BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan kurikulum
sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat, baik secara
teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti
kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era
globalisaasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya
telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal
yang dapat mempengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan
kurikulum. Pada saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti
dan memahami pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar
hanya pernah mendengar tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal
pendekatan dan model pengembangan kurikulum ini sangat mempengaruhi
pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum.
Kurikulum dan pembelajaran sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan, jenis dan prosedur kegiatannya, membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran yang cermat itu, diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam kegiatan pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan, agar koherensi hubungan antar faktor tersebut, dapat sinergis dalam pencapaian tujuan. Kegiatan guru yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan prosedur kegiatan serta lain-lain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut, lazimnya disebut kegiatan pemilihan metode pembelajaran.
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kurikulum yang digunakan.
Kurikulum dan pembelajaran sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan, jenis dan prosedur kegiatannya, membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran yang cermat itu, diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam kegiatan pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan, agar koherensi hubungan antar faktor tersebut, dapat sinergis dalam pencapaian tujuan. Kegiatan guru yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan prosedur kegiatan serta lain-lain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut, lazimnya disebut kegiatan pemilihan metode pembelajaran.
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kurikulum yang digunakan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Pendekatan Kurikulum ?
2. Apa
saja Macam-macam Pendekatan Kurikulum ?
3. Apa
yang dimaksud dengan Model Kurikulum ?
4. Apa
saja Macam-macam Model Kurikulum ?
5. Apa
yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran ?
6. Apa
saja Macam-macam Pendekatan Pembelajaran ?
7. Apa
yang dimaksud dengan Model Pembelajaran ?
8. Apa
saja Model Model Pembelajaran ?
9. Apa
saja Hubungan Pendekatan dan Model Kurikulum dengan Pendekatan dan Model Model
Pembelajaran ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
Pengertian pendekatan Kurikulum.
2. Mengetahui
apa saja Macam-macam dari Pendekatan Kurikulum.
3. Mengetahui
Pengertian Model Kuirkulum.
4. Mengetahui Macam-macam Model Kurikulum.
5. Mengetahui Pendekatan Pembelajaran .
4. Mengetahui Macam-macam Model Kurikulum.
5. Mengetahui Pendekatan Pembelajaran .
6. Mengetahui
Macam Pendekatan Pembelajaran.
7. Mengetahui
Pengertian Model pembelajaran.
8. Mengetahui
Macam Model Pembelajaran.
9. Mengetahui
Hubungan Pendekatan dan Model Kurikulum dengan Pendekatan dan Model
Pembelajaran .
D.
Sistematika
Penulisan
Struktur makalah ini yaitu
terdiri dari 3 bab, yang disusun untuk
membantu pembaca dalam membaca dan memahami isi dari makalah ini. Adapun
susunannya terdiri atas:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB
II Pembahasan. Di dalamnya berisi tentang Pengertian Pendekatan Kurikulum, Macam-macam
dari Pendekatan Kurikulum, Pengertian Model Kurikulum, Macam-macam Model
Kurikulum, Pengertian Pendekatan Pembelajaran, Macam-Macam Pendekatan
Pembelajaran, Pengertian Model Pembelajaran, Macam Model Pembelajaran, Hubungan
Pendekatan dan Model Kurikulum dengan Pendekatan dan Model Model Pembelajaran.
BABI III Penutup, terdiri dari
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan
demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata (2000:1),
pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru
(curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curuculum improvement). Selajutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi
pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari
dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar
program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro
curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah
disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang
lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan
rencana tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum).
Yang dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya,
tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu
sendiri. Pendekatan
lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja
dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil
kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena
adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Caswell mengartikan
pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan tugas
mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi
pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Pengembangan
kurikulum sebaiknya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu
yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali
dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh.
Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan
komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat
dan utuh
B.
Macam
- macam Pendekatan Kurikulum
1. Pendekatan
berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran telah ada dalam
kurikulum sebelum kurikulum 1975 kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi
bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih fleksibel dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode
yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
2. Pendekatan
berorientasi pada tujuan
Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan
yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kelebihan
dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
·
Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
·
Tujuan yang jelas pula didalam meneptapkan materi
pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
·
Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah
dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
·
Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu
penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
Sedangkan
kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan
yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru).
3.
Pendekatan dengan Organisasi Bahan
a)
Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan
ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah,
misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak
berhubungan satu sama lain.
b)
Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan
pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan.
c)
Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah
IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi, Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam
suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain
yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
d) Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
e)
Pendekatan Tempat /
Daerah
Atas dasar
pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok pembicaraannya. Misalnya
tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan pembicaraan mengenai segi
wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.
f)
Pendekatan Pola
Integrated Curriculum
Pendekatan ini
didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini
tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti
tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah
pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan
pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak
hanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu
keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum merupakan suatu
proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan penyusunan kurikulum
yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan
penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan
tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses pengintegrasian
komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan. Dalam kaitannya dengan
komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang kedudukan otoritas yang
mengambil keputusan kurikulum.
C. Pengertian
Model Kurikulum
Model pengembangan kurikulum adalah model yang
digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum
yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Nadler (1988) menjelaskan bahwa
model yang baik adalah model yang
dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh.
Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model
dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model
dapat menyederhanakan suatu
proses yang bersifat kompleks, dan model
dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
D.
Macam-macam
Model Kurikulum
1.
Admistrative
Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model
paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau
line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para
administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
2.
Grass Root
Model
Model
pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan
pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah. Mencermati hal diatas maka penulis tidak
dalam upaya untuk menyajikan kurikulum dari aspek model-modelnya secara
keseluruhan. Namun akan lebih mencermati sekaligus mengkaji kurikulum sesuai
dengan judul yang ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum
dengan menggunakan pendekatan Grass Roots. Dilihat dari
cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama,
pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan
sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau
pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu
disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Apabila pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat. Untuk lebih rinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah: Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu :
Apabila pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat. Untuk lebih rinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah: Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu :
1.
Guru memiliki kemampuan yang professional.
2.
Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan,
pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
3.
Muncul konsensus tujuan, prinsip–prinsip maupun
rencana–rencana diantara para guru.
4.
Bersifat desentralisasi dan demokratis
E.
Pengertian
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki
arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran yang masih dalam
arti umum yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan
inspirasi.Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua
jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat
pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan
kelemahan masing–masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk
diterapkan pada proses pembelajaran. Bila melihat kondisi di Indonesia
maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu
berpusat pada pengajar. Pendekatan
pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar, Selain itu pendekatan pembelajaran
adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain dari
pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan oleh guru atau
pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru
dalam menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
F.
Macam
- macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan
belajar mengajar, antara lain :
1.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa Borko dan Putnam
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks
pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan
kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan
budaya yang berlaku dalam masyarakatnya Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang
dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen,
2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan
ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan
sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait
dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman,
misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan
sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian
dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2. Pendekatan
Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu
bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba (Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)
kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan
secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu
dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan
pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. Menurut
teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang
akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina
konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion.
Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras
dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning.
Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menggunakan analogi, yaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina
dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini
dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana
belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan
kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah
mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan
pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994),
Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997)
turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar
untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
3. Pendekatan
Deduktif-Induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan
istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi
oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik
bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005).
b.
Pendekatan Induktif
Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data
yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus
nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah
pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan
meningkat ke penerapan teori. Di bidang sains dan teknik dijumpai upaya mencoba
pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan
teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa,
dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan
pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian
dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves
transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran
baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya. Major (2006)
menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan
menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen
logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk
menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran
pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif. Beberapa contoh
pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan
induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif
efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan
memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi.
Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep
atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi,
tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa
yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal
atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai
dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada
prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya
diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan
atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam
kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan
menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
4. Pendekatan
Konsep dan Proses
a.
Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing
memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi
fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. Pendekatan
Proses
b.
Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa,
merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan
proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan
proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang
pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami.
Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagipeserta didik.
Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri
peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
G. Pengertian Model
Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses
belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model
pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif,
berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah
dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar.
H.
Model
Model Pembelajaran
1.
Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih
berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Adapun macam-macam pembelajaran langsung
antara lain: Ceramah, Praktek dan latihan, Ekspositori, Demonstrasi, Questioner,
Mencongak.
Model
pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain: Proses pembelajaran
didominasi oleh keaktifan guru, Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai
perancang kondisi, Lebih mengutamakan keluasan materi ajar dari pada proses
terjadinya pembelajaran. Materi ajar bersumber dari guru. Model pembelajaran
langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu
yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi
ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran
yang lain.
2.
Model Pembelajaran
Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk,
2000:7). Ada 4 macam
model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu; Student
Teams Achievement Division (STAD), Group Investigation, Jigsaw,
Structural Approach .
Menurut
Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajar,
b)
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah,
c)
Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d)
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada
individu.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif adalah Meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik, Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan, Mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
3.
Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Macam-macam pembelajaran berdasarkan
masalah Menurut Arends (1997), antara lain :Pembelajaran berdasarkan proyek,
pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar otentik, Pembelajaran
bermakna.Ciri-ciridarimodel pembelajaran berdasarkan masalahmenurut Arends
(2001 : 349), adalah Pengajuan pertanyaan atau masalah, Berfokus pada
keterkaitan antar disiplin, Penyelidikan autentik, Kolaborasi, Menghasilkan
produk dan memamerkannya.
Pada dasarnya kurikulum dengan pembelajaran tidak dapat
dipisahkan karena keduanya saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Kurikulum dan pembelajaran pada hakekatnya sama, karena keduanya sama-sama
memuat isi, tujuan, materi dan strategi pembelajaran serta masing-masing bidang
ini mempunyai model pengembangan dan pendekatannya tersendiri. Menurut Hilda
Taba (1962), kurikulum lebih luas cakupannya dari pada sekedar rencana
pelajaran, tetapi meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan
dibawah bimbingan satuan pendidikan. Artinya bahwa kurikulum bukan hanya berupa
dokumen bahan cetak melainkan rangkaian aktivitas siswa yang dilakukan didalam
kelas, di laboratorium, dilapangan maupun di lingkungan masyarakat yang di
rencanakan serta dibimbing oleh sekolah. Sedangkan pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya
proses belajar.
Pendekatan
pengembangan kurikulum merupakan proses yang sangat kompleks karena mencakup
pembicaraan penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan
penilaian intensif dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Usaha untuk
melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses
pengintegrasian komponen kurikulum. Berdasarkan hal tersebut, kaitannya dengan
pendekatan pengembangan pembelajaran tentunya sangat erat. Pembelajaran disini
merupakan proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya
aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan
sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung
terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Pendekatan pengembangan
kurikulum tentunya harus disusun serta di buat seoptimal mungkin karena
kurikulum merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
khususnya dalam mendukung proses belajar dalam diri individu yang dilakukan
oleh pengembang kurikulum dan pengajar itu sendiri, dalam hal ini guru.
Kurikulum merpakan sutu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus dibuat sebaik mungkin.
Perlu kita ketahui bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja,melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di dalam kelas, yang memberikan pedoman dan mengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Menurut Taba, batas antara kurikulum dan pembelajaran sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai contoh dalam kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serinci mungkin agar mudah dipahami guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga memungkinkan mencakup semua bahan yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta kemampuan guru. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan dan model kurikulum tentunya harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dari pendidikan itu sendiri. Bukan hanya itu saja, hal tersebut juga harus berimplikasi dan harus berhubungan dengan pendekatan pengembangan dan model pembelajaran. Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran dikelas, tetapi merupakan tugas dan tanggungjawab guru untuk membelajarkannya.
Perlu kita ketahui bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja,melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di dalam kelas, yang memberikan pedoman dan mengatur lingkungan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Menurut Taba, batas antara kurikulum dan pembelajaran sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai contoh dalam kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serinci mungkin agar mudah dipahami guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga memungkinkan mencakup semua bahan yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta kemampuan guru. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan dan model kurikulum tentunya harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dari pendidikan itu sendiri. Bukan hanya itu saja, hal tersebut juga harus berimplikasi dan harus berhubungan dengan pendekatan pengembangan dan model pembelajaran. Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran dikelas, tetapi merupakan tugas dan tanggungjawab guru untuk membelajarkannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum danpembelajaran pada hakekatnya sama. Karena
sama-sama memuat isi, tujuan, materi dan strategi pembelajaran, serta memiliki
pendekatan pengembangan dan model masing-masing dalam mengembangkannya. Dalam
proses kegiatan belajatr mengajar membutuhkan desain pembelajaran. Selanjutnya
pada desain pembelajaran terdapat materi dan tujuan kegiatan belajar dan
pembelajaran. Sehingga tidak dapat dibedakan antara kurikulum dan proses
pembelajarannya, letak perbedaannya terdapat pada implementasi kurikulum bagi
sekolah dan bagi guru.
B.
Saran
Berdasarkan hal tersebut, dalam memilih pendekatan
pengembangan dan model kurikulum harus di sesuaikan dengan pendekatan
pengembangan dan model pembelajaran yang ada agar tujuan pendidikan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik serta dapat memberikan kontribusi dalam
bidang pendidikan. Tugas pengembang dalam hal ini salah satunya guru, harus
dapat menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada agar tercipta suasana
pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum
teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Rahmat, Munadi (2012). Pendekatan dalam Kurikulum. [Online]. Tersedia:
http://sdn4sidorejo.blogspot.com/2012/02/pendekatan-pendekatan-dalam.html
(25 November 2014)
A. Irawan, Hariyati (2013). Makalah Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum.
[Online]. Tersedia: http://hariyat.blogspot.com/ (25 November 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar