BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekolah
merupakan sebuah institusi pendidikan yang berusaha memberi bekal kehidupan
kepada siswa dengan melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal tersebut
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat membantu
siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Dalam hal ini kemampuan
yang perlu dikembangkan pada diri siswa meliputi semua aspek, tidak hanya aspek
berpikir (kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap
(afektif). Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri
siswa dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu
mencetak individu yang berkualitas. Dalam hal tersebut, tentu perlu adanya
strategi dalam membangun Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Kooperatif dan
Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif?
2. Bagaimana Pembelajaran Kooperatif?
3. Apa saja Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif?
4. Apa Manfaat
Pembelajaran Kooperatif?
5. Apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis
Karakter?
6. Bagaimana Pandangan Pendidikan Progresif?
7. Bagaimana Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter?
C.
Tujuan Makalah
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif.
2. Memahami mengenai Pembelajaran
Kooperatif.
3. Mengetahui Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif.
4. Mengetahui Manfaat
Pembelajaran Kooperatif.
5. Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif
Berbasis Karakter.
6. Memahami Pandangan Pendidikan Progresif.
7. Memahami Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter.
D.
Sistematika
Makalah
Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang,
rumusan masalah,
tujuan makalah, dan sistematika makalah yang disusun.
Bab II Pembahasan, menjelaskan Pengertian Sekolah Kooperatif, Pembelajaran
Kooperatif, Unsur-Unsur
Pembelajaran Kooperatif, Manfaat
Pembelajaran Kooperatif, Sekolah Progresif Berbasis Karakter, Pandangan
Pendidikan Progresif, dan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Bab III Penutup, menguraikan kesimpulan
isi makalah dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sekolah Kooperatif
Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan
kepada siswa baik mengenai
pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa
merendahkan derajat sama sekali.
Sekolah Kooperatif menempatkan penekanan yang tinggi pada sekolah , guru
dan masyarakat bekerja sama untuk menyediakan lingkungan yang terbaik yang
mereka bisa untuk generasi muda. Perkembangan generasi muda menjadi warga
negara global yang aktif dan berkarakter merupakan inti dari filosofi Sekolah
Kooperatif.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan
siswa secara berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan
suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar dalam
kelompok, namun harus memenuhi unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif supaya
pengelolaan kelas lebih efektif (Lie, 2004: 29). Metode ini bukan sekedar
diskusi yang dikuasai atau didominasi oleh beberapa orang saja. Kebanyakan yang
lain hanya suka menjadi penonton yang pasif namun di sini guru harus mendorong
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut
Cilstrap dan Martin bekerja secara kelompok memberikan pengertian sebagai
kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar (Roestiyah, 1998: 15). Keberhasilan kerja kelompok ini
menuntut kegiatan kooperatif yang dimenuntut kegiatan yang kooperatif dari
beberapa individu tersebut.
Dalam pembelajaran
konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun dan membentuk pengetahuannya
sendiri, bukan hanya menerima informasi sepihak dari seorang guru. Pembentukan
pengetahuan tersebut dapat berasal dari diri yang bersifat individu, dapat pula
diperoleh secara berkelompok / bekerja sama dengan siswa lain. Dalam hal ini
sangat berkaitan dengan masyarakat belajar (Learning Community), yang
akhirnya melahirkan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam melakukan tugas
belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami materi yang sedang dipelajari. Salah satu kelebihan pembelajaran
kooperatif adalah memberikan siswa ketrampilan untuk bekerja sama dan
kolaborasi dengan siswa lain, dengan berbagai kemampuan dan karakter yang
berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif, aktivitas siswa baik secara kelompok
maupun individu akan sangat tinggi. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih aktif
dan dinamis. Karena setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan dan tanggung
jawab yang harus dilakukan untuk kelompoknya.
Secara umum tujuan
penerapan kerja kelompok ini adalah untuk memupuk kemampuan kerja sama diantara
peserta didik (siswa) dalam menyelesaikan suatu tugas sehingga dalam kelompok
tersebut terjadi keterlibatan sosio-emosional dan intelektual peserta didik
dalam proses belajar mengajar. Kemampuan bekerja sama dan saling mendukung akan
teruji, menjadikan mobilitas yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Ada lima prinsip mendasari
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.
positive interdependence:
anggota kelompok perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan,
2.
face to face interaction: semua
anggota berinteraksi dengan saling berhadapan,
3.
individual accountability:
setiap anggota harus belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan
keberhasilan kelompok,
4.
use of collaborative/social
skills: keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi diperlukan, untuk ini
diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat berkolaborasi,
5.
group processing: siswa perlu
menilai bagimana mereka bekerja secara efektif.
C.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak bentuk pelaksanaan,
baik yang sesuai dengan definisi yang dimaksud di atas
atau yang bersifat parsial saja. Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif baru
dapat diangap berjalan dengan baik apabila telah dipenuhinya unsur-unsur
sebagai berikut :
1.
Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka harus merasa “tenggelam dan berenang
bersama-sama”. Artinya para siswa harus berusaha untuk memahami materi,
memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara
bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan
belajar diantara mereka semuanya.
2.
Para
siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama. Maksudnya mengawali
belajar dengan tujuan belajar yang sama dan pendapatnya merupakan kesimpulan
dari hasil-hasil belajar masing-masing anggota kelompok.
3.
Para
siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan
terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang
dihadapinya. Apabila ada siswa lain yang kurang mampu maka siswa anggota
kelompok yang lain harus menggantikannya untuk menyelesaikan beban tugas dari
siswa yang tidak mampu tersebut. Selain itu ia juga harus dapat menyelesaikan
tugas-tugas pribadinya dengan baik dan benar.
4.
Para
siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara
para anggota kelompok. Sama besar disini dimaksudkan semuanya mendapat beban
tugas dan tanggung jawab secara adil dan merata untuk setiap anggota kelompok
melalui jalur musyawarah dengan mengedepankan tujuan pembelajaran yang
disiapkan pada awal belajar. Diharapkan tidak terjadi adanya siswa yang
menyelesaikan beban tugas dan tanggung jawabnya secara keseluruhan sehingga
diharapkan terjadi pencarian materi belajar secara bersama-sama.
5.
Adanya
pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama
dengan baik selama belajar. Jadi sebelum kegiatan belajar dimulai masing-masing
kelompok diadakan pembagian tugas yang berfungsi untuk mengatur jalannya proses
pembelajaran dimaksud.
6.
Setelah
proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat
mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses
pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Disinilah kesiapan masing-masing
individu anggota kelompok secara pribadi untuk mengikuti proses pembelajaran
sepenuhnya dengan penuh tanggung jawab dan berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menguasai materi dengan sebaik-baiknya.
Keenam
unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada secara lengkap untuk menilai
proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau
belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Apabila salah satu unsur tidak tercapai
atau hanya terlaksana untuk sebagian saja, maka kegiatan pembelajaran
kooperatif tersebut tak mungkin dapat menghasilkan prestasi secara baik.
Disinilah letak kejelian guru untuk dapat mengarahkan masing-masing siswa agar
dapat diplot sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru yang semestinya. Guru menjadi
sentral pemecah problem dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Fungsi guru
adalah semacam motivator, mediator dan sumber materi yang diharapkan siswa dari
pendalaman materi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.
D.
Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif ternyata telah mendapat perhatian
yang demikian luas dikalangan para praktisi pendidikan, peneliti pendidikan
maupun dikalangan para stakeholder dunia pendidikan dibanyak negara, termasuk
di Indonesia. Mereka menganggap pembelajaran kooperatif ini menjadi penting
sebagai salah satu hal untuk dapat memajukan dunia pendidikan seperti yang kita
harapkan bersama. Mereka telah banyak melakukan pengamatan dan penelitian untuk
memperoleh formula yang tepat didalam menelaah pembelajaran kooperatif
tersebut.
Dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh para
praktisi pendidikan, para ahli pendidikan, maupun oleh para penentu kebijakan
didunia pendidikan mereka telah dapat menemukan sekian banyak
kelebihan-kelebihan dari pembelajaran kooperatif yang beraneka ragam jenisnya
tersebut. Secara garis besar dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan para
ahli pendidikan dapat kami simpulkan bahwa manfaat yang dapat diambil dari
pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Mempercepat
peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai
yang tinggi)
2.
Absensi
siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa,
berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
3.
Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
4.
Menumbuhkan
rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
5.
Mampu
menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Elaborasi siswa meningkat.
6.
Menumbuhkan
rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
7.
Pembelajaran
kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
Manfaat-manfaat
tersebut diatas dapat tercapai, karena dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif pada siswa, dapat diartikan bahwa sekolah (yaitu guru dan siswa)
telah melakukan hal- hal sebagai berikut :
1.
Berusaha
dengan baik untuk dapat mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir
kritis dan kerjasama secara kelompok.
2. Menyuburkan hubungan yang sangat
positif diantara para siswa yang berasal dari latar belakang (suku, tingkat
sosial ekonomi, kepandaian, beban hidup, da lain-lain) yang berbeda satu sama
lainnya.
3. Menerapkan bimbingan oleh teman
(peer coaching), karena terjadi interaksi yang positif diantara para siswa
dalam kelompoknya sehingga terjadi siswa yang memahami materi akan membimbing
siswa lainnya yang belum memahami materi sampai dengan siswa tersebut dapat
memahami materi.
4. Menciptakan lingkungan yang saling
menghargai dan saling menghormati secara ilmiah diantara para siswa dalam
kelompoknya, karena mereka berusaha menyatu dan terikat oleh satu tujuan yang
sama.
5. Berusaha membangun sekolah dalam
suasana kerjasama., yaitu diawali dari kerjasama yang terjadi diantara para
siswa dalam satu kelompok tersebut.
Kecuali
itu, dengan strategi pembelajaran kooperatif ini mempunyai dampak positif
terhadap siswa yang bermasalah atau mempunyai hasil belajar yang rendah. Karena
dengan pembelajaran kooperatif ini mereka akan dilatih untuk memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, melatih memiliki rasa
harga diri, meningkatkan kebaikan budi, meningkatkan kepekaan dan toleransi
diantara para siswa, serta hal-hal lain yang lebih menguntungkan bagi
perkembangan diri dan prestasi siswa tersebut.
Akan tetapi perlu disimak bahwa
apabila pembelajaran kooperatif ini belum dilakukan disekolah atau masih berupa
barang baru, maka akan muncul beberapa kemungkinan yang kurang menguntungkan.
Kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut antara lain dapat berupa para siswa bertambah bingung dalam belajar,
para siswa kehilangan rasa percaya diri, atau bahkan lebih parah lagi terjadi
peristiwa saling mengganggu diantara para siswa.
Sehingga pembelajaran kooperatif ini
pemberlakuannya perlu diadaptasikan terlebih dahulu, dikaji bentuknya yang
paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi siswa secara keseluruhan. Yang
pasti tak ada salahnya untuk mencoba karena manfaatnya yang demikian banyak.
Kita akan tahu hasil dan manfaatnya setelah kita mencobanya dengan
sebaik-baiknya dan sepenuh hati disertai rasa tanggung jawab yang tulus sebagai
seorang pendidik.
E.
Sekolah Progresif Berbasis Karakter
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan
pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter
supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini
menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat
berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga
tercipta budaya sekolah berkarakter.
F.
Pandangan Pendidikan Progresif
Paradigma pendidikan
terdahulu adalah pencerdasan siswa dalam
bidang kognitip saja, para pendidik hanya berorientasi pada bagaimana cara
mentransfer materi-materi pelajaran kepada siswanya. Proses pendidikan saat itu
hanya berorientasi pada perolehan nilai akademik yang tinggi bagi para
siswa, yang pada puncaknya mereka akan menyelesaikan proses pendidikan serta
“gelar-gelar pendidikan” yang tinggi pula. Dengan kondisi yang demikian maka
tidaklah salah jika pendidikan terpisah dari masyarakat, pendidikan hanya
mengasah kemampuan intelektual. Sehingga pendidikan dipandang tidak mampu
menyelesaikan masalah – masalah yang ada di masyarakat.
Pendidikan yang kita
jalani saat itu dianggap oleh sebagian masyarakat hanya mampu melahirkan
gelar-gelar saja. Mereka kecewa dengan pendidikan yang telah mereka jalani.
Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya,
bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang berpendidikan tinggi akhirnya
hanya jadi pengangguran.
Dengan kondisi yang ada
seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita, “Sesungguhnya apa kekurangan
dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini ?”
Berdasarkan studi
pikologi belajar serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan menghendaki
agar proses pembelajaran harus dapat memperhatikan minat, kebutuhan, dan
kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai
tujuan-tujuan sosial sekolah. Salah satu teori yang mendukung gagasan ini
adalah teori belajar Progresif yang dikemukakan oleh John Dewey. Teori
Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme
pendidikan. Teori ini memandang peserta didik sebagai makhluk sosial yang
aktif, dan dia percaya bahwa peserta didik ingin memahami tentang lingkungan
dimana dia berada, baik lingkungan personal (individu) ataupun kolektip (
sosial ).
Menurut Dewey terdapat
tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah. Tingkatan pertama
untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan
ini diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra dan
pengembanan koordinasi fisik. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan
bahan – bahan belajar yang bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai
variasi bahan belajar yang dapat menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam
belajar. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide
atau gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk
memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.
Pandangan Dewey di atas
tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa ahli pendidikan yang
lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 ) yang
mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1.
Tahap sensori motor ( 0;0 - 2;0 tahun )
2.
Tahap praoprasional ( 2;0 – 7;0 tahun )
3.
Tahap oprasional kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4.
Tahap oprasional formal ( 11;0 – 15;0 )
Sedangkan
menurut Bruner ( Sumantri M. dan Permana J. hal. 24 ), guru mengembangkan belajar
anak dengan cara menyediakan situasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang
aktif di pihak anak; dimolai dari format atau bentuk bentuk yang berada
disekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan– kegiatan lalu yang telah biasa
dilakukan si anak itu, untuk kemudian menggunakan bahasa yang lebih kompleks.
Dewey
( Tilaar: 2000 ) juga mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial
bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan
partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk
oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan
menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan
digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.
Pendidikan
haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh
karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu
memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi
dimasa kini dan masa yang akan datang.
Menurut
Dewey, harus terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya
perubahan dalam beberapa hal dengan jalan :
1.
Memberikan kesempatan kepada murid untuk
belajar secara perorangan.
2.
Memberikan kesempatan kepada murid untuk
belajar melalui pengalaman.
3.
Memberi motivasi, dan bukan perintah.
Ini berarti memberikan tujuan yang dapat menjelaskan arah kegiatan belajar yang
merupakan kegiatan pokok anak didik.
4.
Mengikutsertakan murid di dalam setiap
aspek kehidupan sekolah (mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan)
5.
Menyadarkan murid, bahwa hidup itu
dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah
dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa kini.
G. Pembelajaran
Progresif Berbasis Karakter
Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah
pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan
nilai-nilai karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan
menekankan pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran
Progresif timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran
Tradisional. Program pendidikan progresif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Penekanan
pada learning by doing, pembelajaran ekspedisi, pengalaman belajar
2.
Kurikulum
terpadu difokuskan pada unit tematik
3.
Integrasi
kewirausahaan dalam pendidikan
4.
Penekanan
kuat pada pemecahan masalah dan berpikir kritis
5.
Kelompok
kerja dan pengembangan keterampilan sosial
6.
Memahami
dan tindakan sebagai tujuan belajar sebagai lawan pengetahuan hafalan
7.
Proyek
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
8.
Pendidikan
untuk tanggung jawab sosial dan demokrasi
9.
Pemilihan
isi pelajaran dengan melihat ke depan untuk meminta keterampilan apa yang akan
dibutuhkan dalam masyarakat masa depan
10. Penekanan pada buku teks yang mendukung sumber daya
bervariasi pembelajaran
11. Penekanan pada belajar seumur hidup dan keterampilan
sosial
12. Penilaian oleh evaluasi proyek dan produksi anak
(berfokus pada proses)
13. Berpusat pada murid (student center)
14. Pendidikan untuk saat ini
15. Positif disiplin
16. Berorientasi pada proses
17. Memanfaatkan beragam cara belajar
18. Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh murid
Salah satu contoh pelaksanaan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
adalah Program “We the Peple..Project
Citizen” dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada
dalam masyarakat
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk dapat
mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di lingkungan masyarakat dengan
melalui pengamatan, interview, dan studi dokumentasi yang dilakukan secara
kelompok.
2.
Memilih
masalah sebagai fokus kajian kelas
Pada langkah ini, kelas difasilitasi untuk mengkaji
berbagai masalah itu dan kemudian memilih satu masalah yang paling layak untuk
dipecahkan.
3.
Mengumpulkan
informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai
sumber informasi yang relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa,
kalangan profesional dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah,
dan tokoh serta anggota masyarakat.
4.
Mengembangkan
suatu portfolio kelas
Pada langkah ini, kelas mengembangkan portfolio berupa
himpunan hasil kerja kelompok dalam rangka pemecahan masalah tersebut dan
menyajikannya secara keseluruhan dalam bentuk panel pameran yang dapat dilihat
bersama, yang melukiskan saling keterkaitan masalah, alternatif kebijakan,
dukungan atas alternatif kebijakan, dan rencana tindakan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut.
5.
Menyajikan
portfolio kelas dalam suatu simulasi dengar pendapat
Pada langkah ini, keseluruhan portfolio yang telah
dikembangkan kemudian disajikan dan dipamerkan kepada sivitas akademika dan
masyarakat.
6.
Melakukan
kajian reflektif atas pengalaman belajar yang dilakukan
Pada langkah terakhir, kembali ke kelas untuk
melakukan refleksi atau pengendapan dan perenungan mengenai hasil belajar yang
dicapai melalui seluruh kegiatan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan
kepada siswa baik mengenai
pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa
merendahkan derajat sama sekali
2. Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja
sama atau membantu untuk memecahkan suatu peramasalahan. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan
membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
a.
Para siswa harus berusaha untuk memahami materi, memperluas
materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara bersama-sama.
Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan belajar diantara
mereka semuanya.
b.
Para
siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama.
c.
Para
siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan
terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang
dihadapinya.
d.
Para
siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara
para anggota kelompok.
e.
Adanya
pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama
dengan baik selama belajar.
f.
Setelah
proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat
mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses
pembelajaran dilakukan secara berkelompok.
4.
Manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif
antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Mempercepat
peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai
yang tinggi)
b.
Absensi
siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa,
berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang
membolos.
c.
Menimbulkan
sikap siswa kearah yang lebih positif.
d.
Menumbuhkan
rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
e.
Mampu
menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Elaborasi siswa meningkat.
f.
Menumbuhkan
rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
g.
Pembelajaran
kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
5. Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang
menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai
karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di
sekolah ini menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa
dapat berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya
sehingga tercipta budaya sekolah berkarakter.
6.
Dewey ( Tilaar: 2000 ) mengemukakan
bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa (
Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan
tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman
sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam
kehidupan sosial.Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan
sosial peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali
pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan
yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan –
persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
7. Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah
pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai
karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan
pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif
timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional.
B. Saran
Pengetahuan mengenai Membangun
Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter penting untuk dipahami setiap insan akademika
terutama calon pendidik. Dengan memahami pengetahuan tersebut calon pendidik
dapat mengimplementasikan dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai dan melalui
pendidikan dapat tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang dan utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Co-operative Trust Schools.[online].Tersedia:http://www.co-operativeschools.coop/message/co-operative_trust_schools (25 April 2014)
Anonim.2009. Co-ordinating Co-operative Schools.[online].Tersedia: http://www.co-operativeschools.coop/ (25 April 2014)
Anonim.2013.Progressive
education.[online].Tersedia:http://en.wikipedia.org/ wiki/Progressive_education
Auliya,Annisa.2011.Pembelajaran Berbasis Karakter.[online].Tersedia: http://annisaauliya.wordpress.com/2011/07/21/pembelajaran-berbasis-karakter/ (24 April 2014)
Budimansyah,Dasim.2014.Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter
Seri Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung:Widya Aksara Press
Febriani,Meina.2012.My Dream: Sekolah
Kooperatif.[online].Tersedia:
http://meinafebri.blogspot.com/2012/05/my-dream-sekolah-kooperatif.html (24 April 2014)
Juminto.2011.Upaya Meningkatkan Pembelajaran
Kooperatif Untuk Menciptakan Kultur Sekolah Yang Dinamis Dan Demokratis.[online].Tersedia:
https://karwapi.wordpress.com/tag/keterbatasan-pembelajaran-kooperatif/ (24 April 2014)
Priyono.2011.Manfaat
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemajuan Sekolah.[online].Tersedia:http://gondosupriyono.blogspot.com/2011/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif.html
(24 April 2014)
Tisa.2012.Kurikulum Progresif.[online].Tersedia:http://tisachan.blogspot.com
/2012/11/kurikulum-progresif.html (24 April 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar