BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
pada hakikatnya adalah adanya perubahan, dari yang asalnya tidak tahu menjadi
tahu yang dilakukan secara sadar dari kedua belah pihak yaitu pendidik dan
peserta didik. Dalam pengertian sederhana, belajar sering diartikan sebagai
perolehan pengetahuan, belajar merupakan pemerolehan berbagai kecakapan,
keterampilan dan sikap. Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang
dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model perseptual (perseptual model). Menurut teori belajar
ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut
kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan
persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan
tingkah laku. Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling
berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.
Karena
teori ini lebih menekankan kebermaknaan keseluruhan sesuatu dari pada
bagian-bagian, maka belajar dipandang sebagai proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses
belajar disini mencakup antara lain pengetahuan stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk didalam pikiran
seseorang berdasarkan pengalamannya.
Berkaitan
dengan teori kognitif, dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori-teori
belajar menurut para ahli yang mendukung teori kognitif dan berbagai aplikasinya
dalam pembelajaran bidang studi di sekolah dasar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaiman
teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya dalam berbagai bidang
studi?
2. Bagaiman
teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan aplikasinya dalam berbagai
bidang studi?
3. Bagaiman
teori belajar kognitif menurut Vigotsky dan aplikasinya dalam berbagai bidang
studi?
4. Bagaiman
teori belajar kognitif menurut John Dewey dan aplikasinya dalam berbagai bidang
studi?
5. Bagaiman
teori belajar kognitif menurut Kohler dan aplikasinya dalam berbagai bidang
studi?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
dan memahami teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya dalam
berbagai bidang studi.
2. Mengetahui
dan memahami teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan aplikasinya dalam
berbagai bidang studi.
3. Mengetahui
dan memahami teori belajar kognitif menurut Vigotsky dan aplikasinya dalam
berbagai bidang studi..
4. Mengetahui
dan memahami teori belajar kognitif menurut John Dewey dan aplikasinya dalam
berbagai bidang studi.
5. Mengetahui
dan memahami teori belajar kognitif menurut Kohler dan aplikasinya dalam
berbagai bidang studi.
D.
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini terdiri dari:
Bab I PENDAHULUAN. Dalam BAB ini terdiri dari
beberapa subbab, yaitu latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II PEMBAHASAN. BAB ini terdiri dari poin-poin
pokok makalah, yaitu teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya
dalam berbagai bidang studi, teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan
aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar kognitif menurut Vigotsy
dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar menurut John Dewey
dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar menurut Kohler dan
aplikasinya dalam berbagai bidang studi.
Bab III PENUTUP. Di dalam BAB ini terdiri dari dua
subbab yaitu kesimpulan dan saran dari bahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Toeri Belajar Kognitif Menurut Kurt Lewin dan Aplikasinya dalam
Berbagai Bidang Studi
1.
Teori Belajar Kurt
Lewin
2.
Aplikasi Teori
Belajar Kurt Lewin dalam Berbagai Bidang Studi
B.
Toeri Belajar Kognitif Menurut B. S. Bloom dan Aplikasinya dalam
Berbagai Bidang Studi
1.
Teori Belajar
B.S. Bloom
Benjamin S. Bloom lahir pada 21
februari 1913 di Lansford Pennsylvania, dan meninggal pada tanggal 13 September
1999. Dia menerima gelar sarjana dan gelar master dari Pennsylvania State
University pada tahun 1935 dan Ph.D. Pendidikan dari University of Chicago
Maret 1942. Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di University of
Chicagopada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959. Ia juga adalah seorang guru,
penasihat pendidikan dan psikologi pendidikan.
Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson
mantan siswa Bloom bekerja sama dengan salah satu mitra Bloom yaitu David
Krathwohl menulis A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). Mereka adalah
orang- orang yang ahli di bidang psikologi kognitif, kurikulum dan pengajaran,
dan pendidikan pengujian, pengukuran, dan penilaian.
a.
Kajian Taksonomi Bloom
Taksonomi
berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan
nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi
berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat
diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Konsep Taksonomi Bloom
dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang
pendidikan. Taksonomi Bloom
merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap
domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1) Cognitive
Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Meliputi
fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas
2) Affective
Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3)
Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor) berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan. Berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin.
Konsep
tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan
dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom, dalam revisi
ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke
yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep
terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin
memasukan kategori baru yaitu creating yang
sebelumnya tidak ada.
b.
Revisi Taksonomi Bloom
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi
proses kognitif terdiri atas enam tingkatan sesuai dengan kemampuan hasil belajar
yang tersusun dari tingkatan terendah (C1)sampai dengan tingkatan tertinggi
(C6). Ranah kognitif tersebut:
1) Remember (Mengingat)
Mengingat adalah kemampuan
mengeluarkan/ menuangkan kembali memperoleh
kembaliinformasi atau pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Mengingatterdiri
dari mengenali informasi yang sudah tersimpan sebelumnya atau mengidentifikasi
kembali saat adanya petunjuk ingatan (pertanyaan). Kategori
Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing
(mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a)
Recognizing
(mengenal kembali).
Recognizing adalah memperoleh
kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian
membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa
mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir
sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru,
siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang
sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b) Recalling
(mengingat)
Recalling adalah memperoleh
kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon
suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah
pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam
memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana
informasi ini dapat diproses.
2) Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna
dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan
antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu.
Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan),
Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan),
Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing (membandingkan),
dan Explaining (menjelaskan)
a)
Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan siswa
untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting
dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat,
kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b)
Exemplifying (memberi
contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa
untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying
dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep
umum.
c)
Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa
mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying
dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa
ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu.
Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk
mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus
dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d) Summarizing
(menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing
ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang
disampaikan atau topik secara umum.
e)
Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari
pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring
jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian
dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing
contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh
tersebut.
f)
Comparing (membandingkan)
Comparing adalah kemampuan
menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing
dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang
satu dengan objek yang lain.
g)
Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan
merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang
memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar
bagian dalam suatu sistem.
3) Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan
prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga
siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses
kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing)
a)
Executing
(melakukan)
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang
sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang
sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa
yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan
masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill
dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih
berurutan 2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan
diperoleh juga pasti benar.
b)
Implementing
(menerapkan)
Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan
prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa
harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur
yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing
berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create.
Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui
prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan
digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang
dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada
skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin
lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berurutan, karena
itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal.
Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4) Analyze
(Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu
kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya.
Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi
bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis,
seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola
atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan
akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan
membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan
memberi simbol (Attributing)
a)
Differentiating
(membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian
dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b)
Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi
unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c)
Attributing
(Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan siswa
untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu
masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang
lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
5) Evaluate
(Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah
menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar
digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a) Checking
(mengecek)
Cheking adalah kemampuan untuk
mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil.
mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b) Critiquing
(mengkritik)
Critique adalah kemampuan
memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu.
mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan
suatu masalah mendekati jawaban yang benar.
6) Create
(Berkreasi)
Create didefinisikan
sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari
sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa
elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu
bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika
dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam
bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create
umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah
mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami
soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana
siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan
pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena
itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang
berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam
sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating).
Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan
metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning).
Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing).
2.
Aplikasi Teori
Belajar B.S. Bloom dalam Berbagai Bidang Studi
a.
Bidang studi
IPA
Dalam bidang studi IPA di kelas 5 semester 1 terdapat pembelajaran
mengenai Sistem Pencernaan Manusia. Dalam hal ini, anak diberikan
latihan-latihan dalam bentuk soal-soal yang diaplikasikan sesuai dengan tahapan
ranah kognitif taksonomi Bloom.
1) Mengingat Pengetahuan (Remember)/ C1
Contoh
evaluasi kemampuan mengingat pengetahuan berupa soal adalah:
Pencernaan
makanan pertama kali dilakukan oleh ............
a. Hidung c. Lambung
b. Mulut d. Usus
2)
Pemahaman (Understanding)/ C2
Contoh
evaluasi pemahaman dalam pembelajaran : Bagaimanakah proses pencernaan makanan
di dalam mulut? Jelaskan!
3)
Penerapan (Apply) / C3
Contoh evaluasi kemampuan penerapan:
a)
Siswa melakukan percobaan memakan biskuit. Lalu merasakan
biskuittersebut ketika proses pencernaan di dalam mulut. Tuliskan
bagaimana prosesnya! Apa saja yang terjadi pada mulutmu saat makan
biskuit!
4)
Analisis (Analize) / C4
Contoh evaluasi kemampuan analisis adalah:
Amati contoh penyakit berikut ini, lalu kelompokkan
penyakittersebut berdasarkan golongan penyakitnya!
a.Gondok d. Sembelit
b. Asma e.
Katarak
c. Polip f. bronkitis
Penyakit
Pencernaan
|
Penyakit
Pernapasan
|
5)
Mengevaluasi (Evaluate) / C5
Contoh kemampuan mengevaluasi: Yudi menghitung detak
jantungnya sendiri sebelum melakukan aktifitas dan setelah melakukan aktifitas.
Sebelum melakukan aktifitas, detak jantungnya adalah 68 kali/ menit
sedangkan setelah aktifitas berlari detak jantungnya berubah menjadi 70 kali/ menit.
Ujilah percobaan yang telah dilakukan Yudi. Lakukan kegiatan seperti apa yang
telah dilakukan Yudi. Lalu catatlah hasilnya. Apakah ada perubahan?
6)
Mencipta (Create) / C6
Contoh kemampuan mencipta :Penyakit diare adalah
penyakit yang disebabkan karena penyebab tertentu.Buatlah obat tradisional
dengan menggunakan bahan tradisional untuk mengobati penyakit tersebut
dengan takaran yang sesuai pada buku obat.
b.
Bidang Studi Matematika
Beberapa
diantaranya contoh penerapan taksonomi Bloom Revisi dalam pembelajaran
matematika di kelas IV sekolah dasar semester 1:
1)
Mengingat
Buatlah
daftar jenis makanan dan minuman yang dapat kamu beli dengan harga Rp 500, Rp
5.000, dan Rp 20.000.
2)
Memahami
Jelaskan
besaran uang rupiah yang dapat digunakan untuk membayar barang-barang tersebut.
3)
Menerapkan
Hitunglah
kembalian yang kamu terima jika uangmu Rp 1.000, Rp 10.000 atau Rp 20.000 untuk
makanan/minuman yang kamu beli.
4)
Menganalisa
Tentukan dan
catat operasi hitung apa yang kamu gunakan untuk menghitung kembalian
tersebut.?
5)
Mengevaluasi
Kriteria apa
yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah jawabanmu benar atau salah?
6)
Menciptakan
Buatlah
daftar pesanan makanan yang terdiri dari 3 macam makanan yang harganya
mendekati atau seharga Rp 2.500, Rp 7.500 dan Rp 25.000. Hitung harga total
pesananmu ! jika kamu diberikan uang sebesar Rp 50.000, hitung uang
kembaliannya!
C.
Toeri Belajar Kognitif Menurut Vigotsky dan Aplikasinya dalam
Berbagai Bidang Studi
1.
Teori Belajar Vigotsky
Nama lengkapnya adalah Lev
Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,
tepatnya pada pada 17 November 1896, dan berkuturunan Yahudi. Ia tertarik
pada psikologi saat berusia 28 tahun.
Inti teori Vygotsky adalah
menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran
dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky,
fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam
konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa
bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu
berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal
development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat
kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
a.
Konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat
pada tiga hal:
1)
Hukum Genetik tentang
Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan
tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya
dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2)
Zona Perkembangan Proksimal
(Zone of
Proximal Development)
Meskipun
pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang
jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan
antara actual development dan potential development pada anak. Actual
development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah
petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
3)
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda
maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis.
Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan
ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang
mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan self
evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan
media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan
dengan konsep spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Vygotsky lebih menekankan pada peran
aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky
memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak
mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, teori
perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya
mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami
kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan
perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam
pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat
dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. Pengetahuan tersebut terbagi
menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas,
tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan
yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan
sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian
spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Teori
Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu
istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak
melalui Zone of proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan
kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat
mandiri.
b.
Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi
belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)
Walaupun anak tetap
dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap
kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam
Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama
melalui ZPD.
2)
Secara khusus
Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh
penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3)
Gagasan tentang
kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman
sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak
tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak
lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu
sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain
dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
2.
Aplikasi Teori Belajar Vigotsky dalam Berbagai Bidang Studi
a.
Bidang Studi
Matematika
Dalam
pembelajaran matematika di kelas 3 semester 1 kurikulum KTSP terdapat
pembelajaran mengenai Pengenalan Nilai Mata Uang, yakni berbagai nilai mata
uang logam dan kertas, serta kesetaraan nilai mata uang.
Aplikasi
dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)
Guru
menggunakan model pembelajaran cooperative
learning, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen,
satu kelompok terdapat 2-4 orang.
2)
Guru membagikan
uang mainan logam dan kertas kepada masing-masing kelompok secara acak.
3)
Siswa diminta
untuk menyebutkan berapa nilai mata uang yang mereka peroleh, dengan
menggunakan teknik tanya jawab.
4)
Guru membimbing
dan menyamakan persepsi bersama dengan siswa tentang kebenaran nilai mata uang
logam dan kertas yang mereka peroleh dan kesetaraannya.
5)
Dari
masing-masing kelompok, siswa diminta untuk maju kedepan dan mendemonstrasikan
percakapan penukaran uang logam dengan kertas, sehingga terbangun pengetahuan
dan pemahaman melalui interaksi.
b.
Bidang Studi
IPA
Dalam
pembelajaran IPA di kelas 3 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran
mengenai Ciri-Ciri Makhluk Hidup, dimana siswa dapat mengidentifikasikan
ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan
pada makhluk hidup.
Aplikasi
dalam pembelajaran sesuai teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)
Guru
menggunakan model pembelajaran interaktif, dengan metode mengamati, mencoba,
tanya jawab dan diskusi.
2)
Guru
memperlihatkan seekor katak dalam toples dan boneka katak. Guru bertanya “Siapa
yang mau pegang?”. “Mengapa kamu pilih yang ini?”. “Apa bedanya yang ini dengan
yang didalam toples?”. “Dari mana kamu tahu kalau yang ini asli dan yang ini
mainan?”.
Siswa diminta
untuk mencatat jawaban masing-masing pada buku catatan.
3)
Guru bertanya
“Apakah kamu tahu perbedaan asli dan mainan?”. “Nah, apa saja yang kamu ingin ketahui?”
4)
Siswa diminta
untuk menyusun pertanyaan dan menyelidikinya dengan panduan LKS secara
berkelompok.
5)
Siswa dipandu
oleh guru mendiskusikan hasil penyelidikannya dan membandingkannya dengan
jawaban pada pengetahuan awal mereka. Setelah menyelesaikan diskusi kelas,
siswa diajak untuk menyimpulkan pembelajaran menjadi suatu konsep baru.
6)
Sebagai
refleksi, berikan tugas pada siswa untuk mencatat nama-nama makhluk hidup dan
benda mati yang ada disekitar sekolah.
c.
Bidang Studi B.
Indonesia
Dalam
pembelajaran B. Indonesia di kelas 5 semester 1 kurikulum KTSP terdapat
pembelajaran mengenai keterampilan berbicara, dengan tema Wawancara. Dimana
siswa dapat mengembangkan keterampilan berbicara melalui interaksi dengan
narasumber melalui wawancara sederhana.
Aplikasi
dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)
Guru
menggunakan model pembelajaran kontruktivisme, dimana anak memperoleh
pengetahuannya sendiri melalui wawancara sederhana dengan narasumber untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2)
Guru meminta
siswa untuk menentukan narasumber di lingkungan sekitar untuk diwawancarai
berdasarkan pekerjaan narasumber. Misalnya petani, pedagang, penjahit, dan
sebagainya.
3)
Siswa diminta
untuk menyusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada narasumber dengan
bahasa yang sopan dan santun.
4)
Siswa diminta
untuk mempersiapkan alat pencatat atau alat perekam untuk mencatat dan merekam
hasil wawancara.
5)
Setelah
melakukan wawancara, siswa diminta untuk menyampaikan laporan hasil
wawancaranya didepan kelas.
d.
Bidang Studi
IPS
Dalam
pembelajaran IPS di kelas 5 semester 2 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai
Peristiwa Sekitar Proklamasi, dimana siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa
sekitar proklamasi dan mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat serta menumbuhkan
sikap menghargai jasa pahlawan
Aplikasi
dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)
Guru
menggunakan model pembelajaran bermain peran (roll playing) dengan membagi siswa menjadi dua kelompok besar,
yakni kelompok yang berperan dalam peristiwa Rengasdengklok dan kelompok yang
berperan dalam peristiwa proklamasi.
2)
Siswa yang mendapatkan
kelompok peristiwa Rengasdengklok, berperan sebagai tokoh-tokoh dalam peristiwa
tersebut begitupun sebaliknya dengan panduan guru.
3)
Siswa diminta
untuk membuat naskah dialog sesuai dengan bahasanya sendiri dengan panduan
guru.
4)
Setelah melakukan
drama, siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari
dari peristiwa sekitar proklamasi dan bagaimana menumbuhkan sikap menghargai
jasa pahlawan.
e.
Bidang Studi
PKN
Dalam
pembelajaran PKN di kelas 6 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai
Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam pembelajaran tersebut, siswa dapat
mengetahui proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
Aplikasi
dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)
Guru menggunakan
model pembelajaran simulasi, dimana siswa diminta untuk mengsimulasikan proses
pemilu dan pilkada. Dengan penjelasan sebelumnya dan panduan guru, siswa
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar.
2)
Guru menyiapkan
media yang mendukung simulasi, seperti tempat pemungutan suara, tong
penyimpanan suara, tinta dan sebagainya.
3)
Setelah
simulasi dilakukan, berikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berkomentar
mengenai proses pemilu dan pilkada.
4)
Guru
bersama-bersama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
4)
Toeri Belajar Kognitif Menurut John Dewey dan Aplikasinya dalam
Berbagai Bidang Studi
1.
Teori Belajar
John Dewey
2.
Aplikasi Teori
Belajar John Dewey dalam Berbagai Bidang Studi
5)
Toeri Belajar Kognitif Menurut Kohler dan Aplikasinya dalam
Berbagai Bidang Studi
1.
Teori Belajar
Kohler
2.
Aplikasi Teori
Belajar Kohler dalam Berbagai Bidang Studi
DAFTAR PUSTAKA
Aenurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Anjani, Vivie. 2012. Teori Belajar Menurut Para Ahli.
[Online]. Tersedia: http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-menurut-para-ahli.html. [12
Februari 2015].
Arifin, Mulyati, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkunganku.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Chiry. 2013.Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli.
[Online]. Tersedia: http://crhiry.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-kognitif-menurut-para-ahli.html. [12
Februari 2015].
Dewi, Ressi, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Fajriyah,
Nur, dkk.. 2008. Cerdas Berhitung
Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Habibie, Rhufie.
2013. Perbedaan Teori Vigotsky dan Piaget.
[Online]. Tersedia: http://rhufie-habibie.blogspot.com/2013/11/perbedaan-teori-vygotsky-dan-piaget.html.
[12
Februari 2015].
Kholil, Anwar. 2009. Teori yang Melandasi Pembelajaran Sains.
[Online]. Tersedia: http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-yang-melandasi-pembelajaran-sains.html. [12
Februari 2015].
Nuraeni, Umri, dkk..
2008. B. Indonesia. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Nasional.
Purwanto, Ngalim. 2011.
Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syamsiyah, Siti, dkk..
2008. Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo,
Ari, dkk. 2010. Pendidikan IPA di SD.
Bandung: UPI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar