Selasa, 01 November 2016

TEORI BELAJAR KOGNITIF



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah adanya perubahan, dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu yang dilakukan secara sadar dari kedua belah pihak yaitu pendidik dan peserta didik. Dalam pengertian sederhana, belajar sering diartikan sebagai perolehan pengetahuan, belajar merupakan pemerolehan berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif (cognitive model) atau model perseptual (perseptual model). Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Teori ini menekankan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.
Karena teori ini lebih menekankan kebermaknaan keseluruhan sesuatu dari pada bagian-bagian, maka belajar dipandang sebagai proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses belajar disini mencakup antara lain pengetahuan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan pengalamannya.
Berkaitan dengan teori kognitif, dalam makalah ini akan dibahas mengenai teori-teori belajar menurut para ahli yang mendukung teori kognitif dan berbagai aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi di sekolah dasar.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaiman teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi?
2.      Bagaiman teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi?
3.      Bagaiman teori belajar kognitif menurut Vigotsky dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi?
4.      Bagaiman teori belajar kognitif menurut John Dewey dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi?
5.      Bagaiman teori belajar kognitif menurut Kohler dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi.
2.      Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi.
3.      Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif menurut Vigotsky dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi..
4.      Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif menurut John Dewey dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi.
5.      Mengetahui dan memahami teori belajar kognitif menurut Kohler dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi.

D.      Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari:
Bab I PENDAHULUAN. Dalam BAB ini terdiri dari beberapa subbab, yaitu  latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II PEMBAHASAN. BAB ini terdiri dari poin-poin pokok makalah, yaitu teori belajar kognitif menurut Kurt Lewin dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar kognitif menurut B. S. Bloom dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar kognitif menurut Vigotsy dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar menurut John Dewey dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi, teori belajar menurut Kohler dan aplikasinya dalam berbagai bidang studi.
Bab III PENUTUP. Di dalam BAB ini terdiri dari dua subbab yaitu kesimpulan dan saran dari bahasan. 


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Toeri Belajar Kognitif Menurut Kurt Lewin dan Aplikasinya dalam Berbagai Bidang Studi
1.      Teori Belajar Kurt Lewin
2.      Aplikasi Teori Belajar Kurt Lewin dalam Berbagai Bidang Studi
B.       Toeri Belajar Kognitif Menurut B. S. Bloom dan Aplikasinya dalam Berbagai Bidang Studi
1.      Teori Belajar B.S. Bloom
Benjamin S. Bloom lahir pada 21 februari 1913 di Lansford Pennsylvania, dan meninggal pada tanggal 13 September 1999. Dia menerima gelar sarjana dan gelar master dari Pennsylvania State University pada tahun 1935 dan Ph.D. Pendidikan dari University of Chicago Maret 1942. Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di University of Chicagopada tahun 1940 dan bertugas sampai 1959. Ia juga adalah seorang guru, penasihat pendidikan dan psikologi pendidikan.
Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson mantan siswa Bloom bekerja sama dengan salah satu mitra Bloom yaitu David Krathwohl menulis A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). Mereka adalah orang- orang yang ahli di bidang psikologi kognitif, kurikulum dan pengajaran, dan pendidikan pengujian, pengukuran, dan penilaian.

a.    Kajian Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang  berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1)   Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas
2)   Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3)   Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan. Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Konsep  tersebut  mengalami  perbaikan  seiring  dengan perkembangan  dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom, dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak   berubah  jumlahnya  karena  Lorin  memasukan  kategori  baru   yaitu   creating   yang sebelumnya tidak ada.
b.    Revisi Taksonomi Bloom
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif terdiri atas enam tingkatan sesuai dengan kemampuan hasil belajar yang tersusun dari tingkatan terendah (C1)sampai dengan tingkatan tertinggi (C6). Ranah kognitif tersebut:
1)   Remember (Mengingat)
Mengingat adalah kemampuan mengeluarkan/ menuangkan kembali memperoleh kembaliinformasi atau pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Mengingatterdiri dari mengenali informasi yang sudah tersimpan sebelumnya atau mengidentifikasi kembali saat adanya petunjuk ingatan (pertanyaan). Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a)    Recognizing (mengenal kembali).
Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b)   Recalling (mengingat)
Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2)   Understand (Memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)
a)        Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b)        Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
c)        Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori.  Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d)       Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e)        Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.
f)         Comparing (membandingkan)
Comparing  adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g)        Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
3)   Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing)
a)        Executing (melakukan)
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.
b)        Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4)   Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
a)        Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b)        Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c)        Attributing (Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.

5)   Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a)    Checking (mengecek)
Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b)   Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar.
6)   Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing).
2.      Aplikasi Teori Belajar B.S. Bloom dalam Berbagai Bidang Studi
a.       Bidang studi IPA
Dalam bidang studi IPA di kelas 5 semester 1 terdapat pembelajaran mengenai Sistem Pencernaan Manusia. Dalam hal ini, anak diberikan latihan-latihan dalam bentuk soal-soal yang diaplikasikan sesuai dengan tahapan ranah kognitif taksonomi Bloom.
1)      Mengingat Pengetahuan (Remember)/ C1
Contoh evaluasi kemampuan mengingat pengetahuan berupa soal adalah:
Pencernaan makanan pertama kali dilakukan oleh ............
a. Hidung              c. Lambung 
b. Mulut                d. Usus
2)      Pemahaman (Understanding)/ C2
Contoh evaluasi pemahaman dalam pembelajaran : Bagaimanakah proses pencernaan makanan di dalam mulut? Jelaskan!
3)      Penerapan (Apply) / C3
Contoh evaluasi kemampuan penerapan:
a)      Siswa melakukan percobaan memakan biskuit. Lalu merasakan biskuittersebut ketika proses pencernaan di dalam mulut. Tuliskan bagaimana prosesnya! Apa saja yang terjadi pada mulutmu saat makan biskuit!
4)      Analisis (Analize) / C4
Contoh evaluasi kemampuan analisis adalah:
Amati contoh penyakit berikut ini, lalu kelompokkan penyakittersebut berdasarkan golongan penyakitnya!
a.Gondok       d. Sembelit  
b. Asma          e. Katarak 
c. Polip            f. bronkitis
Penyakit Pencernaan
Penyakit Pernapasan



5)      Mengevaluasi (Evaluate) / C5
Contoh kemampuan mengevaluasi: Yudi menghitung detak jantungnya sendiri sebelum melakukan aktifitas dan setelah melakukan aktifitas. Sebelum melakukan aktifitas, detak  jantungnya adalah 68 kali/ menit sedangkan setelah aktifitas berlari detak jantungnya berubah menjadi 70 kali/ menit. Ujilah percobaan yang telah dilakukan Yudi. Lakukan kegiatan seperti apa yang telah dilakukan Yudi. Lalu catatlah hasilnya. Apakah ada perubahan?
6)      Mencipta (Create) / C6
Contoh kemampuan mencipta :Penyakit diare adalah penyakit yang disebabkan karena penyebab tertentu.Buatlah obat tradisional dengan menggunakan bahan tradisional untuk mengobati penyakit tersebut dengan takaran yang sesuai pada buku obat.
b.      Bidang Studi Matematika
Beberapa diantaranya contoh penerapan taksonomi Bloom Revisi dalam pembelajaran matematika di kelas IV sekolah dasar semester 1:
1)        Mengingat
Buatlah daftar jenis makanan dan minuman yang dapat kamu beli dengan harga Rp 500, Rp 5.000, dan Rp 20.000.
2)        Memahami
Jelaskan besaran uang rupiah yang dapat digunakan untuk membayar barang-barang tersebut.
3)        Menerapkan
Hitunglah kembalian yang kamu terima jika uangmu Rp 1.000, Rp 10.000 atau Rp 20.000 untuk makanan/minuman yang kamu beli. 
4)        Menganalisa
Tentukan dan catat operasi hitung apa yang kamu gunakan untuk menghitung kembalian tersebut.?
5)        Mengevaluasi
Kriteria apa yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah jawabanmu benar atau salah?
6)        Menciptakan
Buatlah daftar pesanan makanan yang terdiri dari 3 macam makanan yang harganya mendekati atau seharga Rp 2.500, Rp 7.500 dan Rp 25.000. Hitung harga total pesananmu ! jika kamu diberikan uang sebesar Rp 50.000, hitung uang kembaliannya!

C.      Toeri Belajar Kognitif Menurut Vigotsky dan Aplikasinya dalam Berbagai Bidang Studi
1.      Teori Belajar Vigotsky
Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia, tepatnya pada pada 17 November 1896, dan  berkuturunan Yahudi. Ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun.
Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
a.       Konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:
1)      Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2)      Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)
            Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
3)      Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).
Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.
Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
b.      Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)      Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui  ZPD.
2)      Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3)      Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.

2.      Aplikasi Teori Belajar Vigotsky dalam Berbagai Bidang Studi
a.       Bidang Studi Matematika
Dalam pembelajaran matematika di kelas 3 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai Pengenalan Nilai Mata Uang, yakni berbagai nilai mata uang logam dan kertas, serta kesetaraan nilai mata uang.
Aplikasi dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)      Guru menggunakan model pembelajaran cooperative learning, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, satu kelompok terdapat 2-4 orang.
2)      Guru membagikan uang mainan logam dan kertas kepada masing-masing kelompok secara acak.
3)      Siswa diminta untuk menyebutkan berapa nilai mata uang yang mereka peroleh, dengan menggunakan teknik tanya jawab.
4)      Guru membimbing dan menyamakan persepsi bersama dengan siswa tentang kebenaran nilai mata uang logam dan kertas yang mereka peroleh dan kesetaraannya.
5)      Dari masing-masing kelompok, siswa diminta untuk maju kedepan dan mendemonstrasikan percakapan penukaran uang logam dengan kertas, sehingga terbangun pengetahuan dan pemahaman melalui interaksi.
b.      Bidang Studi IPA
Dalam pembelajaran IPA di kelas 3 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai Ciri-Ciri Makhluk Hidup, dimana siswa dapat mengidentifikasikan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup.
Aplikasi dalam pembelajaran sesuai teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)      Guru menggunakan model pembelajaran interaktif, dengan metode mengamati, mencoba, tanya jawab dan diskusi.
2)      Guru memperlihatkan seekor katak dalam toples dan boneka katak. Guru bertanya “Siapa yang mau pegang?”. “Mengapa kamu pilih yang ini?”. “Apa bedanya yang ini dengan yang didalam toples?”. “Dari mana kamu tahu kalau yang ini asli dan yang ini mainan?”.
Siswa diminta untuk mencatat jawaban masing-masing pada buku catatan.
3)      Guru bertanya “Apakah kamu tahu perbedaan asli dan mainan?”. “Nah, apa saja yang kamu ingin ketahui?”
4)      Siswa diminta untuk menyusun pertanyaan dan menyelidikinya dengan panduan LKS secara berkelompok.
5)      Siswa dipandu oleh guru mendiskusikan hasil penyelidikannya dan membandingkannya dengan jawaban pada pengetahuan awal mereka. Setelah menyelesaikan diskusi kelas, siswa diajak untuk menyimpulkan pembelajaran menjadi suatu konsep baru.
6)      Sebagai refleksi, berikan tugas pada siswa untuk mencatat nama-nama makhluk hidup dan benda mati yang ada disekitar sekolah.
c.       Bidang Studi B. Indonesia
Dalam pembelajaran B. Indonesia di kelas 5 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai keterampilan berbicara, dengan tema Wawancara. Dimana siswa dapat mengembangkan keterampilan berbicara melalui interaksi dengan narasumber melalui wawancara sederhana.
Aplikasi dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)      Guru menggunakan model pembelajaran kontruktivisme, dimana anak memperoleh pengetahuannya sendiri melalui wawancara sederhana dengan narasumber untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2)      Guru meminta siswa untuk menentukan narasumber di lingkungan sekitar untuk diwawancarai berdasarkan pekerjaan narasumber. Misalnya petani, pedagang, penjahit, dan sebagainya.
3)      Siswa diminta untuk menyusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada narasumber dengan bahasa yang sopan dan santun.
4)      Siswa diminta untuk mempersiapkan alat pencatat atau alat perekam untuk mencatat dan merekam hasil wawancara.
5)      Setelah melakukan wawancara, siswa diminta untuk menyampaikan laporan hasil wawancaranya didepan kelas.
d.      Bidang Studi IPS
Dalam pembelajaran IPS di kelas 5 semester 2 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi, dimana siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan mengetahui tokoh-tokoh yang terlibat serta menumbuhkan sikap menghargai jasa pahlawan
Aplikasi dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)      Guru menggunakan model pembelajaran bermain peran (roll playing) dengan membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok yang berperan dalam peristiwa Rengasdengklok dan kelompok yang berperan dalam peristiwa proklamasi.
2)      Siswa yang mendapatkan kelompok peristiwa Rengasdengklok, berperan sebagai tokoh-tokoh dalam peristiwa tersebut begitupun sebaliknya dengan panduan guru.
3)      Siswa diminta untuk membuat naskah dialog sesuai dengan bahasanya sendiri dengan panduan guru.
4)      Setelah melakukan drama, siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari dari peristiwa sekitar proklamasi dan bagaimana menumbuhkan sikap menghargai jasa pahlawan.
e.       Bidang Studi PKN
Dalam pembelajaran PKN di kelas 6 semester 1 kurikulum KTSP terdapat pembelajaran mengenai Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam pembelajaran tersebut, siswa dapat mengetahui proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
Aplikasi dalam pembelajaran sesuai dengan teori Vigotsky adalah sebagai berikut:
1)      Guru menggunakan model pembelajaran simulasi, dimana siswa diminta untuk mengsimulasikan proses pemilu dan pilkada. Dengan penjelasan sebelumnya dan panduan guru, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar.
2)      Guru menyiapkan media yang mendukung simulasi, seperti tempat pemungutan suara, tong penyimpanan suara, tinta dan sebagainya.
3)      Setelah simulasi dilakukan, berikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berkomentar mengenai proses pemilu dan pilkada.
4)      Guru bersama-bersama dengan siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
4)        Toeri Belajar Kognitif Menurut John Dewey dan Aplikasinya dalam Berbagai Bidang Studi
1.      Teori Belajar John Dewey
2.      Aplikasi Teori Belajar John Dewey dalam Berbagai Bidang Studi
5)        Toeri Belajar Kognitif Menurut Kohler dan Aplikasinya dalam Berbagai Bidang Studi
1.      Teori Belajar Kohler
2.      Aplikasi Teori Belajar Kohler dalam Berbagai Bidang Studi


DAFTAR PUSTAKA

Aenurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Anjani, Vivie. 2012. Teori Belajar Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-menurut-para-ahli.html. [12 Februari 2015].
Arifin, Mulyati, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkunganku. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Chiry. 2013.Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://crhiry.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-kognitif-menurut-para-ahli.html. [12 Februari 2015].
Dewi, Ressi, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Fajriyah, Nur, dkk.. 2008. Cerdas Berhitung Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Habibie, Rhufie. 2013. Perbedaan Teori Vigotsky dan Piaget. [Online]. Tersedia: http://rhufie-habibie.blogspot.com/2013/11/perbedaan-teori-vygotsky-dan-piaget.html. [12 Februari 2015].
Kholil, Anwar. 2009. Teori yang Melandasi Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia: http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-yang-melandasi-pembelajaran-sains.html. [12 Februari 2015].
Nuraeni, Umri, dkk.. 2008. B. Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.
Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syamsiyah, Siti, dkk.. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, Ari, dkk. 2010. Pendidikan IPA di SD. Bandung: UPI Press.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar