Selasa, 01 November 2016

HUBUNGAN EVALUASI DAN INOVASI KURIKULUM DENGAN PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan, kurikulum memiliki peranan sebagai arah yang digunakan dalam acuan pencapaian visi dan misi pendidikan. Agar kurikulum pendidikan itu tercapai sesuai relevansinya diperlukan bebagai macam upaya dalam proses pelaksanaannya. Salah satu yang paling penting adalah evaluasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum sangat penting sebagai kontrol dan tolok ukur terintegrasinya perencanaan, proses, dan hasil pendidikan. Meskipun pada dasarnya makna evaluasi sangatlah luas, dilakukan secara berkelanjutan, namun pada konteks evaluasi kurikulum lebih menekankan pada desain dan implementasi kurikulum, serta kemajuan-kemajuan setiap unsur pendidikan.
Evaluasi kurikulum dilakukan sebagai pengawasan keberhasilan pencapaian kurikulum pendidikan itu sendiri yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan untuk kemajuan. Mengevalusi sistem pendidikan adalah mengevaluasi seluruh komponen pendidikan termasuk didalamnya evaluasi terhadap kurikulum. Sehingga akan didapatkan hasil dan tujuan pendidikan yang maksimal.       
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1.      Apa pengertian evaluasi kurikulum dan aspek-aspeknya?
2.      Apa pengertian inovasi  kurikulum dan aspek-aspeknya?
3.      Apa pengertian pembelajaran?
4.      Bagaimana hubungan evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran?

C.    Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian evaluasi kurikulum dan aspek-aspeknya.
2.      Mengetahui pengertian inovasi  kurikulum dan aspek-aspeknya.
3.      Mengetahui pengertian pembelajaran.
4.      Mengetahui hubungan evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran.

D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari:
Bab I PENDAHULUAN. Dalam BAB ini terdiri dari beberapa subbab, yaitu  latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II PEMBAHASAN. BAB ini terdiri dari poin-poin pokok makalah, yaitu evaluasi, inivasi, pembelajaran dan hubungan evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran.
Bab III PENUTUP. Di dalam BAB ini terdiri dari dua subbab yaitu kesimpulan dan saran dari bahasan. 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Evaluasi
1.      Pengertian Evaluasi
Ada banyak pengertian mengenai evaluasi kurikulum. Sebagian pendapat membedakan pengertian dan pemahaman mengenai evaluasi dan kurikulum sebagai disiplin yang berdiri sendiri, sebagian ada pula yang berpendapat bahwa evaluasi dan kurikulum iru erat kaitannya karena memiliki hubungan kausalitas yang kuat.
Evaluasi sendiri memiliki pengertian sebagai proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran sehingga memiliki nilai dan makna.
Sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pada dasarnya setiap langkah yang dilakukan baik dalam sistem pembelajaran dan atau hal lainnya memerlukan evaluasi. Jika diperhatikan secara seksama jelaslah bahwa evaluasi sangat erat kaitannya dengan kurikulum dan evaluasi kurikulum menjadi hal yang sangat penting karena diharapkan dengan adanya evaluasi kurikulum akan membawa pada perbaikan-perbaikan kurikulum yang bervariasi sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
Sederhananya dari sekian banyak pengertian evaluasi kurikulum baik itu secara makro maupun mikro, evaluasi kurikulum adalah serangkaian penilaian dan perbaikan pada setiap aspek pedoman penyelenggaraan pendidikan yang bersifat sistematis dan ilmiah.
2.      Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dianggap penting karena memiliki peranan khusus dan penting dalam sitem pendidikan. Adapun peranan evaluasi kurikulum adalah:
1.      Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai yang menjadi acuan tindakan selanjutnya. Dengan ini, menunjukan bahwa evalausi mengandung skala nilai moral dan perangkat kriteria praktis.
2.      Evaluasi dan penentuan keputusan
Setiap peran dan tanggung jawab membuat keputusan sesuai dengan posisinya, sekecil apapun keputusan yang diambil tetaplah sebuah proses untuk kebutuhan dan kepentingannya. Hanya saja yang harus diperhatikan ternyata masalahnya bukan hanya sebatas pada kebutuhan dan kepentingan pribadi, namun bagaiamana pengambilan keputusan itu memberi manfaat kapada pihak-pihak terkait.
3.      Konsensus nilai
Dalam evaluasi kurikulum konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistik dari pre test dan pest test serta yang lainnya. Pada prinsipnya konsensus nilai ini bearasal dari tes mental dan eksperimen. Evaluais jenis ini dapat ditemukan pada para penelitu yang pekerjaannya semata-mata untuk pengumpulan data.

3.      Model – Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memperbaiki subsantsi kurikulum, prosedur implementasi kurikulum, metode intruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa. Macam-macam model evaluasi yang dipergunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat komparatif berkaitan erat dengan tingkah laku individu, evaluasi yang menekakan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum.
Secara umum model-model evaluasi kurikulum yang dikembangkan selama ini ada lima model evaluasi kurikulum, yaitu:
a.        Measurement
Salah bentuk evaluasi kurikulum adalah melalui measurement, yaitu berupa pengukuran. Untuk memperoleh data yang akurat pengukuran atau measurement merupakan alternatif yang mungkin dianggap paling tepat dibandingkan dengan jenis evaluasi lainnya. Hasil belajar siswa yang dituangkan dalam bentuk angka lebih banyak dilakukan melalui measurement. Contoh lain dari kegiatan pengukuran misalnya untuk seleksi siswa, membandingkan dua jenis metode mengajar terhadap hasil belajar siswa, dan lain sebagainya. Dengan demikian measurement merupakan salah satu alat dalam kegiatan evaluasi, tapi tidak bisa sebagai pengganti evaluasi “Measurement in not evaluation, but it can provide usefuldata for evaluation”.
b.      Congruence
Model evaluasi congruence bertitik tolak pada upaya mencari kesesuaian antara tujuan program pendidikan dengan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Hasil dari evaluasi model congruence bisa dijadikan masukan (in-put) untuk perbaikan program pengembangan kurikulum selanjutnya, misalnya penyempurnaan dalam kegiatan pembelajaran, bimbingan terhadap peserta didik, dan lain sebagainya.
c.        Illumination
Evaluasi melalui model illuminnation didasarkan pada upaya mencari data terhadap pelaksanaan program. Selama program dilaksanakan mungkin terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi pelaksanaan program, seperti faktor lingkungan. Melalui kegiatan evaluasi ini pula semestinya diperoleh data mengenai kelebihan dan kelemahan program, yang pada akhirnya akan dijadikan masukan untuk memperbaiki program-program berikutnya.
d.      Model Educational System Evaluation
Konsep ini memperlihatkan banyak segi positif untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria absolut maupun relatif dalam proses evaluasi sangat penting artinya dalam memberikan ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, dan peralatan), proses dan hasil yang baik. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data objektif.
e.        Model CIPP
Fokus yang menjadi subjek evaluasi model CIPP adalah Contect, Input, process, dan product. Dengan demikian tujuan dari evaluasi model CIPP mengarah pada seluruh aspek yang terlibat dalam program pendidikan, mulai dari karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan, isi, peralatan, sarana dan prasarana yang digunakan. Model ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program oendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : karakteristik peserta didik, karakteristik lingkungann tujuan program, peralatan yang digunakan, dan prosedur/ mekanisme pelaksanaan program evaluasi tersebut.

B.     Inovasi
1.      Pengertian Inovasi
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuknya atau wujudnya "sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.
Inovasi juga seringkali diartikan pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan dengan modernisasi. Menurut Nicholls (1982: 2) penggunaan kata perubahan dan inovasi sering tumpang tindih. Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain. Baik itu hasil invensi maupun hasil discovery. (Ibrahim, 1998: 1 ; Hanafi, 1986: 26 ; Rogers, 1983: 11). Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80).
Selain itu defenisi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (1983: 11): “An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption”. Zaltman dan Duncan (1973: 7) mengatakan: “An innovation is an idea, practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of adoption. The innovation is the change object”.
Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Secara implisit manajemen inovasi mengacu pada komponen perencanaan, pengawasan, pengarahan dan perintah. Urwick dalam Nicholls (1993:3) mengidentifikasi, manajemen atau pengolahan dimaksudkan sebagai aktivitas yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan, pemberian perintah, koordinasi, pengawasan dan penilaian. Hal ini dikaitkan dengan kegiatan atau aktivitas yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan segala material dan non material untuk mencapai tujuan inovasi. Manajemen inovasi sendiri dari sudut proses berhubungan dengan kegiatan perencanaan. Yang mana dalam perencanaan inovasi menuntut untuk melakukan asesmen situasi dan mengidentifikasi tujuan dari inovasi itu sendiri. Keberhasilan inovasi akan berjalan baik, jika didukung oleh perencanaan inovasi yang efektif.
Jadi, inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.

2.  Ciri-ciri inovasi
Ciri-ciri suatu inovasi yang dikemukakan oleh Rogers :
a.       Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonomi, faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan atau mempunyai komponen yang sangat penting makin menguntungkan bagi penerimaan makin cepat tersebarnya inovasi.
b.      Kompatibel (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebaran inovasi akan terhambat.
c.       Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimanya. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedang inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
d.      Trialibilitas (trialibility), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul pada gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
e.       Dapat diamati (observability), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena para petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan (Ibrahim, 1988, hal. 47-48).

3. Prosedur pengembangan inovasi kurikulum
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2001:I), pengembangan kuriulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Dalam mengembangkan suatu kurikulum, Seller memandang bahwa kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum :
a.    Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
b.    Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
c.    Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
d.   Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antara para pelajar. Poses belajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi pribadi, melakukan berbagai kegiatan, dan memanfaatkan berbagai sumber di sekolah.
Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep belajar siswa, dan lain-lain

C.    Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar

D.    Hubungan Evaluasi dan Inovasi dengan Pembelajaran
               Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program monitoring bersifat spesifik program. Sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah evaluasi efektifitas dan cost effectiveness.Inputs, Process dan output merupakan suatu monitoring. Dalam menentukan Input, process dan Output sangat tergantung dari program, sehingga dapat berpindah-pindah.Outcomes dan Impact   suatu evaluasi.
                Dalam hubungan dengan kegiatan inovasi, monitoring dilaksanakan untuk menawasi,mengecek kegiatan inovasi tersebut.Dari kegiatan ini akan diketahui berbagai hal yang menyangkut kegiatan pelaksanaan inovasi, kelebihan, kekurangan, kekuatan,dan kelemahannya.Jika terdapat kekeliruan,artinya suatu inovasi tidak sesuai dengan yang diharapkan,maka pihak yang melakukan monitoring melakukan tindakan-tindakan yang sekiranya dapat merubah atau setidaknya membuat program menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
1.    Memperbaiki sarana prasarana yang rusak,
2.    Mengubah perilaku para pelaku inovasi ataupun para penerima inovasi untuk mempunyai kesadaran tentang pentingnya suatu program ini agar memperoleh sesuatu hal yang lebih baik,
3.    Melakukan kegiatan re-organisasi,agar terjadi penyegaran dalam lembaga dan tidak jenuh.Ini penting mengingat keberhasilan program inovasi berkaitan dengan keberadaan sebuah organisasi.
Hubungan evaluasi dan inovasi dengan pembelajaran adalahdalam kegiatan pembelajaran yang dapatdiketahuidari data monitoring atau pemantauan, sehingga montoring dapat dikatakan sebagai data-data untuk melakukan evaluasi, setelah itu kemudian diadakan evaluasi proses maupun hasil, baik tes maupun non tes, setelah evaluasi maka dapat menganalisis permasalahan-permasalahan yang timbul selama kegiatan pembelajaran. Hasil analisis dijadikan acuan dalam memperbaiki dan melakukan inovas ipembelajaran.
   Siklus Hubungan Evaluasi dan Inovasi Kurikulum dengan Pembelajaran.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dalam hubungan dengan kegiatan inovasi, monitoring dilaksanakan untuk mengawasi, mengecek kegiatan inovasi tersebut. Dari kegiatan ini akan diketahui berbagai hal yang menyangkut kegiatan pelaksanaan inovasi, kelebihan, kekurangan, kekuatan, dan kelemahannya. Jika terdapat kekeliruan,artinya suatu inovasi tidak sesuai dengan yang diharapkan,maka pihak yang melakukan monitoring melakukan tindakan-tindakan yang sekiranya dapat merubah atau setidaknya membuat program menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
B.       Saran
Bagi seorang pendidik harus mampu mengevalusai setiap pembelajaran yang berlangsung agar dapat menganalisis masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran, sehingga hasil analisis dapat memunculkan inovasi dalam pembelajaran yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hermawan, A. H. 2009. Kurikulum dan Pebelajaran. Bandung: Jurusan kurtekpen.
S. Hamid Hasan. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19
Cahya, Uni. 2011. Pengertian Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran. [online].
Tersedia : http://unicahyadotcom.wordpress.com (diunduh pada tanggal 4 Desember 2014)

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 173
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 179-182
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm 254-263
 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2007, hal.,255-262.
 S. Hamid Hasan,. 2008. Evaluasi Kurikulum.. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal.179
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah , Sinar Baru Algensindo,Bandung, 2009,hal., 131.
Nurdiandana.  2013. Evaluasi Kurikulum.  [online].
Tersedia: http://noerdiandana.wordpress.com (diunduh pada tanggal 4 Desember 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar