BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan, kurikulum memiliki
peranan sebagai arah yang digunakan dalam acuan pencapaian visi dan misi
pendidikan. Agar kurikulum pendidikan itu tercapai sesuai relevansinya
diperlukan bebagai macam upaya dalam proses pelaksanaannya. Salah satu yang
paling penting adalah evaluasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum sangat penting sebagai kontrol dan
tolok ukur terintegrasinya perencanaan, proses, dan hasil pendidikan. Meskipun
pada dasarnya makna evaluasi sangatlah luas, dilakukan secara berkelanjutan,
namun pada konteks evaluasi kurikulum lebih menekankan pada desain dan
implementasi kurikulum, serta kemajuan-kemajuan setiap unsur pendidikan.
Evaluasi kurikulum dilakukan sebagai pengawasan
keberhasilan pencapaian kurikulum pendidikan itu sendiri yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan untuk kemajuan. Mengevalusi sistem pendidikan adalah mengevaluasi
seluruh komponen pendidikan termasuk didalamnya evaluasi terhadap kurikulum.
Sehingga akan didapatkan hasil dan tujuan pendidikan yang maksimal.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1.
Apa pengertian evaluasi kurikulum dan aspek-aspeknya?
2.
Apa pengertian inovasi
kurikulum dan aspek-aspeknya?
3.
Apa pengertian pembelajaran?
4.
Bagaimana hubungan evaluasi dan inovasi dengan
pembelajaran?
C.
Tujuan
Makalah
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui pengertian evaluasi kurikulum dan
aspek-aspeknya.
2.
Mengetahui pengertian inovasi kurikulum dan aspek-aspeknya.
3.
Mengetahui pengertian pembelajaran.
4.
Mengetahui hubungan evaluasi dan inovasi dengan
pembelajaran.
D.
Sistematika
Penulisan
Makalah ini
terdiri dari:
Bab I PENDAHULUAN. Dalam BAB ini terdiri dari beberapa subbab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II PEMBAHASAN. BAB ini terdiri dari poin-poin pokok makalah, yaitu evaluasi,
inivasi, pembelajaran dan hubungan evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran.
Bab III PENUTUP. Di dalam BAB ini terdiri dari dua subbab yaitu
kesimpulan dan saran dari bahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Evaluasi
1.
Pengertian Evaluasi
Ada banyak pengertian mengenai evaluasi kurikulum. Sebagian pendapat
membedakan pengertian dan pemahaman mengenai evaluasi dan kurikulum sebagai
disiplin yang berdiri sendiri, sebagian ada pula yang berpendapat bahwa
evaluasi dan kurikulum iru erat kaitannya karena memiliki hubungan kausalitas
yang kuat.
Evaluasi sendiri memiliki pengertian sebagai proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran sehingga
memiliki nilai dan makna.
Sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Pada dasarnya setiap langkah yang dilakukan baik dalam sistem pembelajaran
dan atau hal lainnya memerlukan evaluasi. Jika diperhatikan secara seksama
jelaslah bahwa evaluasi sangat erat kaitannya dengan kurikulum dan evaluasi
kurikulum menjadi hal yang sangat penting karena diharapkan dengan adanya
evaluasi kurikulum akan membawa pada perbaikan-perbaikan kurikulum yang
bervariasi sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
Sederhananya dari sekian banyak pengertian evaluasi kurikulum baik itu
secara makro maupun mikro, evaluasi kurikulum adalah serangkaian penilaian dan
perbaikan pada setiap aspek pedoman penyelenggaraan pendidikan yang bersifat
sistematis dan ilmiah.
2.
Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi
kurikulum dianggap penting karena memiliki peranan khusus dan penting dalam
sitem pendidikan. Adapun peranan evaluasi kurikulum
adalah:
1.
Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai yang menjadi acuan
tindakan selanjutnya. Dengan ini, menunjukan bahwa evalausi mengandung skala
nilai moral dan perangkat kriteria praktis.
2.
Evaluasi dan
penentuan keputusan
Setiap peran dan tanggung jawab membuat keputusan sesuai dengan
posisinya, sekecil apapun keputusan yang diambil tetaplah sebuah proses untuk
kebutuhan dan kepentingannya. Hanya saja yang harus diperhatikan ternyata
masalahnya bukan hanya sebatas pada kebutuhan dan kepentingan pribadi, namun
bagaiamana pengambilan keputusan itu memberi manfaat kapada pihak-pihak terkait.
3.
Konsensus nilai
Dalam evaluasi kurikulum konsensus tersebut berupa kerangka kerja
penelitian yang dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran belajar yang bersifat
behavioral, penggunaan analisis statistik dari pre test dan pest test serta
yang lainnya. Pada prinsipnya konsensus nilai ini bearasal dari tes mental dan
eksperimen. Evaluais jenis ini dapat ditemukan pada para penelitu yang
pekerjaannya semata-mata untuk pengumpulan data.
3.
Model – Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memperbaiki subsantsi kurikulum, prosedur implementasi kurikulum, metode
intruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa. Macam-macam
model evaluasi yang dipergunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang
diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat
komparatif berkaitan erat dengan tingkah laku individu, evaluasi yang menekakan
tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi
kurikulum.
Secara umum model-model
evaluasi kurikulum yang dikembangkan selama ini ada lima model evaluasi
kurikulum, yaitu:
a.
Measurement
Salah bentuk evaluasi kurikulum adalah melalui measurement, yaitu berupa
pengukuran. Untuk memperoleh data yang akurat pengukuran atau measurement
merupakan alternatif yang mungkin dianggap paling tepat dibandingkan dengan
jenis evaluasi lainnya. Hasil belajar siswa yang dituangkan dalam bentuk angka
lebih banyak dilakukan melalui measurement. Contoh lain dari kegiatan
pengukuran misalnya untuk seleksi siswa, membandingkan dua jenis metode
mengajar terhadap hasil belajar siswa, dan lain sebagainya. Dengan demikian
measurement merupakan salah satu alat dalam kegiatan evaluasi, tapi tidak bisa
sebagai pengganti evaluasi “Measurement in not evaluation, but it can provide
usefuldata for evaluation”.
b.
Congruence
Model evaluasi congruence bertitik tolak pada upaya mencari kesesuaian
antara tujuan program pendidikan dengan hasil belajar yang diperoleh peserta
didik. Hasil dari evaluasi model congruence bisa dijadikan masukan (in-put)
untuk perbaikan program pengembangan kurikulum selanjutnya, misalnya
penyempurnaan dalam kegiatan pembelajaran, bimbingan terhadap peserta didik,
dan lain sebagainya.
c.
Illumination
Evaluasi melalui model illuminnation didasarkan pada upaya mencari data
terhadap pelaksanaan program. Selama program dilaksanakan mungkin terdapat
beberapa aspek yang mempengaruhi pelaksanaan program, seperti faktor
lingkungan. Melalui kegiatan evaluasi ini pula semestinya diperoleh data mengenai
kelebihan dan kelemahan program, yang pada akhirnya akan dijadikan masukan
untuk memperbaiki program-program berikutnya.
d.
Model Educational System Evaluation
Konsep ini memperlihatkan banyak segi positif untuk kepentingan proses
pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria absolut maupun relatif
dalam proses evaluasi sangat penting artinya dalam memberikan ciri khas bagi
kegiatan evaluasi. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, dan
peralatan), proses dan hasil yang baik. Jenis data yang dikumpulkan meliputi
data objektif.
e.
Model CIPP
Fokus yang menjadi subjek
evaluasi model CIPP adalah Contect, Input, process, dan product. Dengan
demikian tujuan dari evaluasi model CIPP mengarah pada seluruh aspek yang
terlibat dalam program pendidikan, mulai dari karakteristik peserta didik,
lingkungan, tujuan, isi, peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan. Model
ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program oendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : karakteristik peserta didik,
karakteristik lingkungann tujuan program, peralatan yang digunakan, dan
prosedur/ mekanisme pelaksanaan program evaluasi tersebut.
B.
Inovasi
1. Pengertian
Inovasi
Inovasi dapat diartikan sebagai
sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab
atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuknya atau wujudnya
"sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin
tindakan.
Inovasi juga seringkali diartikan
pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan dengan modernisasi. Menurut
Nicholls (1982: 2) penggunaan kata perubahan dan inovasi sering tumpang tindih.
Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap
baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain. Baik itu
hasil invensi maupun hasil discovery. (Ibrahim, 1998: 1 ; Hanafi, 1986: 26 ;
Rogers, 1983: 11). Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita
pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan
sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah
penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian,
inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan
kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989)
mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang,
kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau
discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan
masalah (Subandiyah 1992:80).
Selain itu defenisi inovasi yang
dikemukakan oleh Rogers (1983: 11): “An innovation is an idea, practice, or
object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption”.
Zaltman dan Duncan (1973: 7) mengatakan: “An innovation is an idea,
practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of
adoption. The innovation is the change object”.
Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi untuk
memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang
berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat
lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga
dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam
ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Secara implisit manajemen inovasi
mengacu pada komponen perencanaan, pengawasan, pengarahan dan perintah. Urwick
dalam Nicholls (1993:3) mengidentifikasi, manajemen atau pengolahan dimaksudkan
sebagai aktivitas yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan, pemberian
perintah, koordinasi, pengawasan dan penilaian. Hal ini dikaitkan dengan
kegiatan atau aktivitas yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan segala
material dan non material untuk mencapai tujuan inovasi. Manajemen inovasi
sendiri dari sudut proses berhubungan dengan kegiatan perencanaan. Yang mana
dalam perencanaan inovasi menuntut untuk melakukan asesmen situasi dan mengidentifikasi
tujuan dari inovasi itu sendiri. Keberhasilan inovasi akan berjalan baik, jika
didukung oleh perencanaan inovasi yang efektif.
Jadi, inovasi kurikulum dan
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan
tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan.
2. Ciri-ciri inovasi
Ciri-ciri suatu inovasi yang
dikemukakan oleh Rogers :
a.
Keuntungan relatif, yaitu
sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan
atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonomi, faktor
status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan atau mempunyai komponen yang
sangat penting makin menguntungkan bagi penerimaan makin cepat tersebarnya
inovasi.
b.
Kompatibel (compatibility),
yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan kebutuhan
dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini
oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang
ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang
keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja
penyebaran inovasi akan terhambat.
c.
Kompleksitas (complexity),
yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerimanya. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar, sedang inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Makin mudah
dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
d.
Trialibilitas (trialibility),
yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul pada gogo akan cepat diterima oleh
masyarakat jika masyarakat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
e.
Dapat diamati (observability),
yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan
penggunaan bibit unggul padi, karena para petani dapat dengan mudah melihat
hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan
mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan (Ibrahim, 1988, hal. 47-48).
3. Prosedur pengembangan inovasi kurikulum
Pengembangan kurikulum mempunyai
makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2001:I), pengembangan kuriulum bisa
berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction),
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).
Dalam mengembangkan suatu kurikulum, Seller memandang bahwa kurikulum harus
dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum,
misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan
hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum dan
sebagainya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan
kurikulum :
a.
Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan
yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi
cara untuk tercapainya tujuan.
b.
Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur
pengembangan kurikulum.
c.
Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan
terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat
siswa.
d.
Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong
diversitas di antara para pelajar. Poses belajar akan menyenangkan jika rencana
kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi pribadi, melakukan berbagai kegiatan, dan memanfaatkan
berbagai sumber di sekolah.
Rencana
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang
tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep
belajar siswa, dan lain-lain
C. Pembelajaran
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun
proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui
proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih
mudah mencapai target belajar
D. Hubungan Evaluasi dan Inovasi dengan Pembelajaran
Kaitan
antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari monitoring
dan digunakan untuk kontribusi program monitoring bersifat spesifik program.
Sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan
varibel-varibel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah evaluasi efektifitas dan
cost effectiveness.Inputs, Process dan output merupakan suatu monitoring. Dalam
menentukan Input, process dan Output sangat tergantung dari program, sehingga
dapat berpindah-pindah.Outcomes dan Impact
suatu evaluasi.
Dalam hubungan dengan kegiatan inovasi, monitoring dilaksanakan untuk
menawasi,mengecek kegiatan inovasi tersebut.Dari kegiatan ini akan diketahui
berbagai hal yang menyangkut kegiatan pelaksanaan inovasi, kelebihan, kekurangan,
kekuatan,dan kelemahannya.Jika terdapat kekeliruan,artinya suatu inovasi tidak
sesuai dengan yang diharapkan,maka pihak yang melakukan monitoring melakukan
tindakan-tindakan yang sekiranya dapat merubah atau setidaknya membuat program
menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tindakan-tindakan
tersebut antara lain:
1.
Memperbaiki sarana prasarana yang rusak,
2.
Mengubah perilaku para pelaku inovasi ataupun para
penerima inovasi untuk mempunyai kesadaran tentang pentingnya suatu program ini
agar memperoleh sesuatu hal yang lebih baik,
3.
Melakukan kegiatan re-organisasi,agar terjadi
penyegaran dalam lembaga dan tidak jenuh.Ini penting mengingat keberhasilan
program inovasi berkaitan dengan keberadaan sebuah organisasi.
Hubungan
evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran adalahdalam kegiatan pembelajaran yang
dapatdiketahuidari data monitoring atau pemantauan, sehingga montoring dapat dikatakan
sebagai data-data untuk melakukan evaluasi, setelah itu kemudian diadakan evaluasi
proses maupun hasil, baik tes maupun non tes, setelah evaluasi maka dapat menganalisis
permasalahan-permasalahan yang timbul selama kegiatan pembelajaran. Hasil analisis
dijadikan acuan dalam memperbaiki dan melakukan inovas ipembelajaran.
Siklus
Hubungan Evaluasi dan Inovasi Kurikulum dengan Pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam hubungan
dengan kegiatan inovasi, monitoring dilaksanakan untuk mengawasi, mengecek
kegiatan inovasi tersebut. Dari kegiatan ini akan diketahui berbagai hal yang
menyangkut kegiatan pelaksanaan inovasi, kelebihan, kekurangan, kekuatan, dan
kelemahannya. Jika terdapat kekeliruan,artinya suatu inovasi tidak sesuai
dengan yang diharapkan,maka pihak yang melakukan monitoring melakukan
tindakan-tindakan yang sekiranya dapat merubah atau setidaknya membuat program
menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif.
B.
Saran
Bagi seorang pendidik harus mampu mengevalusai setiap pembelajaran yang
berlangsung agar dapat menganalisis masalah-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, sehingga hasil analisis dapat memunculkan inovasi dalam
pembelajaran yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Hermawan, A. H. 2009. Kurikulum dan Pebelajaran. Bandung: Jurusan
kurtekpen.
S. Hamid Hasan. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 19
Cahya, Uni. 2011. Pengertian Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran. [online].
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 173
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 19
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 179-182
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya. hlm 254-263
Oemar Hamalik, Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2007, hal.,255-262.
S. Hamid Hasan,. 2008. Evaluasi
Kurikulum.. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal.179
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah , Sinar Baru
Algensindo,Bandung, 2009,hal., 131.
Nurdiandana. 2013. Evaluasi
Kurikulum. [online].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar