DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar
belakang masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan
masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan
penulisan makalah ........................................................................ 2
D. Manfaat
penulisan makalah ...................................................................... 2
E. Sistematika
penulisan makalah ................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Pengertian
Cooperative Learning.............................................................. 4
B. Tujuan
Cooperative Learning ................................................................... 5
C. Unsur-Unsur
Cooperative Learning ......................................................... 6
D. Tipe-Tipe
Cooperative Learning ............................................................... 7
E. Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing ............................................................................................. 7
F. Kelebihan
Dari Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing ............................................................................... 8
G. Kekurangan
Dari Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Kancing Gemerincing ....................................................................... 9
H. Kaitan
Antara Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Dengan Pembelajaran Matematika............................................................ 9
BAB
III PENUTUP ........................................................................................... 11
A. Kesimpulan
............................................................................................... 11
B. Saran
......................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam
dunia pendidikan banyak teori, cara-cara dan metode pembelajaran yang dapat
diterpakan dalam menyampaikan materi pelajaran dari pendidik kepada peserta
didik seperti cooperative learning, saintifik dan masih banyak lagi. Pembelajaran
kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang. Sejak zaman dahulu kala, para
guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama
dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskusi atau debat kelompok, atau
dalam kegiatan pembelajaran tambahan berkelompok lainnya. Metode ini biasanya
bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat
tertentu saja. Namun demikian, sejak dua puluh tahun yang lalu, telah dilakukan
beberapa penelitian yang signifikan terhadap teknik-teknik lama ini. Untuk
pertama kalinya, strategi pembelajaran kooperatif mulai dikembangkan, bahkan
lebih dari itu mulai dievaluasi dalam berbagai konteks pengajaran yang luas.
Sebagai hasil dari sekian tahun penelitian dan aplikasi praktis dari ratusan
ribu guru, keberadaan metode-metode pembelajaran kooperatif yang efektif ini
sebenarnya hadir untuk berbagai keperluan pengajaran yang ada. Lebih jauh lagi,
terdapat banyak pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap siswa dan
kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk membuat pembelajaran kooperatif yang
efektif, khususnya untuk pencapaian prestasi.
Kini
menjadi mungkin bagi para guru memilih metode yang sesuai dari sekian banyak
metode kooperatif untuk diterapkan pada keperluan yang berbeda, dan untuk
menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai skema pengorganisasian utama dalam
mengajar di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam mata
pelajaran matematika tidak semua bagian
dapat dikerjakan secara perorangan tetapi ada juga yang dapat dikerjakan
secara berkelompok. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif khususnya tipe
kancing gemerincing, diharapkan anak dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Sehingga tidak akan ada lagi anak yang pasif atau tidak ingin
mengungkapkan pemikirannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
terkait latar belakang diatas yaitu:
1. Bagaimana
konsep dari model pembelajaran cooperative
learning tipe kancing gemerincing?
2. Bagaimana
penerapan dari model pembelajaran cooperative
learning tipe kancing gemerincing dalam pembelajaran matematika?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan
masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui dan memahami konsep model pembelajaran
cooperative learning tipe kancing
gemerincing.
2.
Mengetahui dan memahami penerapan dari
model pembelajaran cooperative learning tipe
kancing gemerincing.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun
dengan harapan memberikan keguanaan baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis makalah ini sebagai pengembangan konsep dari model pembelajaran
cooperative learning tipe kancing
gemerincing dalam Matematika di SD. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Penulis,
sebagai wahana penembah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
konsep dari model pembelajaran cooperative
learning tipe kancing gemerincing dan cara menerapkannnya dalam
pembelajaran Matematika di SD.
2. Pembaca,
sebagai media informasi tentang model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing.
E. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan yang
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan yang
berisi pengertian cooperative learning, tujuan cooperative learning,
unsur-unsur cooperative learning, tipe-tipe cooperative learning, model
pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing, kelebihan dari
model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing, kekurangan
dari model pembelajaran cooperative learning tipe kancing gemerincing dan kaitan
antara model kooperatif tipe kancing gemerincing dengan pembelajaran matematika.
Bab III Penutup yang
berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran
sebenarnya merupakan upaya yang dilakukan guru untuk dapat membelajarkan anak
serta merubah perilakunya yang kurang baik menjadi baik. Serangkaian aktivitas
pasti dilakukan anak selama proses pembelajaran. Sudah menjadi tugas guru
sebagai fasilitator dan mediator untuk membuat anak mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya melalui serangkaian aktivitas atau langkah-langkah belajar
yang tercantum pada suatu model.
Cooperative learning
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan aktivitas
belajar anak di dalamnya. Cooperative
learning berangkat dari paham konstruktivisme yang menjunjung tinggi anak
sebagai sentral belajar secara aktif harus mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Selain itu pernyataan bahwa “homo homini
socius” yang artinya manusia adalah makhluk social merupakan falsafah dari
model ini. Melalui model ini, anak
secara berkelompok harus bekerja sama dalam menginternalisasi pengetahuan yang
dipelajari.
Cooperative learning
berasal dari kata cooperative yang
berarti bekerja sama (Isjoni, 2009). Bekerja sama yang dimaksud berarti saling
membantu dalam mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Bertemali dengan
pembelajaran, dalam hal ini anak diminta untuk dapat menyelesaikan suatu
permasalahan dengan anggota kelompoknya yang lain secara bersama-sama agar tujuan
yang hendak dicapai dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Menurut
Lie (2008) mengemukakan bahwa, cooperative
learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak
untuk bekerja sama dengan sesama anak dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam
sistem pembelajaran ini, anak tidak hanya bekerja kelompok secara sembarangan,
namun dalam sistem yang jelas. Sistem yang jelas ini memiliki makna bahwa semua
anak memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, pembagian tugas jelas,
saling mengembangkan diri, tidak saling mendominasi, saling membantu, dan
saling berkontribusi terhadap kelompoknya.
Hal
senada juga dikemukakan oleh Slavin (2010) menyatakan bahwa, cooperative learning adalah pengajaran
bagi anak-anak agar bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lain dalam mempelajari materi mata pelajaran. Dalam hal ini anak
diharapkan saling membantu untuk mengkonstruk pengetahuannya bersama-sama dan
saling menutupi kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada kerja
sama anak dalam suatu kelompok untuk saling membantu dalam mengerjakan
tugas-tugas terstruktur yang diberikan oleh guru. Cooperative learning lebih dari sekadar belajar kelompok karena di
dalamnya ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat interdepedensi efektif
di antara anggota kelompok (Abidin, 2012). Hal ini memungkinkan timbulnya
pemikiran dalam diri anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk berkontribusi
dalam mencapai keberhasilan kelompok.
B. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative
leaning memiliki tujuan pokok untuk membelajarkan anak
secara berkelompok dengan cara saling menghargai pendapat, memiliki rasa
tanggung jawab bersama, dan menumbuhkan sikap sosial bagi diri anak ketika
belajar. Slavin (2010) mengemukakan bahwa, pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan pencapaian prestasi anak, mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan rasa harga diri.
Anak tidak hanya belajar mengembangkan pengetahuan
saja, namun dapat dilatih untuk memiliki sikap sosial yang baik pula terhadap
lingkungan sekitarnya. Lebih dari itu, pembelajaran melalui model ini dapat
meningkatkan hasil belajar anak karena anak secara bergotong-royong membangun
pengetahuannya tidak secara individu. Anak saling berbagi pengetahuan antara
satu dan yang lainnya. Dalam model ini juga memungkinkan anak dapat melakukan
tutor sebaya bagi temannya yang kurang paham. Suasana belajar pun terasa lebih
terbuka dan demokratis. Suasana seperti inilah yang akan membuat anak nyaman
karena lebih bersahabat antara satu dan yang lainnya. Motivasi belajar anak pun
tentu akan meningkat.
C. Unsur-unsur Cooperative Learning
Walaupun
cooperative learning bekerja dalam
kelompok, namun tidak semua kerja kelompok merupakan cooperative learning. Roger dan David (dalam Lie, 2008, hlm. 31)
menyebutkan ada lima unsur yang membedakannya, yakni:
1.
Unsur saling ketergantungan positif
Hal ini menunjukkan bahwa dalam
proses model cooperative learning, anak
memiliki rasa saling ketergantungan satu sama lainnya. Jiwa solidaritas antar
anggotanya muncul. Bila salah satu anggotanya berhasil maka akan saling
berpengaruh juga sebaliknya bila salah satu anggotanya gagal maka yang lain
akan ikut merasa gagal.
2. Tanggungjawab
perseorangan
Cooperative
learning menjadikan anak memiliki tanggung jawab dalam
kelompoknya untuk saling berkontribusi. Anak tidak saling mengandalkan
temannya. Anak merasa tanpa dirinya kelompok tidak akan maju sehingga anak
memiliki kewajiban untuk menjalankan amanahnya tersebut.
3.
Tatap muka
Anak didorong untuk saling bertatap
muka dan berinteraksi satu dengan lainnya sehingga membentuk sinergisitas. Inti
dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, saling menerima kelebihan, dan
kekurangan juga saling mengenal satu sama lain.
4. Komunikasi
antar anggota
Anak dalam kelompoknya didorong
untuk memiliki keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan kelompok bergantung
pula pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan
pendapat. Dalam hal ini, anak seyogyanya dapat belajar untuk berkomunikasi yang
efektif dan santun.
5. Evaluasi
proses kelompok
Agar anak dapat mengetahui keberhasilan
kelompoknya maka secara berkala mereka harus mengadakan evaluasi. Melalui
kegiatan ini, anak mengidentifikasi hasil proses kerja sama mereka dalam
kelompoknya. Sesuatu yang dianggap sudah baik maka mereka dapat mengembangkan
lebih baik lagi. Sedangkan untuk proses yang tidak baiknya dapat mereka
perbaiki sehingga dengan begitu anak
dilatih untuk selalu mengevaluasi diri.
D. Tipe-tipe Cooperative Learning
Menurut
Lie (2008, hlm. 55) dan Sugianto (2010, hlm. 65) model cooperative learning memiliki 14 macam tipe dalam pelaksanaannya,
yakni mencari pasangan (make a match),
bertukar pasangan, think-pair share,
berkirim salam dan soal, number heads
together (NHT), two stay two stray,
keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, inside-outside circle, tari bambu, jigsaw, student team achievement division (STAD), dan bercerita
berpasangan. Salah satu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cooperative learning tipe kancing
gemerincing.
E. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1990. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu dari jenis
metode structural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.
Kancing gemerincing sama dengan istilah talking
chips. Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat berupa benda berwarna yang
ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal
sebagai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. (Kagan, Spencer
and Miguel Kagan, 2009). Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh
benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing,
kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es
krim, dan lain-lain.
Huda (2013, hlm. 142) menyebutkan langkah-langkah
pembelajaran yang ditempuh dalam tipe kancing gemerincing sebagai berikut.
a.
Guru terlebih dahulu mempersiapkan
kancing-kancing dalam beberapa kotak kecil sesuai jumlah kelompok. Kancing
dapat juga diganti dengan kacang merah, sendok es krim, dan potongan sedotan.
b. Guru
membagi anak dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberi satu
kotak kecil yang berisi kancing-kancing.
c. Kancing
dalam kotak tersebut dibagikan ke masing-masing anak dalam kelompoknya dengan
jumlah yang sama. Jumlah kancing yang dibagikan bergantung pada sukar tidaknya
tugas yang diberikan.
d. Guru
memberikan tugas kelompok.
e. Setiap
kali anak mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, menyatakan keraguan, dan
mengemukakan ide-idenya, anak harus menyerahkan satu kancing miliknya dan
meletakkan di tengah-tengah meja kelompoknya.
f. Jika
kancing yang dimiliki seorang anak habis, anak tersebut tidak boleh berbicara
lagi sampai kancing milik temannya juga habis. Tapi walau begitu tetap harus
selalu memantau sampai tugasnya selesai.
g. Jika
semua kancing sudah habis namun tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil
kesempatan untuk membagi-bagikannya kembali dalam jumlah yang sama pula. Ini
dilakukan sampai tugas yang dikerjakan selesai.
Langkah-langkah
pembelajaran model cooperative learning
tipe kancing gemerincing ini lebih menitikberatkan pada pembagian tugas dan
tanggungjawab yang merata dalam setiap kelompoknya. Melalui langkah-langkah
tersebut dapat dibuktikan bahwa model cooperative
learning tipe kancing gemerincing ini mempunyai beberapa keunggulan.
F.
Kelebihan
dari Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing
Menurut
Slavin (2005) kelebihan dari model Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing yaitu:
1.
Saling ketergantungan yang positif.
2.
Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu.
3.
Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas.
4.
Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan.
5.
Terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru.
6. Memiliki
banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi menyenangkan.
G. Kekurangan dari model Pembelajaran
Koperatif Tekhink Kancing Gemerincing
Menurut Slavin (2005) kekurangan
dari model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing yaitu:
1.
Persiapannya memerlukan lebih banyak
tenaga, pikiran dan waktu.
2.
Membutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai.
3.
Kecenderungan topik pembicaraan dapat
menjadi berkembang.
4.
Saat berdiskusi masih ada didominasi
seseorang.
Kelemahan
yang ada pada pembelajaran kooperatif ini lebih bersifat teknis, artinya
hal-hal yang timbul ketika pembelajaran itu akan atau sedang diterapkan. Jika
seseorang guru teliti dan mampu mengatur proses pembelajaran, maka waktu yang
dibutuhkan tidak akan menyita jam mata pelajaran lain serta pembicaraan yang
terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana. Namun untuk masalah biaya yang
dibutuhkan cukup banyak, maka tidak perlu membebankan pada guru dan siswa,
disini sebaiknya pihak sekolah ikut terlibat dalam penyediaan anggaran dana
khususnya bagi pengembangan model-model pembelajaran di sekolah.
H. Kaitan Antara Model Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing Dengan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran koopertif
tipe kancing gemerincing menekankan keaktifan semua anggota kelompok dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan yang mampu meningkatkan produktivitas mereka
dalam pemecahan masalah, dimana mereka saling membantu satu sama lain untuk
mencapai sebuah tujuan yang sama agar prestasi belajar mereka bisa meningkat
secara merata. Di mana sangat ditekankan peran serta dan kontribusi pada
kelompoknya.
Untuk tugas-tugas yang sangat
terstruktur seperti matematika, diskusi jarang dibutuhkan, karena dalam
tugas-tugas seperti ini biasanya sudah terdapat satu jawaban yang benar atau
satu prosedur khusus yang harus diikuti. Akan tetapi walaupun pembelajaran
matematika yang bersifat terstruktur tetap bisa menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing bergantung sejauh mana guru mampu membantu
siswa memahami jenis bantuan seperti apa yang mereka perlukan untuk mengerjakan
tugas-tugas semacam itu dalam kelompok.
Mengingat pembelajaran
kooperatif dikembangkan dari teori konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk
mengembangkan pengetahuan awal mereka secara mandiri agar terjadi pembelajaran
yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pembelajaran matematika yang pada
dasarnya adalah penanaman konsep. Dimana dituntut pula pembelajaran yang
bermakna agar konsep matematika itu sendiri dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cooperative
learning adalah pembelajaran yang menekankan pada kerja sama
anak dalam suatu kelompok untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas-tugas
terstruktur yang diberikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pertama kali dikembangkan oleh
Spencer Kagan pada tahun 1990. Tipe kancing gemerincing merupakan salah satu
dari jenis metode structural, yaitu metode yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Pembelajaran
koopertif tipe kancing gemerincing menekankan keaktifan semua anggota kelompok
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang mampu meningkatkan produktivitas
mereka dalam pemecahan masalah, dimana mereka saling membantu satu sama lain
untuk mencapai sebuah tujuan yang sama agar prestasi belajar mereka bisa
meningkat secara merata. Di mana sangat ditekankan peran serta dan kontribusi
pada kelompoknya.
B. Saran
Sejalan
dengan kesimpulan diatas, penyusun merumuskan saran sebagai berikut.
1. Guru
hendaknya menguasai konsep cooperative learning tipe kancing gemerincing.
2. Guru
hendaknya mengetahui cara mengimplementasikan cooperative learning tipe kancing
gemerincing dalam seluruh mata pelajaran di SD khususnya dalam matapelajaran
matematika.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin. 2012. “Pengertian Cooperative
Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative
Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi
(hlm. 13).
Huda. 2013. “Langkah-langkah
pembelajaran Tipe Kancing Gemerincing” dalam
Mustikasari, Lidya.
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar
Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 15).
Huda. 2013. “Model Cooperative Learning
Tipe Kancing Gemerincing” dalam
Mustikasari, Lidya.
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar
Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 16).
Isjoni. 2009. “Pengertian Cooperative
Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative
Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi
(hlm. 12).
Kagan, Spencer and Miguel Kagan. (2009).
Kagan Cooperative Learning. San
Clemente:
Kagan Publishing.
Kagan, Spencer and Miguel Kagan. 2009.
“Istilah Talking Chips Di Indonesia”.
Kagan
Cooperative Learning. Kagan Publishing (hlm. 17.7)
Lie. 2008. “Pengertian Cooperative
Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative
Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi
(hlm. 13).
Lie. 2008. “14 Macam Tipe Model
Cooperative Learning” dalam
Mustikasari, Lidya.
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar
Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 15).
Mustikasari, Lidya. (2015). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing
Gemerincing Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Anak Pada
Konsep Energi. (Skripsi).
Roger dan David. 2008. “Unsur-unsur
Cooperative Learning” dalam Mustikasari,
Lidya. Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep
Energi.
Skripsi (hlm. 15).
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik.
Bandung:
Nusa Media.
Slavin. 2005. “Kelebihan Dari Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing”
dalam Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media (hlm.
143).
Slavin. 2005. “Kekurangan Dari Cooperative Learning Tipe Kancing
Gemerincing” dalam Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa
Media
(hlm. 143).
Slavin. 2010. “Tujuan Cooperative
Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative
Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi
(hlm. 13).
Slavin. 2010. “Pengertian Cooperative
Learning” Mustikasari, Lidya. Penerapan
Model Cooperative
Learning Tipe Kancing Gemerincing Untuk
Mengembangkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Anak Pada Konsep Energi.
Skripsi
(hlm. 13).
Sugianto. 2010. “14 Macam Tipe Model
Cooperative Learning” dalam
Mustikasari, Lidya.
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Kancing Gemerincing
Untuk Mengembangkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar
Anak Pada Konsep Energi. Skripsi (hlm. 16).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar