Selasa, 24 Februari 2015

MEMBANGUN SEKOLAH KOOPERATIF DAN PROGRESIF BERBASIS KARAKTER



 
BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang berusaha memberi bekal kehidupan kepada siswa dengan melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Dalam hal ini kemampuan yang perlu dikembangkan pada diri siswa meliputi semua aspek, tidak hanya aspek berpikir (kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu yang berkualitas. Dalam hal tersebut, tentu perlu adanya strategi dalam membangun Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
B.            Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif?
2.      Bagaimana Pembelajaran Kooperatif?
3.      Apa saja Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif?
4.      Apa Manfaat  Pembelajaran Kooperatif?
5.      Apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter?
6.      Bagaimana Pandangan Pendidikan Progresif?
7.      Bagaimana Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter?
C.           Tujuan Makalah
1.      Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif.
2.      Memahami mengenai Pembelajaran Kooperatif.
3.      Mengetahui Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif.
4.      Mengetahui Manfaat  Pembelajaran Kooperatif.
5.      Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
6.      Memahami Pandangan Pendidikan Progresif.
7.      Memahami Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter.
D.          Sistematika Makalah
Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, dan sistematika makalah yang disusun.
Bab II Pembahasan, menjelaskan Pengertian Sekolah Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif, Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif, Manfaat  Pembelajaran Kooperatif, Sekolah Progresif Berbasis Karakter, Pandangan Pendidikan Progresif, dan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Bab III Penutup, menguraikan kesimpulan isi makalah dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sekolah Kooperatif
Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali.
Sekolah Kooperatif menempatkan penekanan yang tinggi pada sekolah , guru dan masyarakat bekerja sama untuk menyediakan lingkungan yang terbaik yang mereka bisa untuk generasi muda. Perkembangan generasi muda menjadi warga negara global yang aktif dan berkarakter merupakan inti dari filosofi Sekolah Kooperatif.
B.     Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar dalam kelompok, namun harus memenuhi unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif supaya pengelolaan kelas lebih efektif (Lie, 2004: 29). Metode ini bukan sekedar diskusi yang dikuasai atau didominasi oleh beberapa orang saja. Kebanyakan yang lain hanya suka menjadi penonton yang pasif namun di sini guru harus mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Cilstrap dan Martin bekerja secara kelompok memberikan pengertian sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar (Roestiyah, 1998: 15). Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan kooperatif yang dimenuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun dan membentuk pengetahuannya sendiri, bukan hanya menerima informasi sepihak dari seorang guru. Pembentukan pengetahuan tersebut dapat berasal dari diri yang bersifat individu, dapat pula diperoleh secara berkelompok / bekerja sama dengan siswa lain. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan masyarakat belajar (Learning Community), yang akhirnya melahirkan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Salah satu kelebihan pembelajaran kooperatif adalah memberikan siswa ketrampilan untuk bekerja sama dan kolaborasi dengan siswa lain, dengan berbagai kemampuan dan karakter yang berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif, aktivitas siswa baik secara kelompok maupun individu akan sangat tinggi. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih aktif dan dinamis. Karena setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan dan tanggung jawab yang harus dilakukan untuk kelompoknya.
Secara umum tujuan penerapan kerja kelompok ini adalah untuk memupuk kemampuan kerja sama diantara peserta didik (siswa) dalam menyelesaikan suatu tugas sehingga dalam kelompok tersebut terjadi keterlibatan sosio-emosional dan intelektual peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kemampuan bekerja sama dan saling mendukung akan teruji, menjadikan mobilitas yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Ada lima prinsip mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.      positive interdependence: anggota kelompok perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan,
2.      face to face interaction: semua anggota berinteraksi dengan saling berhadapan,
3.      individual accountability: setiap anggota harus belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan keberhasilan kelompok,
4.      use of collaborative/social skills: keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi diperlukan, untuk ini diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat berkolaborasi,
5.      group processing: siswa perlu menilai bagimana mereka bekerja secara efektif.
C.           Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak bentuk pelaksanaan, baik yang sesuai dengan definisi yang dimaksud di atas atau yang bersifat parsial saja. Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif baru dapat diangap berjalan dengan baik apabila telah dipenuhinya unsur-unsur sebagai berikut :
1.      Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka harus merasa “tenggelam dan berenang bersama-sama”. Artinya para siswa harus berusaha untuk memahami materi, memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan belajar diantara mereka semuanya.
2.   Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama. Maksudnya mengawali belajar dengan tujuan belajar yang sama dan pendapatnya merupakan kesimpulan dari hasil-hasil belajar masing-masing anggota kelompok.
3.   Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang dihadapinya. Apabila ada siswa lain yang kurang mampu maka siswa anggota kelompok yang lain harus menggantikannya untuk menyelesaikan beban tugas dari siswa yang tidak mampu tersebut. Selain itu ia juga harus dapat menyelesaikan tugas-tugas pribadinya dengan baik dan benar.
4.   Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok. Sama besar disini dimaksudkan semuanya mendapat beban tugas dan tanggung jawab secara adil dan merata untuk setiap anggota kelompok melalui jalur musyawarah dengan mengedepankan tujuan pembelajaran yang disiapkan pada awal belajar. Diharapkan tidak terjadi adanya siswa yang menyelesaikan beban tugas dan tanggung jawabnya secara keseluruhan sehingga diharapkan terjadi pencarian materi belajar secara bersama-sama.
5.   Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar. Jadi sebelum kegiatan belajar dimulai masing-masing kelompok diadakan pembagian tugas yang berfungsi untuk mengatur jalannya proses pembelajaran dimaksud.
6.   Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Disinilah kesiapan masing-masing individu anggota kelompok secara pribadi untuk mengikuti proses pembelajaran sepenuhnya dengan penuh tanggung jawab dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menguasai materi dengan sebaik-baiknya.
Keenam unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada secara lengkap untuk menilai proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Apabila salah satu unsur tidak tercapai atau hanya terlaksana untuk sebagian saja, maka kegiatan pembelajaran kooperatif tersebut tak mungkin dapat menghasilkan prestasi secara baik. Disinilah letak kejelian guru untuk dapat mengarahkan masing-masing siswa agar dapat diplot sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru yang semestinya. Guru menjadi sentral pemecah problem dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Fungsi guru adalah semacam motivator, mediator dan sumber materi yang diharapkan siswa dari pendalaman materi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.
D.          Manfaat  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif ternyata telah mendapat perhatian yang demikian luas dikalangan para praktisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun dikalangan para stakeholder dunia pendidikan dibanyak negara, termasuk di Indonesia. Mereka menganggap pembelajaran kooperatif ini menjadi penting sebagai salah satu hal untuk dapat memajukan dunia pendidikan seperti yang kita harapkan bersama. Mereka telah banyak melakukan pengamatan dan penelitian untuk memperoleh formula yang tepat didalam menelaah pembelajaran kooperatif tersebut.
Dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan, para ahli pendidikan, maupun oleh para penentu kebijakan didunia pendidikan mereka telah dapat menemukan sekian banyak kelebihan-kelebihan dari pembelajaran kooperatif yang beraneka ragam jenisnya tersebut. Secara garis besar dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan para ahli pendidikan dapat kami simpulkan bahwa manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
2.      Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
3.       Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
4.      Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
5.      Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
6.      Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
7.      Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
Manfaat-manfaat tersebut diatas dapat tercapai, karena dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa, dapat diartikan bahwa sekolah (yaitu guru dan siswa) telah melakukan hal- hal sebagai berikut :
1.      Berusaha dengan baik untuk dapat mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir kritis dan kerjasama secara kelompok.
2.      Menyuburkan hubungan yang sangat positif diantara para siswa yang berasal dari latar belakang (suku, tingkat sosial ekonomi, kepandaian, beban hidup, da lain-lain) yang berbeda satu sama lainnya.
3.      Menerapkan bimbingan oleh teman (peer coaching), karena terjadi interaksi yang positif diantara para siswa dalam kelompoknya sehingga terjadi siswa yang memahami materi akan membimbing siswa lainnya yang belum memahami materi sampai dengan siswa tersebut dapat memahami materi.
4.      Menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan saling menghormati secara ilmiah diantara para siswa dalam kelompoknya, karena mereka berusaha menyatu dan terikat oleh satu tujuan yang sama.
5.      Berusaha membangun sekolah dalam suasana kerjasama., yaitu diawali dari kerjasama yang terjadi diantara para siswa dalam satu kelompok tersebut.
Kecuali itu, dengan strategi pembelajaran kooperatif ini mempunyai dampak positif terhadap siswa yang bermasalah atau mempunyai hasil belajar yang rendah. Karena dengan pembelajaran kooperatif ini mereka akan dilatih untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, melatih memiliki rasa harga diri, meningkatkan kebaikan budi, meningkatkan kepekaan dan toleransi diantara para siswa, serta hal-hal lain yang lebih menguntungkan bagi perkembangan diri dan prestasi siswa tersebut.
Akan tetapi perlu disimak bahwa apabila pembelajaran kooperatif ini belum dilakukan disekolah atau masih berupa barang baru, maka akan muncul beberapa kemungkinan yang kurang menguntungkan. Kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut antara lain dapat berupa  para siswa bertambah bingung dalam belajar, para siswa kehilangan rasa percaya diri, atau bahkan lebih parah lagi terjadi peristiwa saling mengganggu diantara para siswa.
Sehingga pembelajaran kooperatif ini pemberlakuannya perlu diadaptasikan terlebih dahulu, dikaji bentuknya yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi siswa secara keseluruhan. Yang pasti tak ada salahnya untuk mencoba karena manfaatnya yang demikian banyak. Kita akan tahu hasil dan manfaatnya setelah kita mencobanya dengan sebaik-baiknya dan sepenuh hati disertai rasa tanggung jawab yang tulus sebagai seorang pendidik.
E.           Sekolah Progresif Berbasis Karakter
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta budaya sekolah berkarakter.
F.           Pandangan Pendidikan Progresif
Paradigma pendidikan terdahulu adalah pencerdasan siswa dalam bidang kognitip saja, para pendidik hanya berorientasi pada bagaimana cara mentransfer materi-materi pelajaran kepada siswanya. Proses pendidikan saat itu hanya berorientasi pada perolehan nilai akademik yang tinggi bagi para siswa, yang pada puncaknya mereka akan menyelesaikan proses pendidikan serta “gelar-gelar pendidikan” yang tinggi pula. Dengan kondisi yang demikian maka tidaklah salah jika pendidikan terpisah dari masyarakat, pendidikan hanya mengasah kemampuan intelektual. Sehingga pendidikan dipandang tidak mampu menyelesaikan masalah – masalah yang ada di masyarakat.
Pendidikan yang kita jalani saat itu dianggap oleh sebagian masyarakat hanya mampu melahirkan gelar-gelar saja. Mereka kecewa dengan pendidikan yang telah mereka jalani. Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang berpendidikan tinggi akhirnya hanya jadi pengangguran.
Dengan kondisi yang ada seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita, “Sesungguhnya apa kekurangan dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini ?”
Berdasarkan studi pikologi belajar serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan menghendaki agar proses pembelajaran harus dapat memperhatikan minat, kebutuhan, dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah. Salah satu teori yang mendukung gagasan ini adalah teori belajar Progresif yang dikemukakan oleh John Dewey. Teori Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang peserta didik sebagai makhluk sosial yang aktif, dan dia percaya bahwa peserta didik ingin memahami tentang lingkungan dimana dia berada, baik lingkungan personal (individu) ataupun kolektip ( sosial ).
Menurut Dewey terdapat tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah. Tingkatan pertama untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan ini diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra dan pengembanan koordinasi fisik. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan bahan – bahan belajar yang bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai variasi bahan belajar yang dapat menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide atau gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.
Pandangan Dewey di atas tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa ahli pendidikan yang lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 ) yang mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1.      Tahap sensori motor ( 0;0 - 2;0 tahun )
2.      Tahap praoprasional ( 2;0 – 7;0 tahun )
3.      Tahap oprasional kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4.      Tahap oprasional formal ( 11;0 – 15;0 )
Sedangkan menurut Bruner ( Sumantri M. dan Permana J. hal. 24 ), guru mengembangkan belajar anak dengan cara menyediakan situasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif di pihak anak; dimolai dari format atau bentuk bentuk yang berada disekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan– kegiatan lalu yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemudian menggunakan bahasa yang lebih kompleks.
Dewey ( Tilaar: 2000 ) juga mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.
Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
Menurut Dewey, harus terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya perubahan dalam beberapa hal dengan jalan :
1.      Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara perorangan.
2.      Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar melalui pengalaman.
3.      Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti memberikan tujuan yang dapat menjelaskan arah kegiatan belajar yang merupakan kegiatan pokok anak didik.
4.      Mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek kehidupan sekolah (mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan)
5.      Menyadarkan murid, bahwa hidup itu dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa kini.
G.    Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional. Program pendidikan progresif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Penekanan pada learning by doing, pembelajaran ekspedisi, pengalaman belajar
2.      Kurikulum terpadu difokuskan pada unit tematik
3.      Integrasi kewirausahaan dalam pendidikan
4.      Penekanan kuat pada pemecahan masalah dan berpikir kritis
5.      Kelompok kerja dan pengembangan keterampilan sosial
6.      Memahami dan tindakan sebagai tujuan belajar sebagai lawan pengetahuan hafalan
7.      Proyek pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
8.      Pendidikan untuk tanggung jawab sosial dan demokrasi
9.      Pemilihan isi pelajaran dengan melihat ke depan untuk meminta keterampilan apa yang akan dibutuhkan dalam masyarakat masa depan
10.  Penekanan pada buku teks yang mendukung sumber daya bervariasi pembelajaran
11.  Penekanan pada belajar seumur hidup dan keterampilan sosial
12.  Penilaian oleh evaluasi proyek dan produksi anak (berfokus pada proses)
13.  Berpusat pada murid (student center)
14.  Pendidikan untuk saat ini
15.  Positif disiplin
16.  Berorientasi pada proses
17.  Memanfaatkan beragam cara belajar
18.  Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh murid
Salah satu contoh pelaksanaan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah Program “We the Peple..Project Citizen” dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada dalam masyarakat
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di lingkungan masyarakat dengan melalui pengamatan, interview, dan studi dokumentasi yang dilakukan secara kelompok.
2.      Memilih masalah sebagai fokus kajian kelas
Pada langkah ini, kelas difasilitasi untuk mengkaji berbagai masalah itu dan kemudian memilih satu masalah yang paling layak untuk dipecahkan.
3.      Mengumpulkan informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai sumber informasi yang relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa, kalangan profesional dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah, dan tokoh serta anggota masyarakat.
4.      Mengembangkan suatu portfolio kelas
Pada langkah ini, kelas mengembangkan portfolio berupa himpunan hasil kerja kelompok dalam rangka pemecahan masalah tersebut dan menyajikannya secara keseluruhan dalam bentuk panel pameran yang dapat dilihat bersama, yang melukiskan saling keterkaitan masalah, alternatif kebijakan, dukungan atas alternatif kebijakan, dan rencana tindakan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
5.      Menyajikan portfolio kelas dalam suatu simulasi dengar pendapat
Pada langkah ini, keseluruhan portfolio yang telah dikembangkan kemudian disajikan dan dipamerkan kepada sivitas akademika dan masyarakat.
6.      Melakukan kajian reflektif atas pengalaman belajar yang dilakukan
Pada langkah terakhir, kembali ke kelas untuk melakukan refleksi atau pengendapan dan perenungan mengenai hasil belajar yang dicapai melalui seluruh kegiatan tersebut.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali
2.      Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan suatu peramasalahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
3.      Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
a.       Para siswa harus berusaha untuk memahami materi, memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan belajar diantara mereka semuanya.
b.      Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama.
c.       Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang dihadapinya.
d.      Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e.       Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar.
f.       Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok.
4.      Manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
b.      Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
c.       Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
d.      Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
e.       Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
f.       Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
g.      Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
5.      Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta budaya sekolah berkarakter.
6.      Dewey ( Tilaar: 2000 ) mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
7.      Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional.
B.     Saran
Pengetahuan mengenai Membangun Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter penting untuk dipahami setiap insan akademika terutama calon pendidik. Dengan memahami pengetahuan tersebut calon pendidik dapat mengimplementasikan dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai dan melalui pendidikan dapat tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang dan utuh.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. Co-operative Trust Schools.[online].Tersedia:http://www.co-operativeschools.coop/message/co-operative_trust_schools (25 April 2014)

Anonim.2009. Co-ordinating Co-operative Schools.[online].Tersedia: http://www.co-operativeschools.coop/ (25 April 2014)

Anonim.2013.Progressive education.[online].Tersedia:http://en.wikipedia.org/ wiki/Progressive_education
Auliya,Annisa.2011.Pembelajaran Berbasis Karakter.[online].Tersedia: http://annisaauliya.wordpress.com/2011/07/21/pembelajaran-berbasis-karakter/ (24 April 2014)
Budimansyah,Dasim.2014.Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung:Widya Aksara Press
Febriani,Meina.2012.My Dream: Sekolah Kooperatif.[online].Tersedia: http://meinafebri.blogspot.com/2012/05/my-dream-sekolah-kooperatif.html (24 April 2014)
Priyono.2011.Manfaat Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemajuan Sekolah.[online].Tersedia:http://gondosupriyono.blogspot.com/2011/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif.html (24 April 2014)
Tisa.2012.Kurikulum Progresif.[online].Tersedia:http://tisachan.blogspot.com /2012/11/kurikulum-progresif.html (24 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar