meragakan cara rukuk. Guru
tidak menggunakan dirinya sendiri sebagai alat bantu dirinya.
3.
Media pendidikan
Media pendidikan (media
pengajaran) itu sesuatu yang agak lain sifatnya
dari alat pelajaran dan alat peraga. Kadang orang menyebut
semua alat bantu pendidikan
itu media, padahal bukan. Alat pelajaran dan alat peraga memerlukan
keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga
membantu guru dalam mengajar. Guru mengajarkan materi pelajaran dibantu (agar murid dapat menangkap pelajaran lebih baik)
oleh alat pelajaran dan alat
peraga. Oleh media, di sisi lain, guru bisa “dibantu digantikan” keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa
tidak ada di kelas, digantikan
oleh media. Lalu, apa itu media?
Secara bahasa (asal-usul bahasa atau
etimologis) media (medium) itu merupakan perantara.
Jadi, dalam konteks tertentu, bahasa ibu bisa disebut
sebagai medium pengajaran yang digunakan di berbagai TK di
desa-desa. Bahasa Inggris merupakan medium pengajaran di sekolah internasional. Itu sisi
lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu) pendidikan.
Begitu pula “dukun” menjadi “medium”
berkomunikasi dengan
arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan tertentu).
Istilah media digunakan pula dalam
bercocok tanam. Arang kulit padi,
misalnya, dapat dijadikan media tanam terbaik bagi tanaman hias tertentu. Air dapat menjadi media tanam
tanaman tertentu (disebut cara bercocok
tanam sistem hidroponik). Media (medium) dalam konteks pendidikan, mempunyai makna sama
dengan media dalam komunikasi (karena
pendidikan itu juga komunikasi; komuniksi antara pendidik dan pedidikatau yang dididik). Media komunikasi merupakan
perantara penyampaian pesan (messages) yang berupa informasi dan sebagainya, dari komunikator (“pembicara”) ke
komunikan (yang diajak “bicara”). Surat kabar merupakan media komunikasi masa
dari “orang-orang surat kabar”
kepada masa (publik, masyarakat). “Orang-orang surat kabar” itu maksudnya semua yang berkomunikasi lewat
surat kabar. Jadi, ada pemasang
iklan yang berkomunikasi kepada masyarakat luas lewat media surat kabar. Ada Presiden yang berkomunikasi
(dikomunikasikan oleh wartawan)
lewat media surat kabar. Begitu halnya dengan radio dan televisi.
Jadi, inti makna media adalah
sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung
pesan komunikasi, yang merupakan saluran (perantara) komunikasi. Dengan
pengertian dasar serupa itu, maka yang disebut media pendidikan dapat didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang berisikan pesan berupa materi pelajaran dari
pihak pemberi materi pelajaran kepada
pihak yang diberi pelajaran.
MEDIA: Guru diam TV bicara
Yang termasuk kelompok
media pendidikan adalah buku pelajaran, CD berisi materi pelajaran,
tayangan TV yang berupa materi pelajaran,
rekaman suara yang berupa materi pelajaran, dan sebagainya. Agar tidak kacau balau
menyamamaknakan alat peraga sebagai media pendidikan,
harus dicermati sifat khas media, yaitu ada pesan komunikasi pendidikan di dalamnya yang berupa materi
pelajaran yang:
a.
Tuntas, yaitu sudah
menyeluruh;
b.
Jelas, tidak
memerlukan penjelasan dari guru;
c.
Bisa “ditangkap”
langsung oleh murid.
C. Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan
adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan
untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan. Ruang kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan
kursi itu termasuk prasarana pendidikan. Kegiatan belajar di ruang kelas (yang
sejuk dan sehat) tentu lebih nyaman dibandingkan di luar ruangan yang panas
berdebu. Belajar dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih baik daripada
duduk tanpa kursi. Menulis beralaskan meja tentu lebih nyaman dibandingkan
menulis beralaskan lantai.
Fasilitas Kelas: Sarana atau Prasarana
Pendidikan
Meja bisa menjadi alat peraga
(model) dalam pelajaran membuat meja di “sekolah pertukangan.” Kursi bisa
menjadi alat pelajaran berhitung (menghitung kursi) di TK atau Kelas I SD. Akan
tetapi ini akan menjadi tumpang tindih dengan
objek pelajaran, yaitu sesuatu yang dijadikan materi pelajaran. Kursi bisa
menjadi objek pelajaran jika murid diminta menggambar kursi, seperti jika murid
diminta menggambar “tugu Jogja” langsung di dekat tugu tersebut. Kursi juga
bisa menjadi objek pelajaran murid-murid pertukangan yang mempelajari struktur
kursi itu. Kursi dapat juga menjadi alat peraga guru ketika menerangkan kursi
di kelas pertukangan. Akan tetapi seringkali kita mendengar apakah kamar mandi
dan WC termasuk prasarana pendidikan? Bukan, jika untuk buang air dan
sebagainya. Itu sarana kesehatan. Tetapi, jika digunakan untuk “toilet
training” murid TK, jadilah dia alat pelajaran, alat yang digunakan untuk
mengajari murid TK bagaimana buang air dan bersih diri sendiri dengan “benar.”
Misalnya diajari untuk tidak buang air kecil di lantai kamar mandi, melainkan
di klosetnya, agar tidak meninggalkan amoniak yang bisa menimbulkan bau
menyengat. Atau, anak diajari cara membersihkan kamar mandi dengan benar
(praktek memebrsihkan kamar mandi).
Sekali lagi, karena fungsinya
sesuatu barang atau benda disebut sarana pendidikan atau prasarana pendidikan,
atau bahkan tidak termasuk keduanya, bukan karena bendanya itu sendiri.
D. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif
Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat
keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu.
Pada hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu itu dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu
dilengkapi asesibilitas bagi kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan khusus,
serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
E. Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif
Manajemen sarana
prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan
sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan
belajar mengajar.
Komponen sarana dan
prasarana dalam sistem pendidikan inklusi, menjadi salah satu komponen yang
termasuk penting. melihat karakteristik anak berkebutuhan khusus, maka sarana
dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan
anak. Selain komponen sekolah seperti tanah, gedung, kantor, gedung sekolah,
laboratorium, monumen, temapt tinggal dan sebagainya, diperlukan pula alat-alat
spesifik seperti ruang khusus bagi anak Low Vision, ruang kedap suara
bagi anak tunarungu, berbagai macam alat peraga bagi anak autis, serta
alat-alat bantu pembelajaran yang kesemuanya diharapkan dapat menunjang untuk
anak dapat belajar secara efektif dan maksimal.
F. Sarana dan Prasarana yang Dibutukkan dalam Pendidikan Inklusif
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di
sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif
tidak berbeda dengan sarana dan parasarana yang
dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya.
1.
Sarana dan prasarana umum.
Sarana dan prasarana ini biasanya telah
ada di sekolah-sekolah inklusif karena
merupakan sarana dan prasarana pokok untuk sekolah pada umumnya.
a. Ruang
kelas beserta perlengkapannya.
b. Ruang
praktikum atau laboratorium beserta perangkatnya
c. Ruang
perpustakaan beserta perangkatnya
d. Ruang
serbaguna beserta perlengkapannya
e. Ruang
BP/BK beserta perlengkapannya
f. Ruang
UKS berta perangkatnya
g. Ruang
kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta perlengkapannya
h. Lapangan
olahraga, beserta peralatannya
i.
Toilet.
j.
Ruang ibadah, beserta perangkatnya
k. Kantin.
l.
Ruang sumber
2.
Sarana khusus yang dibutuhkan untuk anak
berkebutuhan khusus.
Untuk setiap jenis kelainan didasarkan
pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan kebutuhan peserta didik.
a.
Anak Tunanetra
1)
Alat asesmen kelainan penglihatan. Dilakukan untuk mengukur
kemampuan penglihatan dalam bentuk geometri, mengukur kemampuan
penglihatan dalam mengenal warna, serta mengukur ketajaman. Penglihatan
alat yang digunakan untuk assesmen penglihatan anak tunanetra, antara
lain snellen chart, SVR(trial lens set), dan snellen chart electronic. Anak tunanetra pada umumnya mengalami gangguan orientasi
mobilitas baik sebagian maupun secara keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitas
dapat di lakukan dengan menggunakan alat-alat seperti tongkat,
tongkat lipat, tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi apabila ada benda di
dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang mengeluarkan bunyi), pelindung
kepala.
2)
Alat bantu pembelajaran atau akademik layanan
pendidikan untuk anak tunanetra selain membaca, menulis, berhitung juga
mengembangkan sikap, pengetahuan dankreativitas. Untuk membantu penguasaan
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat-alat seperti; peta timbul, abacus, penggaris Braille, blokies,
papan baca, meteran Braille, kompas Braille, kompas bicara, talking watch,
gelasrasa, botol aroma, Braille kit, mesin tik Braille, jam
tangan Braille, puzzle ball, model anatomi, globe timbul,
bentuk - bentuk geometri, dancollor sorting box. Alat
Bantu Visual (alat bantu penglihatan). Kelainan penglihatan
anak tunanetra bervariasi dari yang ringan
(low vision) sampai yang total (total blind). Untuk membantu
memperjelas penglihatannya pada anak tunanetra jenis low vision dapat digunakan
alat bantu magnifier lens set, CCTV, view scan, televisi, prism monocular.
3)
Alat Bantu Auditif (alat bantu
pendengaran) Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra dalam mengikuti
pelajaran dapat digunakan tape rekorder double dek, alat musik pukul, alat musik
tiup
4)
Alat Latihan Fisik pada umumnya
untuk anak tunanetra yang mengalami kesulitan dan kelambanan
dalam melakukan aktivitas fisik atau motorik.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kekuatan fisiknya yang dapat
menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya. Untuk mengembangkan
kemampuan fisik, alat yang dapat digunakan untuk anak tuna
netra adalah catur tunanetra, bridge tunanetra, sepak bola dengan
bola berbunyi, papan keseimbangan, power rider, static bycicle.
b.
Tunarungu
atau Gangguan Komunikasi
1)
Alat asesmen kelainan
pendengaran dilakukan untuk mengukur kemampuan
pendengaran, atau untuk menentukan tingkat kekuatan
suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk asesmen pendengaran anak tunarungu adalah scan test,
bunyi-bunyian, garputala, audiometer & blanko audiogram, mobile sound proof, sound levelmeter, hearing aids. Anak
tuna rungu mengalami gangguan pendengaran baik dari
ringan sampai berat atau total. Untuk membantu pendengarannya dapat dilakukan
menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) model saku, model belakang,
model dalam telinga. Untuk membantu pendengaran
dalam proses pembelajaran dapat digunakan alat-alat hearing
group, loop induction system.
2)
Latihan bina komunikasi persepsi bunyi dan
irama. Pada umumnya anak tuna rungu mengalami gangguan
pendengaran baik ringan maupun secara keseluruhan atau total, sehingga
mengakibatkan gangguan atau
hambatan komunikasi
dan bahasa. Untuk pengembangan kemampuan
berkomunikasi dan bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan
cermin, alat latihan meniup, alatmusik perkusi, sikat getar, lampu aksen, meja
latihan wicara, speechand sound simulation, spatel, TV atau VCD.
3)
Alat Bantu Belajar atau Akademik, untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka
dibutuhkan layanan alat-alat yang dapat
membantu mengembangkan kemampuan akademik
anak tunarungu antara lain miniatur benda, finger alphabet, silinder,
kartu kata/ kalimat, menarasegitiga, menara lingkaran, menara segi
empat, peta dinding, model geometri, anatomi dan model telinga, torso setengah
badan, puzzle buah-buahan atau
binatang , atlas, globe, miniatur rumah adat atau
rumah ibadah.
4)
Alat Latihan Fisik, untuk mengembangkan kemampuan motorik atau fisik anak tuna rungu,
alat-alat yang dipergunakan adalah bola dan net volley, bola sepak,
meja pingpong, raket, net bulutangkis dan suttle cock, power rider (alat untuk melatih
kecekatan motorik).
c.
Anak Tuna grahita
1)
Alat asesmen, untuk asesmen anak tuna grahita dapat digunakan tesintelegensi WISC-R dan atau stanford binet, cognitive
ability test.
2)
Latihan Sensori Visual, untuk membantu sensori visual anak tuna grahita dapat menggunakan
alat gradasi kubus, gradasi balok 1, gradasi balok 2, silinder 1, silinder 2,
silinder 3, menara segitiga, menara lingkaran, menara segi empat, kotak
silinder, multi sensori, puzzle binatang, puzzle konstruksi,
puzzle bola, boks sortir warna, geometri tiga dimensi,
papan geometri, box shape, konsentrasi mekanis, formmen stockbox mit, formmen
stockbox, scheiben-stepel puzzle, formstec-stepel
puzzle, fadeldreicke, schmettering
puzzle, streckspiel, geo-streckbrett, rogenbugentorte.
3)
Latihan Sensori Perabaan,Anak tuna grahita
mengalami kesulitan untuk membedakan dan mengenali bentuk. Untuk membantu
sensori perabaan anak tuna grahita dapat digunakan alat keping raba
1, 2, dan 3, alas raba, fub
and hand, puzzle pubtastplatten,
tactila, balance
labirinth spirale,balancelabirinth maander.
4)
Sensori Pengecap dan Perasa, untuk anak tuna
grahita perlu latihan sensori pengecap dan perasa, alat yang digunakan adalah
gelas rasa, botol aroma, tactile
perception, aesthesiometer.
5)
Latihan Bina Diri, untuk anak tuna grahita
perlu latihan bina diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa
berpakaian 1 (bentukkancing), berpakaian 2 (bentuk resleting), berpakaian 3
(bentuk tali), dressing frame set, pasta gigi dan lain sebagainya.
6)
Konsep dan Simbol Bilangan, untuk anak tuna grahita perlu latihan memahami konsep dan simbol
bilangan. Alat yang digunakan melatih konsep dan simbol bilangan dapat berupa
keping pecahan, balok bilangan 1 dan 2, geometri
tiga dimensi, abacus, papan bilangan (cukes),
tiang bilangan, kotak bilangan.
7)
Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi,untuk anak tuna grahita perlu latihan memahami
kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa box
konsentrasi mekanis, puzzle konstruksi, rantai persegi, rantai bulat, lego/lazi.
8)
Alat Pengajaran Bahasa, untuk anak tuna grahita perlu latihan berbahasa. Alat
yang digunakan melatih berbahasa dapat berupa alphabet, alphabet fibre box, pias kata dan kalimat.
9)
Latihan Perseptual Motor, keterbatasan
intelegensi dan kognitif mengakibatkan anak tuna grahita mengalami kesulitan
dalam perseptual motornya. Untuk itu anak tuna grahita perlu latihan perseptual
motor. Alat yang digunakan melatih perseptual motor dapat berupa bak pasir,
papan keseimbangan, gradasi papan titian, keping keseimbangan, power rider,
balancierzehner, balamcierbrett, balancierwippe balancier steg.
d.
Anak Tuna daksa
1)
Alat Asesmen, Asesmen dilakukan pada anak tuna
daksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh,
kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk assesmen anak tuna daksa seperti finger goniometer (alat ukur
sendi-daerah gerak), flexiomete (alat
ukur kelenturan), plastic goniometer (alat ukur sendi),
reflex hammer (pengukur gerak
reflex kaki), posture evaluation set
(pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang belakang), TPD aesthesiometer (mengukur rasa permukaan
kulit pada tubuh), ground rhytem tibre instrument,
cabinetgeometric insert, color sorting box, tactile board sets.
2)
Alat Latihan Fisik atau Bina Gerak. Pada
umumnya anak tuna daksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi),
dan koordinasi atau keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
kegiatan hidup sehari-hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat digunakan
dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot tangan dan perut), kanavel
table (untuk menguatkan otot tangan, pergelangan dan jari tangan), squeez
ball (untuk latihan daya remas tangan), restorator
hand (untuk menguatkan otot lengan), restorator leg (untuk
menguatkan otot kaki, tungkai), treadmill jogger (untuk menguatkan otot
kaki, tungkai dan jantung), safety walking strap (sabuk pengaman ketika
berlatih jalan), straight (alat latih
memanjat), sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi), exercise
mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), inclinemat (latihan
untuk merangkak), neuro development rolls (latihan untuk merangkak dan
keseimbangan dalam posisi duduk), height adjustablecrowler (latihan
untuk merangkak), floor sitter (untuk latihan duduk tegak di lantai),
kursi CP (untuk latihan duduk tegak posisi normal), individual stand-in
table (untuk latihan berdiri tegak dan aktivitas tangan), walking paralel
(untuk latihan jalan dengan pegangan memajang kiri
dan kanan, walker khusus CP (untuk latihan mobilitas berjalan), vestibular
board (meja goyang untuk latihan keseimbangan), balance beam set
(papan titian untuk latihan keseimbangan), dynamic body and
balance (latihan keseimbangan dan
meloncat), kolam bola- bola (untuk latihan koordinasi
mata, kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi kekakuan otot), infra-red
lamp (melancarkan peredaran
darah dan relaksasi otot) , dual speed massager
(alat pijatdouble kecepatan), speed training devices (alat latih
kecepatan gerakan mulut pada saat bicara), bola karet (untuk latihan motorik),
balok berganda (papan untuk melatih keseimbangan
tubuh dalam bentuk bertingkat), balok titian (papan untuk melatih
keseimbangan tubuh).
3)
Alat Bina Diri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan
hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu latihan. Alat-alat
yang dapat digunakan dapat berupa swivel utensil, dressingframe set, lacing
shoes, deluxe mobile commade, alat orthotic
dan prosthetic. Agar anak tuna
daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of
daily living), maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic).
Alat-alat yang dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid
immobilitation elbow brace, flexionextention, back splint, night splint, denish
browns splint, x splint, osplint, long leg brace set, ankle or short leg brace,
original thomascollar, simple cervical brace, corsett, crutch, clubfoot walker
shoes,thomas heel shoes, wheel chair, kaki palsu sebatas lutut, kaki
palsusampai paha.
4)
Alat Bantu Belajar atau Akademik. Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka
dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan akademik pada anak tuna daksa dapat
berupa kartu abjad, kartu kata atau kalimat, torso seluruh
badan, geometri sharpe, menara
gelang, menara segitiga, menara segiempat, gelas rasa, botol aroma, abacus dan washer, papan pasak, kotak bilangan.
e.
Tuna laras (Gangguan Perilaku).
1)
Asesmen alat. Anak tuna laras adalah anak yang mengalami gangguan penyimpangan
perilaku yang merugikan diri sendiri maupun oranglain.
Terganggunya perilaku anak tuna laras,
menuntut adanya pengelolaan yang cermat
dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya. Asesmen dilakukan pada anak tuna laras untuk mengetahui
penyimpangan perilaku anak. Alat yang digunakanuntuk assesmen anak tuna laras
seperti Adaptive Behavior Inventory for Children dan Adaptive
Behavior Scale. Alat terapi perilaku-perilaku
menyimpang yang dilakukan anak tuna laras cenderung untuk merugikan diri
sendiri dan orang lain. Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang, maka
dibutuhkan peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa pretend game,
hide-way, put me a tune, copycats, jig-saw puzzle, puppen house, hunt the
timble, sarung tinju, hoopla, sand pits, animal matching games,
organ, tambur dengan stick dan tripod, rebana, flute, torso, puzzle.
2)
Alat Terapi Fisik. Untuk mengembangkan kemampuan motorik atau fisik anak tuna laras,
alat yang dapat digunakan matras, straight-type staircase, bola sepak,
bola, net volley, power rider, strickleiter ,
trecketsando (5flat), rope lader.
f.
Anak Berbakat
1)
Alat Asesmen. Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa dibanding teman
sebayanya. Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui. Keberbakatan
dan menilai tentang kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program
pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yang digunakan
untuk assesmen anak berbakat seperti tes intelegensi WISC-R, tes intelegensi
stanford binet, cognitive ability test, differential aptitude test.
2)
Alat Bantu Ajar atau Akademik. Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan dan
tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari orang lain,
mereka ingin menemukan sendiri dengan
cara trial and error (mengadakan percobaan atau praktikum) di laboraturium
atau dimasyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu
mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut meliputi
sumber belajar (buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran,internet), media pembelajaran (radio, cassette recorder, tv, ohp,
wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.
g.
Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
1)
Alat Asesmen. Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan kondisikronis yang
diduga bersumber neurologis yang secara selektif menggangu perkembangan,
integrasi, dan atau kemampuan verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar
dapat berupa kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan atau matematika. Asesmen
pada anak yang mengalami kesulitan belajar dilakukan untuk mengetahui bentuk
kesulitan belajar dan untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam merencanakan program pembelajarannya. Alat yang
digunakan untuk assesmen anak yang mengalami kesulitan belajar
seperti instrumen ungkap riwayat kelainan dan tes inteligensi
WISC.
2)
Alat Bantu Ajar atau Akademik. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi) sarana khusus yang diperlukan
oleh anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (remedial membaca) meliputi
kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, kesulitan belajar bahasa. Kesulitan
berbahasa sarana khusus
yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa) meliputi kartu abjad, kartu
kata, kartu kalimat. Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia) sarana khusus yang
diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (remedial
menulis) meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan 1,
balok bilangan 2. Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) sarana khusus yang
diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar matematika (remedial
matematika) meliputi balok bilangan, balok bilangan, pias angka, kotak bilangan, papan
bilangan.
3.
Prasarana Khusus yang dibutuhkan untuk
anak berkebutuhan khusus.
a.
Anak Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan
ruang untuk melaksanakan kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan mobilitas,
remedial teaching, latihan
menulis braille, latihan mendengar, latihanfisik,
keterampilan, dan penyimpanan alat.
b.
Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan
Komunikasi diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan, asesmen, konsultasi, latihan
bina wicara, bina persepsi bunyi dan irama, remedial
teaching, latihan fisik, keterampilan, dan penyimpanan alat.
c.
Anak Tuna grahita
Untuk peserta didik Tuna grahita/Anak
Lamban Belajar diperlukanruang untuk melaksanakan kegiatan
assesmen, konsultasi, latihan sensori, bina diri,
remedial teaching, latihan perseptual, keterampilan, dan penyimpanan
alat.
d.
Anak Tuna daksa
Untuk peserta didik Tuna daksa diperlukan
ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi,
latihan fisik, bina diri, remedial teaching, keterampilan,
dan penyimpanan alat.
e.
Anak Tuna laras
Untuk peserta didik Tuna laras diperlukan
ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku, terapi permainan
, terapi fisik, remedial teaching, dan
penyimpanan alat.
f.
Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan
penggunaan prasarana yang ada apabila di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berkecerdasan
istimewa, prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang
assesmen.
g.
Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping
memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di
sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berbakat, prasarana
khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
h.
Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan
assesmen, dan remedial. sebagaicatatan, pada dasarnya di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif cukup
disiapkan satu unit ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif sangat di
butuhkan dan menjadi syarat dalam menunjang fasilitas siswa khususnya untuk
siswa inklusif. Di samping itu sekolah penyedia penyelenggaraan pendidikan
inklusif harus benar-benar memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri. Mekanisma
dan manajemen sekolah yang baik diharapkan dapat mengontrol terselenggaranya
kegiatan pendidikan sekolah inklusif ini. Maka dari itu peran lembaga baik
pemerintah pusat atau daerah, pihak sekolah, guru, serta orang tua siswa sangat
di butuhkan dalam rangka mendukung terciptanya program pendidikan inklusif ini
dengan baik.
B. Saran
Berdasarkan materi diatas, diharapkan setiap lembaga
sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif harus benar-benar mengatur
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk siswa inklusif serta di tunjang
dengan pengalaman guru yang kompeten di bidangnya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Dapa, Aldjon. Dkk. (2007). Manajemen Pendidikan
Inklusif. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
Amirin, Tatang M. (2010). Pengertian Sarana dan Prasarana
Pendidikan.[Online]. Tersedia: http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/04/07/pengertian sarana-dan-prasarana-pendidikan/.
[04 September 2014]
Choiri, Abdul Salim, dkk. (2009). Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif.
Puji Lestari, Ulsiana. (2013). Pengertian Sarana dan Prasarana
Pendidikan [Online].
Tersedia: http://www.academia.
edu/6845679/ pendidikan_ inklusi. (04
September 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar