Selasa, 01 November 2016

MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING



DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A.    Latar belakang masalah ............................................................................ 1
B.     Rumusan masalah ..................................................................................... 2
C.     Tujuan penulisan makalah ........................................................................ 2
D.    Manfaat penulisan makalah ...................................................................... 2
E.     Sistematika penulisan makalah ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A.    Pengertian Cooperative Learning.............................................................. 4
B.     Tujuan Cooperative Learning ................................................................... 5
C.     Unsur-Unsur Cooperative Learning ......................................................... 6
D.    Tipe-Tipe Cooperative Learning ............................................................... 7
E.     Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing ............................................................................................. 7
F.      Kelebihan Dari Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing ............................................................................... 8
G.    Kekurangan Dari Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Kancing Gemerincing ....................................................................... 9
H.    Kaitan Antara Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Dengan Pembelajaran Matematika............................................................ 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 11
B.     Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA






BABI
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang masalah
Dalam dunia pendidikan banyak teori, cara-cara dan metode pembelajaran yang dapat diterpakan dalam menyampaikan materi pelajaran dari pendidik kepada peserta didik seperti cooperative learning, saintifik dan masih banyak lagi. Pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang. Sejak zaman dahulu kala, para guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskusi atau debat kelompok, atau dalam kegiatan pembelajaran tambahan berkelompok lainnya. Metode ini biasanya bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Namun demikian, sejak dua puluh tahun yang lalu, telah dilakukan beberapa penelitian yang signifikan terhadap teknik-teknik lama ini. Untuk pertama kalinya, strategi pembelajaran kooperatif mulai dikembangkan, bahkan lebih dari itu mulai dievaluasi dalam berbagai konteks pengajaran yang luas. Sebagai hasil dari sekian tahun penelitian dan aplikasi praktis dari ratusan ribu guru, keberadaan metode-metode pembelajaran kooperatif yang efektif ini sebenarnya hadir untuk berbagai keperluan pengajaran yang ada. Lebih jauh lagi, terdapat banyak pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap siswa dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk membuat pembelajaran kooperatif yang efektif, khususnya untuk pencapaian prestasi.
Kini menjadi mungkin bagi para guru memilih metode yang sesuai dari sekian banyak metode kooperatif untuk diterapkan pada keperluan yang berbeda, dan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai skema pengorganisasian utama dalam mengajar di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam mata pelajaran matematika tidak semua bagian  dapat dikerjakan secara perorangan tetapi ada juga yang dapat dikerjakan secara berkelompok. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif khususnya tipe kancing gemerincing, diharapkan anak dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga tidak akan ada lagi anak yang pasif atau tidak ingin mengungkapkan pemikirannya.
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait latar belakang diatas yaitu:
1.    Bagaimana konsep dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing?
2.    Bagaimana penerapan dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing dalam pembelajaran matematika?
C.  Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.    Mengetahui dan memahami konsep model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing.
2.    Mengetahui dan memahami penerapan dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing.
D.  Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan keguanaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai pengembangan konsep dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing dalam Matematika di SD. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Penulis, sebagai wahana penembah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing dan cara menerapkannnya dalam pembelajaran Matematika di SD.
2.    Pembaca, sebagai media informasi tentang model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing.
E.  Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan yang berisi pengertian cooperative learning, tujuan cooperative learning, unsur-unsur cooperative learning, tipe-tipe cooperative learning, model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing, kelebihan dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing, kekurangan dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing dan kaitan antara model kooperatif tipe kancing gemerincing dengan pembelajaran matematika.
Bab III Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran sebenarnya merupakan upaya yang dilakukan guru untuk dapat membelajarkan anak serta merubah perilakunya yang kurang baik menjadi baik. Serangkaian aktivitas pasti dilakukan anak selama proses pembelajaran. Sudah menjadi tugas guru sebagai fasilitator dan mediator untuk membuat anak mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui serangkaian aktivitas atau langkah-langkah belajar yang tercantum pada suatu model.
Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan aktivitas belajar anak di dalamnya. Cooperative learning berangkat dari paham konstruktivisme yang menjunjung tinggi anak sebagai sentral belajar secara aktif harus mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Selain itu pernyataan bahwa “homo homini socius” yang artinya manusia adalah makhluk social merupakan falsafah dari model ini.  Melalui model ini, anak secara berkelompok harus bekerja sama dalam menginternalisasi pengetahuan yang dipelajari.
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang berarti bekerja sama (Isjoni, 2009). Bekerja sama yang dimaksud berarti saling membantu dalam mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Bertemali dengan pembelajaran, dalam hal ini anak diminta untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan anggota kelompoknya yang lain secara bersama-sama agar tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Menurut Lie (2008) mengemukakan bahwa, cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja sama dengan sesama anak dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam sistem pembelajaran ini, anak tidak hanya bekerja kelompok secara sembarangan, namun dalam sistem yang jelas. Sistem yang jelas ini memiliki makna bahwa semua anak memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, pembagian tugas jelas, saling mengembangkan diri, tidak saling mendominasi, saling membantu, dan saling berkontribusi terhadap kelompoknya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Slavin (2010) menyatakan bahwa, cooperative learning adalah pengajaran bagi anak-anak agar bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi mata pelajaran. Dalam hal ini anak diharapkan saling membantu untuk mengkonstruk pengetahuannya bersama-sama dan saling menutupi kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada kerja sama anak dalam suatu kelompok untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur yang diberikan oleh guru. Cooperative learning lebih dari sekadar belajar kelompok karena di dalamnya ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Abidin, 2012). Hal ini memungkinkan timbulnya pemikiran dalam diri anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk berkontribusi dalam mencapai keberhasilan kelompok.

B.  Tujuan Cooperative Learning
Cooperative leaning memiliki tujuan pokok untuk membelajarkan anak secara berkelompok dengan cara saling menghargai pendapat, memiliki rasa tanggung jawab bersama, dan menumbuhkan sikap sosial bagi diri anak ketika belajar. Slavin (2010) mengemukakan bahwa, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi anak, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.
Anak tidak hanya belajar mengembangkan pengetahuan saja, namun dapat dilatih untuk memiliki sikap sosial yang baik pula terhadap lingkungan sekitarnya. Lebih dari itu, pembelajaran melalui model ini dapat meningkatkan hasil belajar anak karena anak secara bergotong-royong membangun pengetahuannya tidak secara individu. Anak saling berbagi pengetahuan antara satu dan yang lainnya. Dalam model ini juga memungkinkan anak dapat melakukan tutor sebaya bagi temannya yang kurang paham. Suasana belajar pun terasa lebih terbuka dan demokratis. Suasana seperti inilah yang akan membuat anak nyaman karena lebih bersahabat antara satu dan yang lainnya. Motivasi belajar anak pun tentu akan meningkat.

C.  Unsur-unsur Cooperative Learning
Walaupun cooperative learning bekerja dalam kelompok, namun tidak semua kerja kelompok merupakan cooperative learning. Roger dan David (dalam Lie, 2008, hlm. 31) menyebutkan ada lima unsur yang membedakannya, yakni:
1.    Unsur saling ketergantungan positif
Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses model cooperative learning, anak memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lainnya. Jiwa solidaritas antar anggotanya muncul. Bila salah satu anggotanya berhasil maka akan saling berpengaruh juga sebaliknya bila salah satu anggotanya gagal maka yang lain akan ikut merasa gagal.
2.    Tanggungjawab perseorangan
Cooperative learning menjadikan anak memiliki tanggung jawab dalam kelompoknya untuk saling berkontribusi. Anak tidak saling mengandalkan temannya. Anak merasa tanpa dirinya kelompok tidak akan maju sehingga anak memiliki kewajiban untuk menjalankan amanahnya tersebut.
3.    Tatap muka
Anak didorong untuk saling bertatap muka dan berinteraksi satu dengan lainnya sehingga membentuk sinergisitas. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, saling menerima kelebihan, dan kekurangan juga saling mengenal satu sama lain.
4.    Komunikasi antar anggota
Anak dalam kelompoknya didorong untuk memiliki keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan kelompok bergantung pula pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Dalam hal ini, anak seyogyanya dapat belajar untuk berkomunikasi yang efektif dan santun.
5.    Evaluasi proses kelompok
Agar anak dapat mengetahui keberhasilan kelompoknya maka secara berkala mereka harus mengadakan evaluasi. Melalui kegiatan ini, anak mengidentifikasi hasil proses kerja sama mereka dalam kelompoknya. Sesuatu yang dianggap sudah baik maka mereka dapat mengembangkan lebih baik lagi. Sedangkan untuk proses yang tidak baiknya dapat mereka perbaiki sehingga dengan  begitu anak dilatih untuk selalu mengevaluasi diri.

D.  Tipe-tipe Cooperative Learning
Menurut Lie (2008, hlm. 55) dan Sugianto (2010, hlm. 65) model cooperative learning memiliki 14 macam tipe dalam pelaksanaannya, yakni mencari pasangan (make a match), bertukar pasangan, think-pair share, berkirim salam dan soal, number heads together (NHT), two stay two stray, keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, inside-outside circle, tari bambu, jigsaw, student team achievement division (STAD), dan bercerita berpasangan. Salah satu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cooperative learning tipe kancing gemerincing.

E.  Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis metode structural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.
Kancing gemerincing sama dengan istilah talking chips. Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal sebagai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. (Kagan, Spencer and Miguel Kagan, 2009). Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain.
Huda (2013, hlm. 142) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam tipe kancing gemerincing sebagai berikut.
a.    Guru terlebih dahulu mempersiapkan kancing-kancing dalam beberapa kotak kecil sesuai jumlah kelompok. Kancing dapat juga diganti dengan kacang merah, sendok es krim, dan potongan sedotan.
b.    Guru membagi anak dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberi satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing.
c.    Kancing dalam kotak tersebut dibagikan ke masing-masing anak dalam kelompoknya dengan jumlah yang sama. Jumlah kancing yang dibagikan bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
d.   Guru memberikan tugas kelompok.
e.    Setiap kali anak mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, menyatakan keraguan, dan mengemukakan ide-idenya, anak harus menyerahkan satu kancing miliknya dan meletakkan di tengah-tengah meja kelompoknya.
f.     Jika kancing yang dimiliki seorang anak habis, anak tersebut tidak boleh berbicara lagi sampai kancing milik temannya juga habis. Tapi walau begitu tetap harus selalu memantau sampai tugasnya selesai.
g.    Jika semua kancing sudah habis namun tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagikannya kembali dalam jumlah yang sama pula. Ini dilakukan sampai tugas yang dikerjakan selesai.
Langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe kancing gemerincing ini lebih menitikberatkan pada pembagian tugas dan tanggungjawab yang merata dalam setiap kelompoknya. Melalui langkah-langkah tersebut dapat dibuktikan bahwa model cooperative learning tipe kancing gemerincing ini mempunyai beberapa keunggulan.

F.   Kelebihan dari Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing
Menurut Slavin (2005) kelebihan dari model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing yaitu:
1.    Saling ketergantungan yang positif.
2.    Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3.    Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4.    Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5.    Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
6.    Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi menyenangkan.

G. Kekurangan dari model Pembelajaran Koperatif Tekhink Kancing Gemerincing
Menurut Slavin (2005) kekurangan dari model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing yaitu:
1.    Persiapannya memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu.
2.    Membutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3.    Kecenderungan topik pembicaraan dapat menjadi berkembang.
4.    Saat berdiskusi masih ada didominasi seseorang.
Kelemahan yang ada pada pembelajaran kooperatif ini lebih bersifat teknis, artinya hal-hal yang timbul ketika pembelajaran itu akan atau sedang diterapkan. Jika seseorang guru teliti dan mampu mengatur proses pembelajaran, maka waktu yang dibutuhkan tidak akan menyita jam mata pelajaran lain serta pembicaraan yang terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana. Namun untuk masalah biaya yang dibutuhkan cukup banyak, maka tidak perlu membebankan pada guru dan siswa, disini sebaiknya pihak sekolah ikut terlibat dalam penyediaan anggaran dana khususnya bagi pengembangan model-model pembelajaran di sekolah.    
   
H.  Kaitan Antara Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Dengan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran koopertif tipe kancing gemerincing menekankan keaktifan semua anggota kelompok dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam pemecahan masalah, dimana mereka saling membantu satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama agar prestasi belajar mereka bisa meningkat secara merata. Di mana sangat ditekankan peran serta dan kontribusi pada kelompoknya.
Untuk tugas-tugas yang sangat terstruktur seperti matematika, diskusi jarang dibutuhkan, karena dalam tugas-tugas seperti ini biasanya sudah terdapat satu jawaban yang benar atau satu prosedur khusus yang harus diikuti. Akan tetapi walaupun pembelajaran matematika yang bersifat terstruktur tetap bisa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing bergantung sejauh mana guru mampu membantu siswa memahami jenis bantuan seperti apa yang mereka perlukan untuk mengerjakan tugas-tugas semacam itu dalam kelompok.
Mengingat pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan awal mereka secara mandiri agar terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pembelajaran matematika yang pada dasarnya adalah penanaman konsep. Dimana dituntut pula pembelajaran yang bermakna agar konsep matematika itu sendiri dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada kerja sama anak dalam suatu kelompok untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur yang diberikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis metode structural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Pembelajaran koopertif tipe kancing gemerincing menekankan keaktifan semua anggota kelompok dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam pemecahan masalah, dimana mereka saling membantu satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama agar prestasi belajar mereka bisa meningkat secara merata. Di mana sangat ditekankan peran serta dan kontribusi pada kelompoknya.
B.     Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penyusun merumuskan saran sebagai berikut.
1.    Guru hendaknya menguasai konsep cooperative learning tipe kancing gemerincing.
2.    Guru hendaknya mengetahui cara mengimplementasikan cooperative learning tipe kancing gemerincing dalam seluruh mata pelajaran di SD khususnya dalam matapelajaran matematika.



DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2012. “Pengertian Cooperative Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi (hlm. 13).
Huda. 2013. “Langkah-langkah pembelajaran Tipe Kancing Gemerincing” dalam
Mustikasari, Lidya. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 15).
Huda. 2013. “Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing” dalam
Mustikasari, Lidya. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 16).
Isjoni. 2009. “Pengertian Cooperative Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi (hlm. 12).
Kagan, Spencer and Miguel Kagan. (2009). Kagan Cooperative Learning. San
Clemente: Kagan Publishing.
Kagan, Spencer and Miguel Kagan. 2009. “Istilah Talking Chips Di Indonesia”.
Kagan Cooperative Learning. Kagan Publishing (hlm. 17.7)
Lie. 2008. “Pengertian Cooperative Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi (hlm. 13).
Lie. 2008. “14 Macam Tipe Model Cooperative Learning” dalam
Mustikasari, Lidya. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 15).
Mustikasari, Lidya. (2015). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada Konsep Energi. (Skripsi).
Roger dan David. 2008. “Unsur-unsur Cooperative Learning” dalam Mustikasari,
Lidya. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep
Energi. Skripsi (hlm. 15).
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Slavin. 2005. “Kelebihan  Dari Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing”
dalam Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media (hlm.
143).
Slavin. 2005. “Kekurangan Dari  Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing” dalam Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa
Media (hlm. 143).
Slavin. 2010. “Tujuan Cooperative Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi (hlm. 13).
Slavin. 2010. “Pengertian Cooperative Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi (hlm. 13).
Sugianto. 2010. “14 Macam Tipe Model Cooperative Learning” dalam
Mustikasari, Lidya. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar