Selasa, 13 Oktober 2015

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN INKLUSIF



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
                 Istilah pendidikan inklusif digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan anak-anak penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus ke dalam program sekolah. Konsep inklusif memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah. 
                 Hakikat inklusif adalah mengenai hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus atau memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat. Pendidikan inklusif menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut.
                 Pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas secara umum menyatakan bahwa pendidikan inklusif berarti pendidikan yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik, baik peserta didik yang normal maupun peserta didik penyandang disabilitas. Masing-masing dari mereka memperoleh layanan pendidikan yang sama tanpa dibeda-bedakan satu sama lain.
                 Anak-anak penyandang disabilitas mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Bandi Delphie menyatakan bahwa di Indonesia, anak-anak yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain: Anak yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), tunarungu, tunawicara, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, autism (autistic children), hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive), anak dengan kesulitan belajar (learning disability atau spesific learning disability), dan anak dengan hendaya kelainan perkembangan ganda (multihandicapped and developmentally disabled children).  Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
                 Berkenaan dengan adanya pendidikan inklusif di sekolah dasar yang harus dilakukan penyesuain dan berbagai modifikasi agar pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan secara optimal, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi guru, calon guru, mahasiswa dan komponen yang terlibat di dalam satuan pendidikan untuk memperoleh wawasan, pengetahauan dan konsep keilmuan beerkenaan dengan salah satu penyesuaian yang harus dilakukan dalam pendidikan inklusif yaitu pada bagian sarana dan prasarana yang sudah ada dan yang dibutuhkan di sekolah-sekolah yang mengadakan pendidikan inlusif. Oleh sebab itu, penulis menulis sebuah makalah yang berjudul “Sarana dan Prasarana Pendidikan Inkusif”.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana?
2.      Apa saja jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya?
3.      Apa saja jenis prasarana pendidikan ?
4.      Apa yang di maksud dengan sarana dan prasarana pendidikan inklusif?
5.      Bagaimana manajemen sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif?
6.      Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan inklusif?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian sarana dan prasarana
2.    Mengetahui jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya
3.    Mengetahui jenis prasarana pendidikan
4.    Mengetahui pengertian sarana dan prasarana pendidikan inklusif
5.    Mengetahui manajemen sarana dan pasarana dalam pendidikan             inklusif
6.    Mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pendidikan inklusif

D.      Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan
A.       Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
B.       Sarana Pendidikan berdasarkan Fungsinya
C.       Prasarana Pendidikan
D.       Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif
E.        Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif
F.        Sarana dan Prasarana yang Dibutukkan dalam Pendidikan Inklusif
BAB II Penutup
A.       Simpulan
B.       Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Berikut diuraikan pengertian sarana dan prasarana:
  1. Pengertian Sarana
Pengertian sarana menurut para ahli:
a.       Ibrahim Bafadal (2003: 2), mengemukakan sarana pendidikan adalah “Semua perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah”.
b.      Wahyuningrum (2004: 5), berpendapat bahwa sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pendidikan tercapai.
c.       Tim Penyusun Pedoman Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan sarana dan prasarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
4
 
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas, bahwa pengertian sarana pendidikan  adalah fasilitas bisa berupa macam peralatan, bahan dan perabot yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Jika dilihat dari sudut murid, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata pelajaran.
  1. Pengertian Prasarana
Prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan.
Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu sarana pendidikan untuk memudahkan penyampaian atau mempelajari materi pembelajaran, sedangkan prasarana pendidikan untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Dalam makna inilah sebutan “digunakan langsung” dan “digunakan tidak langsung” dalam proses pendidikan, disebut “langsung” itu terkait dengan penyampaian materi (mengajarkan materi pelajaran), atau mempelajari pelajaran. Papan tulis, misalnya, digunakan langsung ketika guru mengajar (di papan tulis itu guru menuliskan pelajaran). Meja murid tentu tidak digunakan murid untuk menulis pelajaran, melainkan untuk “alas” murid menuliskan pelajaran (yang dituliskan di buku tulis; buku tulis itulah yang digunakan langsung).

B. Sarana Pendidikab berdasarkan Fungsinya
            Sarana pendidikan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi: (1) alat pelajaran, (2) alat peraga, dan (3) media pengajaran/pendidikan.
1.    Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran  atau alat pelaksanaan kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupa menulis, mencatat, melukis, menempel (di TK), dan sebagainya.
Papan tulis, misalnya, termasuk alat pelajaran jika digunakan guru untuk menuliskan materi pelajaran. Termasuk juga kapur (untuk chalkboard) atau spidol (untuk whiteboard) dan penghapus papan tulis. Buku tulis, pinsil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan  “tipeks”), juga termasuk alat pelajaran. Alat pelajaran yang  bukan alat rekam-merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar, adalah alat-alat pelajaran olah raga (bola, lapangan, raket, dsb.), alat-alat praktikum,  alat-alat pelajaran yang digunakan di TK (gunting, kertas lipat, perekat dsb), alat-alat kesenian dalam pelajaran kesenian, alat-alat “pertukangan” (tukang pahat, tukang kayu, tukang anyam, tukang “sunggi”/tatah wayang, dsb.) dalam pelajaran kerajinan tangan.
2.      Alat Peraga
Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan objek atau  materi pelajaran (yang tidak tampak mata atau tak terindera, atau susah untuk diindera). Manusia mempunyai raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat. Dengan kata lain, bagian raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika “dibedah”). Itu intinya “meragakan,” yaitu menjadikan sesuatu yang “tak terlihat” menjadi terlihat. Dalam arti luas yang tak terindera (teraba untuk yang tunanetra). “Tak terlihat” itu termasuk seperti dalam kasus ini: Kambing yang ada jauh di luar sekolah, tentu tak terlihat. Agar terlihat, kambing itu didekatkan (murid dibawa ke tempat kambing), atau didekatkan (kambing dihadirkan ke sekolah). Bunga yang ada di luar kelas pun tak terlihat murid. Agar terlihat, bunga itu dibawa ke dalam kelas. Lain hal dengan Ka’bah, menara Eiffel, Gedung Putih yang tidak terlihat oleh murid. Agar murid tahu bentuk ka’bah, maka ka’bah itu dihadirkan sosok (raganya) ke dalam kelas (lewat tiruannya atau gambarnya).
                        Berkaitan dengan ini harus hati-hati jangan sampai tertukar dengan metode demonstrasi (metode peragaan), yaitu guru meragakan      sesuatu, misalnya guru meragakan cara rukuk dan  sujud yang benar    dalam solat. Juga jangan tertukar dengan metode pemberian contoh (yang   mirip dengan metode demonstrasi), misalnya guru memberi contoh             menyanyikan lagu baru, guru memberi contoh cara membaca Qur’an         dengan tartil, dan guru memberi contoh membaca puisi. Perhatikan ini:       Guru yang meragakan cara rukuk yang benar tidak berubah fungsi menjadi       alat peraga, yaitu sebagai alat yang digunakan guru           untuk meragakan cara rukuk. Guru tidak menggunakan dirinya sendiri sebagai alat bantu dirinya.
3.      Media pendidikan
                        Media pendidikan (media pengajaran) itu sesuatu yang agak lain     sifatnya dari alat pelajaran dan alat peraga. Kadang orang menyebut             semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat pelajaran             dan alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat          peraga membantu guru dalam mengajar. Guru mengajarkan materi   pelajaran dibantu (agar murid dapat menangkap pelajaran lebih baik)           oleh alat pelajaran dan alat peraga.  Oleh media, di sisi lain, guru bisa      “dibantu digantikan” keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa tidak         ada di kelas, digantikan oleh media. Lalu, apa itu media?
            Secara bahasa (asal-usul bahasa atau etimologis) media (medium)    itu merupakan perantara. Jadi, dalam konteks tertentu, bahasa ibu bisa             disebut sebagai medium pengajaran yang digunakan di berbagai TK di desa-desa. Bahasa Inggris merupakan medium pengajaran di sekolah internasional. Itu sisi lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu)             pendidikan. Begitu pula “dukun” menjadi “medium” berkomunikasi             dengan arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan tertentu).
            Istilah media digunakan pula dalam bercocok tanam. Arang kulit     padi, misalnya, dapat dijadikan media tanam terbaik bagi tanaman hias      tertentu. Air dapat menjadi media tanam tanaman tertentu (disebut cara bercocok tanam sistem hidroponik). Media (medium) dalam konteks           pendidikan, mempunyai makna sama dengan media dalam komunikasi    (karena pendidikan itu juga komunikasi; komuniksi antara pendidik      dan pedidikatau yang dididik). Media komunikasi merupakan perantara             penyampaian pesan (messages) yang berupa informasi dan sebagainya,        dari komunikator (“pembicara”) ke komunikan (yang diajak “bicara”). Surat kabar merupakan media komunikasi masa dari “orang-orang surat       kabar” kepada masa (publik, masyarakat). “Orang-orang surat kabar” itu     maksudnya semua yang berkomunikasi lewat surat kabar. Jadi, ada         pemasang iklan yang berkomunikasi kepada masyarakat luas lewat media   surat kabar. Ada Presiden yang berkomunikasi (dikomunikasikan oleh             wartawan) lewat media surat kabar. Begitu halnya dengan radio dan           televisi.
            Jadi, inti makna media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya   terkandung pesan komunikasi, yang merupakan saluran (perantara) komunikasi. Dengan pengertian dasar serupa itu, maka yang             disebut media pendidikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berisikan pesan berupa materi pelajaran dari pihak pemberi materi     pelajaran kepada pihak yang diberi pelajaran.


 









MEDIA: Guru diam TV bicara
                        Yang termasuk kelompok media pendidikan adalah  buku    pelajaran, CD berisi materi pelajaran, tayangan TV yang berupa materi        pelajaran, rekaman suara yang berupa materi pelajaran, dan sebagainya.             Agar tidak kacau balau menyamamaknakan alat peraga sebagai media         pendidikan, harus dicermati sifat khas media, yaitu ada pesan komunikasi        pendidikan di dalamnya yang berupa materi pelajaran yang:
a.       Tuntas, yaitu sudah menyeluruh;
b.      Jelas, tidak memerlukan penjelasan dari guru;
c.       Bisa “ditangkap” langsung oleh murid.

C.  Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan. Ruang kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan kursi itu termasuk prasarana pendidikan. Kegiatan belajar di ruang kelas (yang sejuk dan sehat) tentu lebih nyaman dibandingkan di luar ruangan yang panas berdebu. Belajar dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih baik daripada duduk tanpa kursi. Menulis beralaskan meja tentu lebih nyaman dibandingkan menulis beralaskan lantai.


 








Fasilitas Kelas: Sarana atau Prasarana Pendidikan
            Meja bisa menjadi alat peraga (model) dalam pelajaran membuat meja di “sekolah pertukangan.” Kursi bisa menjadi alat pelajaran berhitung (menghitung kursi) di TK atau Kelas I SD. Akan tetapi ini akan menjadi  tumpang tindih dengan objek pelajaran, yaitu sesuatu yang dijadikan materi pelajaran. Kursi bisa menjadi objek pelajaran jika murid diminta menggambar kursi, seperti jika murid diminta menggambar “tugu Jogja” langsung di dekat tugu tersebut. Kursi juga bisa menjadi objek pelajaran murid-murid pertukangan yang mempelajari struktur kursi itu. Kursi dapat juga menjadi alat peraga guru ketika menerangkan kursi di kelas pertukangan. Akan tetapi seringkali kita mendengar apakah kamar mandi dan WC termasuk prasarana pendidikan? Bukan, jika untuk buang air dan sebagainya. Itu sarana kesehatan. Tetapi, jika digunakan untuk “toilet training” murid TK, jadilah dia alat pelajaran, alat yang digunakan untuk mengajari murid TK bagaimana buang air dan bersih diri sendiri dengan “benar.” Misalnya diajari untuk tidak buang air kecil di lantai kamar mandi, melainkan di klosetnya, agar tidak meninggalkan amoniak yang bisa menimbulkan bau menyengat. Atau, anak diajari cara membersihkan kamar mandi dengan benar (praktek memebrsihkan kamar mandi).
            Sekali lagi, karena fungsinya sesuatu barang atau benda disebut sarana pendidikan atau prasarana pendidikan, atau bahkan tidak termasuk keduanya, bukan karena bendanya itu sendiri.

D.  Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif
Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu.
Pada hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tertentu itu dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

E.  Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif
Manajemen sarana prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar mengajar.
Komponen sarana dan prasarana dalam sistem pendidikan inklusi, menjadi salah satu komponen yang termasuk penting. melihat karakteristik anak berkebutuhan khusus, maka sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Selain komponen sekolah seperti tanah, gedung, kantor, gedung sekolah, laboratorium, monumen, temapt tinggal dan sebagainya, diperlukan pula alat-alat spesifik seperti ruang khusus bagi anak Low Vision, ruang kedap suara bagi anak tunarungu, berbagai macam alat peraga bagi anak autis, serta alat-alat bantu pembelajaran yang kesemuanya diharapkan dapat menunjang untuk anak dapat belajar secara efektif dan maksimal.

F. Sarana dan Prasarana yang Dibutukkan dalam Pendidikan Inklusif
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif  tidak berbeda dengan sarana dan parasarana yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya.
1.      Sarana dan prasarana umum.
Sarana dan prasarana ini biasanya telah ada di sekolah-sekolah inklusif  karena merupakan sarana dan prasarana pokok untuk sekolah pada umumnya.
a.       Ruang kelas beserta perlengkapannya.
b.      Ruang praktikum atau laboratorium beserta perangkatnya
c.       Ruang perpustakaan beserta perangkatnya
d.      Ruang serbaguna beserta perlengkapannya
e.       Ruang BP/BK beserta perlengkapannya
f.       Ruang UKS berta perangkatnya
g.      Ruang kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta perlengkapannya
h.      Lapangan olahraga, beserta peralatannya
i.        Toilet.
j.        Ruang ibadah, beserta perangkatnya
k.      Kantin. 
l.        Ruang sumber
2.    Sarana khusus yang dibutuhkan untuk anak berkebutuhan khusus.
Untuk setiap jenis kelainan didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan kebutuhan peserta didik.
a.      Anak Tunanetra
1)      Alat asesmen kelainan penglihatan. Dilakukan untuk mengukur kemampuan   penglihatan  dalam bentuk geometri, mengukur kemampuan penglihatan dalam mengenal warna, serta mengukur ketajaman. Penglihatan  alat yang digunakan untuk assesmen penglihatan anak tunanetra, antara lain snellen chart, SVR(trial lens set), dan snellen chart electronic. Anak  tunanetra  pada umumnya mengalami gangguan orientasi mobilitas baik sebagian maupun secara keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitas dapat di lakukan dengan menggunakan alat-alat seperti tongkat, tongkat lipat, tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi apabila ada benda di dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang mengeluarkan bunyi), pelindung kepala.
2)      Alat bantu pembelajaran atau akademik layanan pendidikan untuk anak tunanetra selain membaca, menulis, berhitung juga mengembangkan sikap, pengetahuan dankreativitas. Untuk membantu penguasaan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti; peta timbul, abacus, penggaris Braille, blokies, papan baca, meteran Braille, kompas Braille, kompas bicara, talking watch, gelasrasa, botol aroma, Braille kit, mesin tik Braille, jam tangan Braille, puzzle ball, model anatomi, globe timbul, bentuk -  bentuk geometri, dancollor sorting box. Alat Bantu Visual (alat bantu penglihatan). Kelainan  penglihatan  anak  tunanetra bervariasi dari yang ringan (low vision) sampai yang total (total blind). Untuk membantu memperjelas penglihatannya pada anak tunanetra jenis low vision dapat digunakan alat bantu magnifier lens set, CCTV, view scan, televisi, prism monocular.
3)      Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran) Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra dalam mengikuti pelajaran dapat digunakan tape rekorder double dek, alat musik pukul, alat musik tiup
4)      Alat Latihan Fisik pada  umumnya untuk  anak tunanetra yang mengalami kesulitan dan kelambanan  dalam  melakukan  aktivitas  fisik atau   motorik.      Hal ini akan  berpengaruh  terhadap kekuatan fisiknya yang dapat menimbulkan kerentanan  terhadap kesehatannya. Untuk mengembangkan kemampuan fisik, alat yang dapat digunakan untuk anak tuna netra adalah catur tunanetra, bridge tunanetra, sepak bola dengan bola berbunyi, papan keseimbangan, power rider, static bycicle.
b.    Tunarungu  atau Gangguan Komunikasi
1)        Alat asesmen  kelainan  pendengaran  dilakukan  untuk  mengukur kemampuan  pendengaran, atau untuk menentukan  tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk asesmen pendengaran anak tunarungu adalah scan test,  bunyi-bunyian,  garputala, audiometer & blanko  audiogram, mobile sound proof, sound levelmeter, hearing aids. Anak tuna rungu mengalami  gangguan pendengaran  baik dari ringan sampai berat atau total. Untuk  membantu pendengarannya dapat dilakukan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) model saku, model belakang, model dalam telinga. Untuk membantu pendengaran dalam proses pembelajaran dapat digunakan alat-alat hearing group, loop induction system.
2)        Latihan bina komunikasi persepsi bunyi dan irama. Pada umumnya anak tuna rungu mengalami  gangguan  pendengaran baik  ringan  maupun  secara keseluruhan atau total, sehingga mengakibatkan   gangguan  atau  hambatan  komunikasi  dan bahasa. Untuk pengembangan  kemampuan  berkomunikasi dan bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan cermin, alat latihan meniup, alatmusik perkusi, sikat getar, lampu aksen, meja latihan wicara, speechand sound simulation, spatel, TV atau VCD.
3)        Alat Bantu Belajar atau  Akademik, untuk membantu penguasaan  kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan  alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan  akademik  anak tunarungu antara lain miniatur benda,  finger alphabet,  silinder, kartu kata/ kalimat, menarasegitiga, menara lingkaran, menara segi empat, peta dinding, model geometri, anatomi dan model telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan atau binatang ,  atlas, globe,  miniatur rumah adat atau rumah ibadah.
4)        Alat Latihan Fisik, untuk mengembangkan kemampuan motorik atau fisik anak tuna rungu, alat-alat yang dipergunakan adalah bola dan net volley, bola sepak,  meja pingpong, raket,  net bulutangkis  dan suttle cockpower rider (alat untuk melatih kecekatan motorik).
c.    Anak Tuna grahita
1)        Alat asesmen, untuk asesmen anak tuna grahita dapat digunakan tesintelegensi  WISC-R dan atau stanford  binet, cognitive ability test.
2)        Latihan Sensori Visual, untuk membantu sensori visual anak tuna grahita dapat menggunakan alat gradasi kubus, gradasi balok 1, gradasi balok 2, silinder 1, silinder 2, silinder 3, menara segitiga, menara lingkaran, menara segi empat, kotak silinder, multi sensori, puzzle binatang,  puzzle konstruksi,  puzzle bola,  boks sortir warna,  geometri  tiga dimensi, papan geometri, box shape, konsentrasi mekanis, formmen stockbox mit, formmen stockbox, scheiben-stepel puzzle, formstec-stepel puzzle, fadeldreicke, schmettering puzzle, streckspiel, geo-streckbrett, rogenbugentorte.
3)        Latihan Sensori Perabaan,Anak tuna grahita mengalami kesulitan untuk membedakan dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anak tuna grahita dapat digunakan alat keping raba 1, 2, dan 3, alas raba, fub and hand,  puzzle pubtastplatten,  tactila,  balance  labirinth  spirale,balancelabirinth maander.
4)        Sensori Pengecap dan Perasa, untuk anak tuna grahita perlu latihan sensori pengecap dan perasa, alat yang digunakan adalah gelas rasa, botol aroma, tactile perception, aesthesiometer.
5)        Latihan Bina Diri, untuk anak tuna grahita perlu latihan bina diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa berpakaian 1 (bentukkancing), berpakaian 2 (bentuk resleting), berpakaian 3 (bentuk tali), dressing frame set, pasta gigi dan lain sebagainya.
6)        Konsep dan Simbol Bilangan, untuk anak tuna grahita perlu latihan memahami konsep dan simbol bilangan. Alat yang digunakan melatih konsep dan simbol bilangan dapat berupa keping pecahan, balok bilangan 1 dan 2,  geometri  tiga  dimensi,  abacus,  papan bilangan (cukes), tiang bilangan, kotak bilangan.
7)        Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi,untuk anak tuna grahita perlu latihan memahami kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa box konsentrasi mekanis, puzzle konstruksi, rantai persegi, rantai bulat, lego/lazi.
8)        Alat Pengajaran Bahasa, untuk  anak tuna grahita perlu latihan berbahasa. Alat yang digunakan melatih berbahasa dapat berupa alphabet, alphabet fibre box, pias kata dan kalimat.
9)        Latihan Perseptual Motor, keterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan anak tuna grahita mengalami kesulitan dalam perseptual motornya. Untuk itu anak tuna grahita perlu latihan perseptual motor. Alat yang digunakan melatih perseptual motor dapat berupa bak pasir, papan keseimbangan, gradasi papan titian, keping keseimbangan, power rider, balancierzehner, balamcierbrett, balancierwippe balancier steg.
d.      Anak Tuna daksa
1)        Alat Asesmen, Asesmen dilakukan pada anak tuna daksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang  digunakan untuk assesmen anak tuna daksa seperti finger goniometer (alat ukur sendi-daerah gerak), flexiomete (alat ukur kelenturan),  plastic goniometer (alat ukur sendi),  reflex  hammer (pengukur gerak reflex kaki), posture evaluation set (pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang belakang), TPD aesthesiometer (mengukur rasa permukaan  kulit pada tubuh),  ground  rhytem  tibre  instrument, cabinetgeometric insert, color sorting box, tactile board sets.
2)        Alat Latihan Fisik atau Bina Gerak. Pada umumnya anak tuna daksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi atau keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot tangan dan perut), kanavel table (untuk menguatkan otot tangan, pergelangan dan jari tangan), squeez ball (untuk latihan daya remas tangan), restorator hand (untuk menguatkan otot lengan), restorator leg (untuk menguatkan otot kaki, tungkai), treadmill jogger (untuk menguatkan otot kaki, tungkai dan jantung), safety walking strap (sabuk pengaman ketika berlatih jalan), straight (alat latih memanjat), sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi), exercise mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), inclinemat (latihan untuk merangkak), neuro development rolls (latihan untuk merangkak dan keseimbangan dalam posisi duduk), height adjustablecrowler (latihan untuk merangkak), floor sitter (untuk latihan duduk tegak di lantai), kursi CP (untuk latihan duduk tegak posisi normal), individual stand-in table (untuk latihan berdiri tegak dan aktivitas tangan),  walking paralel  (untuk  latihan  jalan  dengan pegangan memajang kiri dan kanan, walker khusus CP (untuk latihan mobilitas berjalan), vestibular  board (meja goyang untuk latihan keseimbangan), balance beam set  (papan  titian  untuk latihan keseimbangan), dynamic body and  balance  (latihan keseimbangan  dan  meloncat), kolam bola- bola (untuk latihan  koordinasi mata,  kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi kekakuan otot), infra-red lamp (melancarkan peredaran  darah dan relaksasi otot) , dual speed massager  (alat pijatdouble kecepatan), speed training devices (alat latih kecepatan gerakan mulut pada saat bicara), bola karet (untuk latihan motorik), balok berganda  (papan untuk  melatih  keseimbangan  tubuh dalam bentuk bertingkat), balok titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh).
3)        Alat Bina Diri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa swivel utensil, dressingframe set, lacing shoes, deluxe mobile commade, alat orthotic dan prosthetic. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid immobilitation elbow brace, flexionextention, back splint, night splint, denish browns splint, x splint, osplint, long leg brace set, ankle or short leg brace, original thomascollar, simple cervical brace, corsett, crutch, clubfoot walker shoes,thomas heel shoes, wheel chair, kaki palsu sebatas lutut, kaki palsusampai paha.
4)        Alat Bantu Belajar atau Akademik. Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik pada anak tuna daksa dapat berupa kartu abjad, kartu kata atau kalimat, torso seluruh badan, geometri sharpe, menara gelang, menara segitiga, menara segiempat, gelas rasa, botol aroma, abacus dan washer, papan pasak, kotak bilangan.


e.    Tuna laras (Gangguan Perilaku).
1)        Asesmen alat. Anak tuna laras adalah anak yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku  yang merugikan diri  sendiri maupun oranglain. Terganggunya  perilaku anak tuna laras, menuntut adanya pengelolaan yang  cermat  dalam mengidentifikasi kekurangan  dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan pada anak tuna laras untuk mengetahui penyimpangan perilaku anak. Alat yang digunakanuntuk assesmen anak tuna laras seperti Adaptive Behavior Inventory for Children dan Adaptive Behavior Scale. Alat terapi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan anak tuna laras cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang, maka dibutuhkan peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa pretend game, hide-way, put me a tune, copycats, jig-saw puzzle, puppen house, hunt the timble, sarung tinju, hoopla, sand pits, animal matching games, organ, tambur dengan stick dan tripod, rebana, flute, torso, puzzle.
2)        Alat Terapi Fisik. Untuk mengembangkan kemampuan motorik atau fisik anak tuna laras, alat yang dapat digunakan matras, straight-type staircase,  bola sepak,  bola, net volley,  power rider,  strickleiter ,  trecketsando (5flat), rope lader.
f.       Anak Berbakat
1)        Alat Asesmen. Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa dibanding teman sebayanya. Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui. Keberbakatan dan menilai tentang kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak berbakat seperti tes intelegensi WISC-R, tes intelegensi stanford binet, cognitive ability test, differential aptitude test.
2)        Alat Bantu Ajar atau Akademik. Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan dan tidak puas bila  hanya mendapat penjelasan dari orang lain,  mereka ingin  menemukan sendiri dengan cara trial and error (mengadakan  percobaan atau  praktikum) di laboraturium  atau  dimasyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut meliputi sumber belajar (buku paket, buku  pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran,internet), media pembelajaran (radio, cassette recorder, tv, ohp, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.
g.                                Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
1)        Alat Asesmen. Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan kondisikronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif menggangu perkembangan, integrasi, dan atau kemampuan verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar dapat berupa kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan atau matematika. Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajar dilakukan untuk  mengetahui bentuk  kesulitan belajar  dan untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan  dalam merencanakan  program pembelajarannya.  Alat yang digunakan untuk assesmen anak yang mengalami kesulitan belajar  seperti instrumen  ungkap  riwayat  kelainan dan tes inteligensi WISC.
2)        Alat Bantu Ajar atau Akademik. Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi) sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (remedial membaca) meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, kesulitan belajar bahasa. Kesulitan berbahasa sarana khusus  yang diperlukan  oleh anak yang mengalami kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa) meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat. Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia) sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (remedial menulis) meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan 1, balok bilangan 2. Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar  matematika (remedial matematika)  meliputi balok bilangan, balok bilangan, pias angka, kotak bilangan, papan bilangan.

3.    Prasarana Khusus yang dibutuhkan untuk anak berkebutuhan khusus.
a.    Anak Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan mobilitas, remedial teaching, latihan  menulis braille, latihan mendengar, latihanfisik, keterampilan, dan penyimpanan alat.
b.    Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan, asesmen, konsultasi, latihan bina wicara, bina persepsi bunyi dan irama, remedial teaching, latihan fisik, keterampilan, dan penyimpanan alat.
c.    Anak Tuna grahita
Untuk peserta didik Tuna grahita/Anak Lamban Belajar diperlukanruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan sensori,  bina diri,  remedial  teaching,  latihan perseptual,  keterampilan, dan penyimpanan alat.
d.   Anak Tuna daksa
Untuk peserta didik Tuna daksa diperlukan ruang untuk melaksanakan  kegiatan assesmen, konsultasi,  latihan fisik, bina diri, remedial teaching,   keterampilan, dan penyimpanan alat.
e.    Anak Tuna laras
Untuk peserta didik Tuna laras diperlukan ruang untuk melaksanakan  kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku, terapi permainan
, terapi fisik, remedial teaching, dan penyimpanan alat.
f.     Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan  prasarana yang ada apabila  di sekolah penyelenggara  pendidikan  inklusif peserta didiknya ada yang berkecerdasan istimewa, prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
g.    Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di sekolah  penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berbakat, prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
h.    Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, dan remedial. sebagaicatatan, pada dasarnya di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu unit ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
            Sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif sangat di butuhkan dan menjadi syarat dalam menunjang fasilitas siswa khususnya untuk siswa inklusif. Di samping itu sekolah penyedia penyelenggaraan pendidikan inklusif harus benar-benar memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri. Mekanisma dan manajemen sekolah yang baik diharapkan dapat mengontrol terselenggaranya kegiatan pendidikan sekolah inklusif ini. Maka dari itu peran lembaga baik pemerintah pusat atau daerah, pihak sekolah, guru, serta orang tua siswa sangat di butuhkan dalam rangka mendukung terciptanya program pendidikan inklusif ini dengan baik.

B. Saran
            Berdasarkan materi diatas, diharapkan setiap lembaga sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif harus benar-benar mengatur sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk siswa inklusif serta di tunjang dengan pengalaman guru yang kompeten di bidangnya.













21
 
 
DAFTAR PUSTAKA
      
Dapa, Aldjon. Dkk. (2007). Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat          Ketenagaan.
Amirin, Tatang M. (2010).  Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan.[Online]. Tersedia: http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/04/07/pengertian            sarana-dan-prasarana-pendidikan/. [04 September 2014]
Choiri, Abdul Salim, dkk. (2009). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara  Inklusif.
Puji Lestari, Ulsiana. (2013). Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan                       [Online]. Tersedia: http://www.academia. edu/6845679/ pendidikan_ inklusi. (04 September 2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar