BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori belajar banyak dikaitkan dengan ruang lingkup
bidang psikologi, bisa diartikan bahwa semua hal yang dibahas dalam belajar,
berkaitan pula dengan keadaan manusia
sebagai subjek yang mengalami, mengikuti bahkan mengembangkan diri melalui
belajar. Teori belajar, turut membantu pelaksanaan pendidikan dengan menjawab
atau membahas mengenai masalah yang muncul dalam belajar sehingga pelaksanaan
pendidikan dapat mencapai tujuan awal sesuai dengan yang diharapakan.
Teori belajar sendiri, secara umum dibagi kedalam
empat golongan, yaitu teori belajar behavioristik (tingkah laku), teori belajar
kognitif, teori belajar humanistik, dan teori belajar sosial. Masing-masing
teori belajar membawa perbedaan fokus, atau penekanan masalah satu sama
lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu erat kaitannya
dengan teori belajar yang telah
dirumuskan oleh berbagai pihak, termasuk didalamnya para pakar atau tokoh yang
ahli dalam bidang pendidikan. Banyak tokoh yang berkaitan dengan teori belajar
yang ada, dengan pendapatnya masing-masing dan tentu implikasi dalam
pembelajaran yang akan berbeda pula.
Maka dari itu, melalui makalah ini penulis akan membahas
siapa saja tokoh-tokoh yang turut berperan dalam lahirnya teori belajar, dan
bagaimana implikasinya dalam pembelajaran. Namun, dalam hal ini penulis lebih memfokuskan
pada pembahasan teori belajar humanistik, dimulai dari tokoh-tokohnya hingga implikasinya
dalam pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
teori belajar humanistik?
2.
Bagaimana pandangan para ahli yang
mendukung teori belajar humanistik
dan aplikasinya dalam bidang studi?
C. Tujuan Penulisan
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami teori belajar humanistik.
2. Mengetahui dan memahami pandangan para
ahli yang mendukung teori belajar humanistik dan aplikasinya dalam bidang studi.
D. Sistematika
Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan,
menguraikan mengenai latar belakang,
rumusan masalah dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan,
menguraikan mengenai gambaran teori belajar humanistik, pandangan para ahli yang mendukung
teori belajar humanistik dan aplikasinya
dalam bidang studi.
Pada Bab III Penutup,
menguraikan mengenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar
Humanistik
Teori belajar
adalah suatu teori yang didalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan dikelas maupun diluar kelas. Dalam proses pembelajaran, para ahli membagi
beberapa teori dalam memahaminya, karena dengan teori ini para ahli dapat
mengklasifikasi aktivitas pembelajaran, diantara teori belajar yang dikenal dan
akan dibahas tentang teori belajar humanistik.
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada
proses belajar, ialah :
a.
Proses perolehan informasi baru,
b.
Personalia informasi ini pada individu.
Teori
humanistik secara jelas menunjukkan bahwa belajar dipengaruhi oleh bagaimana peserta
didik-peserta didik berpikir dan bertindak, dan dipengaruhi dan diarahkan oleh
arti pribadi dan perasaan-perasaan yang mereka ambil dari pengalaman belajar
mereka.
B. Pandangan Para Ahli yang Mendukung
Teori Belajar Kognitif dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
Tokoh
penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain Abraham
Maslow, Arthur W. Combs, Carl Rogers, Bloom
dan Krathwohl, Kolb, Honey dan Mumford dan Habermas.
Namun
dalam makalah ini penulis lebih memfokuskan pada pandangan teori belajar humanistik menurut Arthur W.
Combs, Bloom dan Krathwohl dan Carl
Rogers, dimana penjelasannya akan di bahas pada pembahasan di bawah ini.
1. Teori Belajar Arthur
W. Combs dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
a.
Teori
Belajar Arthur W.Combs
Arthur W. Combs (1912-1999) adalah seorang pendidik/ psikolog yang
memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di
sekolah umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia menerima gelar MA dalam
konseling sekolah di The Ohio State University (1941) dan diterima di program
doktor dalam psikologi klinis pada lembaga dimana Carl Rogers menjabat sebagai pendidik
dan mentor. Dia menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1945.
Bersama dengan Donald Snygg (1904 - 1967) mereka mencurahkan
banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning
(makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi
bila mempunyai arti bagi individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain
hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Untuk
itu pendidik harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami
dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, pendidik harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta
didik yang ada.
Combs
berpendapat bahwa banyak pendidik membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa peserta didik untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
Combs
memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Inti
dari teori ini adalah meaning, belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Di sini pendidik harus peka terhadap peserta
didiknya. Kemudian pendidik dituntut untuk mampu memotivasi dan
memberikan atau bahkan mengubah pandangan peserta didiknya bahwa suatu pelajaran itu, yang
semisal tidak disenangi peserta didik, akan memberikan manfaat untuknya
kelak. Dengan begitu diharapkan pada diri peserta didik akan muncul dorongan instrinsik untuk
belajar. peserta didik bersedia belajar karena kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Ia
pun akan menjadi peserta didik yang orientasinya tidak hanya sekedar pada nilai (skor) tetapi
lebih kepada ilmu pengetahuannya. Ia akan mampu memahami materi suatu pelajaran
secara baik dan mendalam.
Implikasi pandangan Arthur W.Combs dalam
belajar :
1) Belajar
menekankan pada makna atau manfaat aplikatif yang dapat digunakan oleh peserta
didik dalam lingkungannya.
2) Belajar
adalah membawa peserta didik
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
3) Belajar
lebih banyak memberikan materi yang terkait erat dengan hubungan diri peserta
didik agar hasil belajar tidak dilupakan oleh sisiwa.
b. Aplikasi Teori Belajar menurut Arthur W. Combs dalam Pembelajaran dikaitkan dengan Bidang Studi
1)
Bidang Studi IPA
Dalam
pembelajaran IPA di SD kelas 3 mengenai “Makhluk Hidup” sebaiknya seorang guru tidak menggunakan metode konvensional atau ceramah yang
sering kali membuat siswa kurang memahami arti dan makna pembelajaran yang
disampaikan, guru hendaknya memahami perilaku siswa dengan mencoba memasuki dunia persepsi siswa sehingga selain memberikan
ilmu pengetahuan, ia juga dapat merubah perilakunya. Guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada dengan memahami semua itu seorang guru
dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya, seorang guru
dapat menggunakan pendekatan teori belajar Artur W Combs sebagai suatu cara
agar dalam proses pembelajaran mengenai “Makhluk Hidup” yang dapat memberikan
arti dan makna kepada siswa.
Pendekatan
teori belajar Artur W Combs dapat membuat siswa lebih kreatif dan aktif dalam
mencari ilmu pengetahuan baru. Pendekatan
teori belajar ini juga memberikan pengalaman/hal baru selama proses pembelajaran berlangsung, karena
dengan ini siswa dapat bersentuhan langsung dengan objek yang akan dipelajari. Seperti pembelajaran dengan konsep makhluk hidup, guru dapat
menghadirkan makhluk aslinya dalam proses pembelajaran ataupun dapat mengajak
siswa ke luar kelas untuk mengamati makhluk hidup yang ada di lingkungan
sekitar.
Contohnya, guru dapat menghadirkan hewan seperti
ayam, kucing, dan kelenci serta tumbuhan seperti bunga, rumput, dan pohon-pohon
yang ada di sekitar lingkungan sehari-hari
siswa. Sehingga
siswa dapat belajar dengan senang dan bergairah, serta
memberikan pengalaman unik dalam pembelajaran. Siswa akan menganggap bahwa belajar IPA itu menyenangkan, tidak sulit
ataupun membosankan.
Jadi dengan
pendekatan teori belajar ini, siswa tidak
lagi hanya sebatas menerima materi dari apa yang
guru jelaskan dan materi yang telah ada dibuku, yang membuat
anak bosan ataupun terdapat materi yang sulit dimengerti, karena
dengan pendekatan teori belajar Artur W Combs siswa dapat mengambil pelajaran
dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari yang manfaatnya nanti, siswa dapat
lebih mencintai makhluk hidup dilingkungan sekitarnya, mengetahui cara menjaga dan merawat mahluk hidup disekitarnya.
2)
Bidang Studi
IPS
Dalam
pembelajaran IPS tentang “ Keanekaragaman Budaya “ di kelas 4 SD, guru
hendaknya tidak lagi memberikan materi pembelajaran dengan metode konvensional atau ceramah
kepada siswa. Guru
dapat menghadirkan sebuah video yang mewakili kebudayaan setiap daerah, atau
bisa melakukan kunjungan karya wisata ke museum tentang kebudayaan, ataupun
melakukan diskusi setiap siswa untuk menerangkan ciri khas dari setiap daerah
di indonesia, penggunaan
media seperti kartu bergambarkan kebudayaan khas masing-masing daerah, yang
kemudian bisa siswa aplikasikan langsung dengan diskusi kelompok dalam
pembelajaran.
Dengan semua cara diatas menjadikan siswa belajar
tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, merasakan
dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran, sehingga belajar
menjadi bermakna bagi siswa. Hal tersebut dapat mengarahkan siswa untuk belajar
secara aktif dan tidak hanya dituntut belajar dari buku, namun siswa juga dapat
menggali pengetahuan dengan diri sendiri sehingga proses pembelajaran
berlangsung tidak membosankan, siswa tidak merasa terpaksa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Dalam pembelajaran IPS ini guru dapat menanamkan
sikap dan kepribadian siswa untuk saling menghargai dan juga mencintai setiap
ciri khas kebudayaan dari setiap daerah di indonesia. Seorang siswa bisa mengenal sekaligus menghargai
kebudayaan yang dimiliki oleh temannya, dan menyadari bahwa di kehidupan
sehari-harinya ia pasti akan menemui orang-orang yang memiliki kebudayaan yang
berbeda/beragam. Mengenal dan menjaga kebudayaan yang diajarkan hingga makna
sukarela tertanam pada diri siswa, turut memupuk sikap melestarikan budaya yang
tentu berdampak postif bagi kehidupan anak sekarang ataupun nanti.
3)
Bidang Studi Matematika
Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Perilaku
buruk siswa sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan siswa untuk
melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu
guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa
tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Contohnya, siswa
mampu menunjukkan
perilaku teliti dan peduli melalui
menata benda-benda di sekitar ruang kelas berdasarkan dimensi, berat, atau urutan
jumlah. Dengan ini, siswa akan mengetahui mengenai materi dimensi, berat maupun
urutan jumlah.
Pembelajaran matematika ini terjadi dengan hal yang
cukup sederhana, seorang guru yang akan mengajarkan konsep dimensi, berat,
maupun urutan jumlah bisa menggunakan media benda yang ada didalam kelas, guru
meminta siswa ikut berpartisipasi dalam menata dan membersihkan kelas,
disamping siswa tanpa disadari ikut melaksanakan pembelajaran matematika dengan
konsep tersebut, perilaku menata kelas dilakukan dengan tujuan lainnya, yakni
mempersiapkan kondisi kelas yang bersih sehingga belajar lebih kondusif. Dalam
kegiatan ini, perilaku afektif yang dimunculkan dari makna pembelajaran sendiri
adalah teliti, peduli dengan sekitar, dan juga sikap gotong royong seluruh
anggota kelas.
4)
Bidang Studi PKN
Dalam pembelajaran PKN di kelas 2 SD, guru dalam hal
ini mengajarkan konsep “Kedisiplinan”,
guru dapat menggunakan metode bermain peran, dalam satu kelas, guru membagi
siwa kedalam kelompok-kelompok kecil, dengan tema drama kedisiplinan yang berb eda.
Setiap kelompok yang tidak sedang tampil, menyimak
drama yang dibawakan temannya. Contohnya, satu kelompok siswa membawakan drama
dengan judul “Terlambat Pergi ke Sekolah”, dari drama tersebut siswa yang
berperan, maupun yang menyimak diharapkan dapat mengambil hikmah, dengan
mengetahui konsekuensi dari keterlambatan yang diawali dari sikap
ketidakdisiplinan pada saat mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Dari
keterlambatan yang diawali ketidakdisiplinan seperti tidur larut malam, yang
mengakibatkan terlambat bangun dipagi hari, sehingga terlambat hadir didalam kelas, yang berujung
pada hukuman karena melanggar tata tertib yang ada.
Setelah memahami materi PKN mengenai disiplin, dengan
keterlibatan langsung dalam pembelajaran, konsep mengenai disiplin, bisa lebih
lama melekat pada ingatan siswa, dan diakhiri dengan tindakan disiplin pada
kehidupan kesehariannya.
Pembelajaran mengenai disiplin ini, dapat tersampaikan
dengan baik, secara disadari maupun tidak oleh anak, karena proses pembelajaran
menggunakan drama yang lebih menyenangkan. Disamping itu, anak akan lebih
memahami bahwa perilaku disiplin yang ia terapkan dalam kesehariannya akan
membawa banyak dampak postif bagi kehidupannya.
5)
Bidang Studi Bahasa Indonesia
Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang “Keterampilan Menulis Puisi“ di kelas 3
SD, guru hendaknya tidak lagi memberikan materi pembelajaran mengenai “Keterampilan Menulis Puisi“ hanya dengan memberikan contoh
sebuah puisi, lalu
menugaskan
siswa untuk membuat
sebuah puisi. Akan lebih baik apabila guru sebelumnya menstimulus siswa terlebih dahulu, kita ambil contoh pembelajaran
menulis puisi dengan tema “Lingkungan
Sekitar”, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa
untuk melakukan kegiatan
diluar ruangan kelas, seperti jalan-jalan disekitar lingkungan
sekolah, lalu setelah itu kita meminta siswa untuk menuliskan apa yang
telah dilihat dan dirasakan ketika jalan-jalan disekitar lingkungan sekolah kedalam sebuah puisi, serta membacakan
hasil karyanya didepan kelas.
Dengan
semua cara diatas, dapat
menjadikan siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi
juga dengan melihat, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap
pembelajaran, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa. Selain itu, siswa juga dapat
menggali pengetahuan secara
mandiri,
sehingga proses pembelajaran berlangsung tidak membosankan. Karena berlangsung tidak hanya didalam
kelas, siswa juga dapat menemukan banyak insprirasi berdasarkan pada hasil
temuannya sendiri.
Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia
yang tertuang dalam
pembuatan puisi ini, selain siswa mampu untuk mebuat sebuah materi seperti
tujuan pembelajaran, guru juga dapat menanamkan sikap dan
kepribadian siswa untuk lebih menghargai dan juga mencintai lingkungan sekitar, menumbuhkan kreatifitas dan juga rasa percaya
diri pada dirinya.
c. Kesimpulan Teori Belajar Menurut Arthur
W.Combs
Menurut Arthur W.Combs belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan
dengan kehidupan mereka. Di sini pendidik harus peka, memotivasi dan memberikan bahkan mengubah pandangan peserta
didiknya. Bahwa suatu pelajaran yang baik
yang disenangi atau tidak
disenangi peserta didik, tetap akan
memberikan manfaat untuknya kelak.
2. Teori
Belajar Bloom dan Krathwohl dan Aplikasinya dalam Bidang Studi
a.
Teori Belajar Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathwohl lebih menekankan
perhatiannya pada apa yang pasti dikuasai oleh peserta didik, setelah melalui
peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum dalam
tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi
Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan
dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Pada tatanan
praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik untuk merumuskan
tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami.
Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat
merancang program-program pembelajarannya. taksonomi Bloom ini telah banyak
dikenal dan paling popular di lingkungan pendidikan. Secara ringkas, ketiga
kawasan dalam taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Kognitif
Kognitif
terdiri dari enam tingkatan:
a)
Mengingat ( mengingat, menghafal );
b)
Memahami (
menginterpretasikan );
c)
Menerapkan (
menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah );
d)
Menganalisis (
menjabarkan suatu konsep );
e)
Mengevaluasi (membandingkan
ide, nilai, metode, suatu konsep secara utuh);
f)
Mengkreasi (merancang, membangun sesuatu yang baru );
2)
Psikomotor
Psikomotor
terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a)
Peniruan (
menirukan gerak );
b)
Penggunaan (
menggunakan konsep untuk melakukan gerak );
c)
Ketepatan (
melakukan gerak dengan benar );
d)
Perangkaian
( melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar );
e)
Naturalisasi
( melakukan gerak secara wajar ).
3)
Afektif
Afektif
terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a)
Pengenalan (
ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu );
b)
Merespon (
aktif berpartisipasi );
c)
Penghargaan
( menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);
d)
Pengorganisasian
( menghubung - hubungkan nilai-nilai yang dipercayai );
e)
Pengalaman (
menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup )
b. Aplikasi Teori Belajar menurut Bloom dan Krathwohl dalam Pembelajaran dikaitkan dengan
Bidang Studi
1) Bidang Studi IPA (Ranah Kognitif)
Tujuan
kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan:
a) Mengingat
(Remember)
Menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mengingat merupakan proses
kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi
bagian belajar bermakna bagi siswa, tugas
mengingat hendaknya selalu
dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih
luas dan bukan
sebagai suatu yang
lepas dan terisolasi.
Contoh:
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang sudah dipelajari oleh siswa seperti
“Coba siapa yang ingat tentang sifat-sifat cahaya?”
b) Memahami (Understand)
Mengkonstruk makna
atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal
yang dimilik oleh siswa, mengaitkan
informasi yang baru
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, atau dapat pula mengintegrasikan pengetahuan
yang baru ke dalam skema yang
telah ada dalam pemikiran siswa.
Contoh: Nah
sekarang siapa yang dapat menyebutkan pengertian cahaya? Dan kenapa cahaya
dapat menerangi benda-benda disekitarnya?
c) Mengaplikasikan
(Applying)
Mencakup penggunaan
suatu prosedur guna menyelesaikan masalah
atau mengerjakan tugas.
Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural.
Contoh:
Guru menanyakan kepada siswa “Apa saja manfaat cahaya untuk kehidupan
sehari-hari beserta contohnya?”
d) Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu
permasalahan atau obyek
ke unsur-unsurnya dan menentukan saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut dan struktur besarnya.
Contoh:
Guru bertanya kepada siswa “Dapatkah
kita melihat benda-benda yang ada di sekeliling kita dalam keadaan gelap?
Mengapa kita hanya bisa melihat benda-benda yang ada disekeliling kita ketika
ada cahaya yang mengenai benda tersebut?”
e) Mengevaluasi (Evaluate)
Membuat suatu
pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada.
Contoh: Guru memberikan
soal-soal kepada siswa mengenai cahaya dan membahasnya bersama-sama.
f) Membuat
(Create)
Menggabungkan
beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Membuat mencakup kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara mengorganisir beberapa
unsur atau bagian
menjadi suatu pola
atau struktur yang sebelumnya tidak
tampak.
Contoh: Guru dan siswa
membuat sebuah percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya misalnya
menggunakan senter dan beberapa kertas yang berlubang kecil, untuk
membuktikannya.
2) Bidang Studi PKN (Ranah Afektif)
a) Menerima:
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
Contoh:
Guru menjelaskan arti pentingnya keutuhan suatu Negara seperti NKRI.
b) Menanggapi:
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Contoh:
Guru menanyakan kepada siswa “Apa
saja yang dapat kita lakukan sebagai warga Negara dalam mempertahankan keutuhan
Negara kita?”.
c) Menilai:
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena,
atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Contoh:
Setelah menanyakan hal seperti diatas, guru membahas jawaban-jawaban yang
dikemukakan oleh siswa.
d) Mengelola:
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Contoh:
Kemudian guru menanyakan tentang berbagai gangguan yang dapat mengancam
keutuhan NKRI dan permasalahan yang pernah terjadi di Indonesia.
e) Menghayati:
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya.
Contoh: Guru menjelaskan
upaya-upaya yang dilakukan dalam Menjaga
Keutuhan Wilayah NKRI serta perilaku atau Sikap yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tanah
air.
3) Bidang Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Ranah
Psikomotor)
a)
Persepsi:
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Contoh: Seorang guru menjelaskan
arti penting berolahraga dan menjaga kesehatan tubuh.
b)
Kesiapan:
Kesiapan
fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Contoh:
Guru olahraga memulai berolahraga atau senam diikuti oleh siswanya.
c)
Respon
terpimpin atau penggunaan: Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Contoh: siswa dalam hal ini
mengikuti gurunya dengan gerakan coba-coba yang dilakukannya.
d)
Mekanisme
atau ketepatan: Membiasakan gerakan-gerakan yang telah
dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Contoh:
Setelah
melihat guru olahraganya berkali-kali dengan gerakan yang sama akhirnya siswa
dapat membiasakan gerakannya dengan tepat.
e)
Respon
tampak yang kompleks: Gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Contoh:
Setelah
itu siswa juga dapat menggerakan tubuhnya dengan tepat walau dengan gerakan
yang sukar.
f)
Penyesuaian:
keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
Contoh: siswa terampil dengan
gerakan yang berbeda-beda dan dapat menyesuaikan pola geraknya dengan
menunjukan kemahirannya.
g)
Penciptaan:
Membuat
pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan
tertentu.
Contoh: siswa dapat berkreativitas untuk melahirkan
pola gerak-gerik yang baru atas dasar inisiatif dirinya.
c.
Kesimpulan
Teori Belajar Menurut Bloom dan Krathwohl
Menurut Bloom dan Krathwohl, apa
yang pasti dicapai pesrta didik setelah melalui proses belajar lah yang
ditekankan, yang kemudian dikenal dengan 3 ranah yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor. Setelah proses
belajar berlangsung, setiap siswa mengalami perubahan dalam dirinya, ada
penambahan ilmu pengetahuan yang hasilnya akan sesuai dengan tujuan awal dari
pembelajaran. Baik penekanannya dalam ranah kognitif, afektif maupun
psikomotor.
3. Teori Belajar Carl
Rogers dan Aplikasinya dalam
Bidang Studi
a.
Teori Belajar Carl Rogers
Carl
Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari
1902 disebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Rogers merupakan tokoh
humanistis dalam teori-teori balajar dari psikologi humanistik. Perhatian psikologi humanistik yang terutama
tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing
oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman
mereka sendiri.
Carl
R. Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang gagasan-gagasannya
berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. Lewat karya-karyanya yang
tersohor seperti “Freedom to learn and Freedom to learn for the 80’s” dia
menyarankan suatu pendekatan pendidikan yang berupaya menjadikan belajar dan
mengajar lebih manusiawi dan karenanya lebih bersifat pribadi dan penuh makna.
Carl
R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar
dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger
membedakan dua ciri belajar, yaitu:
1) Belajar yang bermakna, belajar yang bermakna terjadi
jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta
didik.
2) Belajar yang tidak bermakna, belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek
perasaan peserta didik.
Implikasi teori belajar menurut Carl
Rogers :
1) Hasrat untuk
belajar
Menurut
Rogers manusia itu mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini dibuktikan
dengan rasa ingin tahunya anak kalau ia sedang mengeksplorasi lingkungannya.
Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kebebasan untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan
apa yang penting dan berarti tentang dunia disekitarnya. Orientasi ini
bertentangan sekali dengan kelas-kelas gaya lama dimana pendidik atau kurikulum
menentukan apa yang harus dipelajari oleh anak-anak.
2)
Belajar yang berarti
Prinsip
kedua ini adalah belajar yang berarti, yang mempunyai makna. Hal ini terjadi
apabila yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Anak akan
belajar dengan cepat apabila yang dipelajari itu mempunyai arti baginya.
3)
Belajar tanpa ancaman
Menurut
Rogers, belajar itu mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik
apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar
berjalan dengan lancar manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat
kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
4) Belajar atas
inisiatif sendiri
Bagi para
humanist, belajar itu paling bermakna manakala hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan apabila melibatkan perasaan dan pikiran peserta didik. Tidak perlu
diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting tetapi tidak lebih
penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari dan menemukan sumber,
merumuskan masalah, menguji praduga dan menilai hasil.
5) Belajar dari perubahan
Perubahan
merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu maju
dan melaju. Apa yang dipelajari dimasa lalu tidak lagi dapat membekali orang
untuk hidup dan berfungsi dengan berhasil didunia mutakhir ini. Apa yang
dibutuhkan dewasa ini ialah orang-rang yang mampu belajar dilingkungan yang
sedang berubah dan akan terus berubah.
b. Aplikasi Teori Belajar menurut Carl Rogers dalam Pembelajaran dikaitkan dengan Bidang Studi
1)
Bidang Studi IPA
Dalam pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi
bagian tumbuhan di kelas 4 SD, guru hendaknya tidak memberikan materi dengan
metode ceramah kepada siswa. Akan lebih baik apabila guru benar-benar
menghadirkan berbagai macam tumbuhan yang nantinya dijadikan sebagai bahan yang
akan didiskusikan oleh siswa di kelas. Namun apabila disekitar lingkungan
sekolah terdapat kebun yang ditumbuhi berbagai macam jenis tumbuhan, maka siswa
dapat diajak untuk mengamati tumbuhan di kebun tersebut secara langsung.
Terlebih jika didalam kebun yang ada dilingkungan sekolah tersebut ditumbuhi
oleh TOGA (tanaman obat dan keluarga). Jadi, selain menjelaskan bagian-bagian
tumbuhan secara langsung, siswa juga bisa mengenal dan mengetahui tumbuhan yang
memiliki manfaat sebagai obat. Hal ini tentu menjadikan pembelajaran menjadi
lebih menarik. Siswa akan mengetahui bahwa tumbuhan yang sedang ia pelajari
ternyata juga dapat ia manfaatkan sebagai obat didalam kehidupan sehari-harinya.
Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan
guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti
keseluruhan proses dari setiap pembelajaran, sehingga belajar menjadi bermakna
bagi siswa. Siswa diarahkan untuk belajar secara aktif dan tidak hanya dituntut
belajar dari buku, namun siswa juga dapat menggali pengetahuan dari alam
sekitarnya. Posisi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, motivator, dan
stimulator. Dalam pembelajaran IPA ini guru dapat menanamkan sikap dan
kepribadian siswa untuk mencintai lingkungan sekitarnya serta pembiasaan siswa
untuk selalu merawat lingkungan sekitarnya.
2)
Bidang Studi IPS
Dalam
pembelajaran IPS, konsep “Denah dan Arah Mata Angin” pada kelas 1 SD, guru
dapat membawakannya dengan terlebih dahulu membuat ilustrasi cerita yang
terkait dengan konsep denah dan arah mata angin, ilustrasi yang menstimulus
siswa untuk turut serta berfikir mengenai konsep yang sedang dibawakan oleh
guru, seperti “Anak-anak, jika Ibu akan pergi ke ruang Kepala Sekolah, dan
sekarang Ibu berada di kelas, Ibu harus berjalan kemana?”. Setelah itu, siswa
secara berkelompok dapat mendiskusikan jawabannya. Untuk itu, guru perlu
memberi waktu pada siswa untuk berdiskusi menemukan jawabannya. Selanjutnya,
masing-masing kelompok diminta untuk mengungkapkan pendapatnya. Diakhir
diskusi, guru bersama siswa membahas pemecahan ilustrasi tadi dengan
menggunakan bantuan denah dan arah mata angin.
Setelah
selesai, siswa akan mengetahui manfaat penunjuk arah. Memahami bagaimana
caranya menujukan tempat bagi oranglain, mengingat suatu tempat beserta jalan
untuk menujunya dan sebagainya. Guru dapat meminta siswa untuk membuat denah
yang menjukan jalan untuk pergi ke sekolah sebagai pekerjaan rumah.
Penerapan belajar seperti diatas lebih bermakna,
dari sekedar mencontohkan denah yang dilakukan hanya oleh guru. Maka dari itu,
selain pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, guru bisa memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan pikiran dan perasaan melalui proses menemukan yang
terjadi selama pembelajaran, dan melatih kebebasan siswa dalam berpendapat atau
mengungkapkan pemikirannya.
3)
Bidang Studi Matematika
Dalam pembelajaran matematika tentang “Operasi Hitung Penjumlahan Dan
Pengurangan”
di kelas 2 SD,
guru menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan kemudian mengaplikasikan
konsep tersebut dengan menggunakan media uang receh atau uang kertas.
Pembelajaran
konsep penjumlahan dan pengurangan seperti itu akan mudah dipahami oleh siswa
karena penjumlahan dan pengurangan mata uang tersebut sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari siswa, misalnya untuk membeli kue atau mainan. Siswa
dituntun untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal operasi penjumlahan
maupun pengurangan menggunakan mata uang, hal ini akan menarik minat siswa
dalam belajar karena mereka akan berpikir bahwa pengetahuan itu sangat
diperlukan dalam kehidupannya. Dengan demikian pembelajaran itu akan terasa
bermakna bagi siswa karena dapat bermanfaat dalam penerapan di kehidupannya
sehari-hari.
4)
Bidang Studi PKN
Dalam pembelajaran PKN
misalnya tentang konsep “Hidup
Rukun” di
kelas 1 SD,
guru dapat menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dengan siswa mengenai
hidup rukun. Guru dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan hidup rukun kepada siswa di kelas sebagai bahan diskusi bersama.
Siswa dipancing untuk
menyebutkan contoh-contoh atau sikap yang harus dilakukan untuk mewujudkan
hidup rukun baik di keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam
hal ini guru tidak langsung memberikan penjelasan materi karena guru harus
mempunyai kepercayaan kepada siswa bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan
mengenai materi tersebut dari fakta-fakta yang terdapat di sekitarnya.Untuk
menunjang pembelajaran agar lebih menyenangkan dan mudah diserap oleh siswa,
guru dapat mensiasatinya dengan meminta siswa untuk menyanyikan lagu yang
berisi tentang hidup rukun. Pembelajaran
dilakukan dengan tujuan agar siswa memahami pentingnya hidup rukun dengan
sesama dan siswa dapat menyadari serta mengaplikasikan sikap dan nilai-nilai
apa yang harus dilakukannya dalam kehidupannya sehari-hari untuk mewujudkan
kerukunan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
5)
Bidang Studi Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
penerapan teori belajar ini dicontohkan dalam pembelajaran membuat kalimat
berpola S-P-O-K (Subjek - Predikat – Objek – Keterangan) di kelas. Guru menuntun siswa agar dapat
membuat kalimat berpola dengan baik. Siswa dibebaskan untuk memperoleh
referensi atau sumber belajar yang terdapat di lingkungannya yang dapat ia
manfaatkan, posisi guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan
memberikan kebebasan berpikir siswa untuk membuat contoh-contoh kalimat berpola
dengan benar. Materi pembelajaran ini sangat perlu untuk dikuasai oleh siswa
karena penggunaan kalimat berpola adalah suatu kebutuhan dasar dalam
berinteraksi dengan sesamanya di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru
harus mampu mendorong siswa untuk belajar atas dasar inisiatif sendiri.
Dengan diberikannya pelajaran tersebut, maka
siswa akan paham bagaimana menggunakan kalimat yang baik dalam berkomunikasi
kepada orang lain. Selain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pembelajaran ini
juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengembangkan potensi-potensi dalam
diri siswa yang memiliki minat terhadap sastra.
c.
Kesimpulan Teori
Belajar Menurut Carl Rogers
Menurut
pendapat Carl R. Rogers praktek pendidikan menitikberatkan pada segi
pengajaran, bukan pada peserta didik yang belajar. Praktek tersebut ditandai
oleh peran pendidik yang dominan dan peserta didik hanya menghafalkan
pelajaran.
Dapat
ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah
kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat
melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggungjawab
sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi
peserta didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal
ini dilakukan dalam konteks belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori belajar humanistik menekankan studi
tentang seseorang secara utuh, tidak hanya melalui penglihatan pengamat tetapi
juga pengamatan atas perilaku individu, mengintegralkan dengan perasaan batin
dan citra rasa. Tujuan belajarnya adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta
didik mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara
teoritik antara lain Abraham Maslow, Arthur W. Combs, Carl Rogers, Bloom dan Krathwohl, Kolb,
Honey dan Mumford dan Habermas.
Berikut pandangan para tokoh dibahas didalam makalah
ini mengenai teori belajar humanistik :
a. Arthur W. Combs,
memandang bahwa belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu, pendidik tidak bisa mamaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Jadi meaning
(makna/ arti) yang ditekankan.
b. Bloom
dan Krathwohl, memandang bahwa apa yang pasti dikuasai oleh peserta didik, setelah
melalui peristiwa-peristiwa belajar-lah yang
menjadi makna dari belajar. Yang kemudian dikenal dalam pengelempokan 3 ranah,
yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Carl Rogers memandang bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggungjawab sebagai hasil belajar. Rogers juga membagi konsep belajar menjadi 2, yakni belajar bermakna dan belajar tidak bermakna.
Aplikasi teori belajar humanistik dalam
pembelajaran di SD dapat dilaksanakan hampir pada semua mata pelajaran yang
ada, selama materi-materi pembelajaran tersebut lebih berorientasi pada pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Dan pada pembelajaran yang hasil belajarnya nanti dapat diaplikasikan
lagi dalam kehidupan nyata atau
kehidupan sehari-hari peserta didik.
B. Saran
Dengan adanya teori-teori belajar,
termasuk didalamnya teori belajar humanistik ini, kita sebagai pendidik dapat
lebih memahami makna “memanusiakan manusia” secara utuh, dimana peserta didik
yang akan kita hadapi nantinya, merupakan sebuah individu yang kompleks,
membutuhkan pengembangan potensi yang tentunya harus kita fasilitasi dalam
prosesnya.
Para calon pendidik maupun yang
telah menjadi pendidik anak bangsa Indonesia saat ini, hendaknya lebih banyak
memaknai dan mencoba mengimplementasikan setiap sisi positif yang dapat diambil
dari masing-masing teori belajar yang ada pada saat proses pendidikan
sesungguhnya berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu
al-Quran. Jakarta: Amzah, 2008.
Budiningsih, Asri. Belajar &
Pembelajran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012.
Muhammad Thabroni & Arif Mustofa. Belajar
dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Partanto, Pius A. Al-barry, Dahlan. Kamus Ilmiyah populer. Surabaya:
Arloka, 2001.
Mushlihin al-Hafizh,
“Pengertian Humanisme”, dalam
http://www.referensimakalah.com/2012/10/pengertian-humanisme.html
Sumber
:
https://riaarini17.wordpress.com/teknologi-pendidikan/teori-belajar-dan-pembelajaran
Achmad, Maulidia. 2013. Teori Belajar Humanistik. [Online]. Tersedia: http://maulidiachmad.blogspot.com/2013/10/teori-belajar-humanistik.html
Fauziah, Rumbi. 2013. Teori Belajar Humanisme.
[Online]. Tersedia: http://rumbifauziah.blogspot.com/2013/05/teori-belajar-humanisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar