Selasa, 24 Februari 2015

MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERKARAKTER




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada era reformasi di negeri kita sekarang ini banyak sekali dijumpai perilaku masyarakat yang terasa menyimpang dari norma-norma tradisi yang mengambarkan kepatutan sosial. Ada yang menganggapnya sebagai konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap sebagai fenomena reformasi yang kebablasan.  Jika pada masa orde baru kebanyakan pejabat negara itu dipandang terhormat dan dihormati, kini semua pejabat publik bahkan presiden dan wakil presiden pun menjadi bahan olok-olok demonstran jalanan. Bukan hanya itu, perilaku anarkipun dilakukan oleh lapisan masyarakat yang semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota parlemen . Oleh karena itu  dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari jalanan hingga senayan. Pertanyaan yang timbul adalah, apakah perilaku “menyimpang “ ini merupakan budaya masyarakat kini, atau sekededar fenomena musiman? Pertanyaan mendasar berikutnya, mengapa terjadi hal itu dan siapa yang harus disalahkan atau siapa yang harus bertanggung jawab?
Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan. Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai. Paling kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau mengalami ketidak jelasan arah hidup. Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini, nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai asing di tengah masyarakat.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1.      Apa yang dimaksud dengan masyarakat ?
2.      Apa yang dimaksud dengan karakter ?
3.      Apa yang dimaksud dengan masyarakat berkarakter ?
4.      Bagaimana ciri-ciri masyarakat berkarakter ?
5.      Apa saja fungsi dan tujuan membentuk masyarakat berkarakter ?
6.      Apa saja ruang lingkup masyarakat berkarakter ?
7.      Bagaimana strategi membangun masyarakat berkarakter ?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian masyarakat.
2.      Mengetahui pengertian karakter.
3.      Mengetahui pengertian masyarakat berkarakter.
4.      Mengetahui ciri-ciri masyarakat berkarakter.
5.      Mengetahui fungsi dan tujuan menciptakan masyarakat berkarakter.
6.      Mengetahui ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter.
7.      Mengetahui strategi membangun masyarakat berkarakter.

D.      Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.       Rumusan Masalah
C.       Tujuan Penulisan
D.      Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Masyarakat
B.       Pengertian Karakter
C.       Pengertian Masyarakat Berkarakter
D.      Ciri-ciri Masyarakat Berkarakter
E.       Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter
F.        Ruang Lingkup Sasaran Menciptakan Masyarakat Berkarakter
G.      Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter
BAB II PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.       Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarakah. Dalam bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama yang menurut Ibnu Manzur dalam Lisan Al’Arab mengandung arti (1) pokok dari segala sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan. (2) kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat, bersekutu dan saling bekerjasama. Jadi dari kata musayarakah dan mujtama sudah dapat ditarik pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati bersama. Dari pengertian tersebut dapat kita bayangkan bagaimana anatomi dari masayarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai misalnya ada masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat dunia, masyarakat Indonesia dan sebagainya. Semua jenis masyarakat tersebut terdiri dari unsur-unsur yang berbeda tetapi mereka menyatu dalam satu tatanan sebagai wujud kehendak bersama. Karena adanya dua atau beberapa kutub, yakni: berasal dari unsur yang berbeda-beda tetapi bermaksud menyatu dalam suatu tatanan, maka dari kutub pertama ke kutub kedua ada proses yang membutuhkan waktu yang panjang. Masyarakat Indonesia misalnya, sudahkah mereka menyatu dalam kesatuan? Ternyata setengah abad merdeka belum cukup waktu untuk menyatukan  sebuah masyarakat Indonesia meski sudah di wadahi dengan istilah Bhineka Tunggal Ika. Abad pertama kemerdekaan Indonesia nampaknya masyarakat Indonesia masih merupakan nation is making, masih dalam proses menjadi. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga, perkumpulan, dan negara.
Kata masyarakat juga merupakan terjemahan dari kata community atau komunitas. Secara definitive dapat didefinisikan sebgai skelompok manusia (individu) yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal disuatu tempat (wilayah) tertentu baik di desa maupun di kota yang telah terjadi interaksi social antar anggotanya atau adanya hubungan social ( social relationship) yang memiliki norma dan nilai tertentun yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula.
Unsur-unsur suatu masyarakat :
1.    Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak.
2.    Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
3.    Adanya aturan atau Undang-Undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
4.    Seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan.

B.  Pengertian Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu kharaseein, yang berarti sebuah instrumen untuk menilai, mengesankan, memberikan tanda khusus, dan watak khusus (Oxford Endlish Dictionary). Tanda khusus ini adalah yang membedakan dari yang lain sehingga dapat mengukir kesan khusus pada setiap individu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, istilah karakter diterjemahkan dengan watak, adalah sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat menonjol sehingga dapat dikenali dalam berbagai situasi atau merupakan trade mark orang, kelompok, atau bangsa tersebut (Tilaar, 2008). Kata karakter juga sering ditukarpakaikan dengan kata kepribadian (personality), walaupun keduanya memiliki konotasi yang berlainan.
Karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Sifat pribadi maksudnya ciri-ciri yang ada didalam pribadi seseorang yang terwujudkan dalam tingkah laku. Relative stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan berarti kekuatan yang pengaruhnya sangat besar/ dominan dan menyeluruh terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud.
Adapun penampilan perilaku adalah aktivitas individu atau kelompok dalam bidang dan wilayah (setting) kehidupan (bidang kehidupan: ekonomi, kemasyarakatan, budaya/seni, agama, ilmu dan teknologi, hukum politik, pertahanan dan keamanan, kehidupan global). Makna standar nilai/norma adalah kondisi yang mengacu pada pada kaidah-kaidah agama, ilmu dan teknologi, hukum, adat, dan kebiasaan yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Dengan demikian hidup berkarakter adalah hidup yang dikehendaki, yakni yang menempuh jalan lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma sesuai dengan fitrah manusia yang berorientasi kebenaran dan keluhuran (Prayitno dan Khaidir,2011).

C.  Pengertian Masyarakat Berkarakter
Setelah pemaparan mengenai pengertian masyarakat dan karakter kita dapat mengetahui pengertian masyarakat berkarakter adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama. Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.
Apabila membahas masyarakat berkarakter maka erat kaitannya dengan lingkungan yang berkarakter pula. Lingkungan berkarkter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, seperti karakter cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab,  kejujuran atau amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, gotong royong dan kerjasama. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun pada kehidupan sehari-hari.
Masyarakat yang berkarakter  perlu diciptakan dengan baik dan benar karena dalam masyarakat anak akan mengenal dan mengetahui pengetahuan tambahan, pengganti dari pendidikan lingkungan lainnya sehingga masyarakat perlu paham akan pentingnya peranan dalam membangun pendidikan karakter bagi anak. Masyarakat yang berkarakter akan mendukung segala upaya dalam menunjang pendidikan yang layak bagi anak dan masyarakat juga akan mengikutsertakan setiap individu dalam lingkungannya untuk bekerjasama memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.
Masyarakat berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi sekitarnya sehingga perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.
Pada intinya masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapt anak dari lingkungan keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya.

D.  Ciri-ciri Masyarakat Berkarakter
Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat  yang berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya yang sanagt urgents untuk membentuk jati diri atau kepribadian bangsa.
Masyarakat merupakan asset paling berharga untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju. Masyarakat berkarakter harus memiliki karakter yang kuat dengan dicirikan kapasitas mental. Kapasitas mental ini berupa kejujuran, ketulusan, keberanian, ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip hidup., dan sifat-sifat lainnya yang melekat pada dirinya. Ciri-ciri masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang setiap anggotanya telah memiliki dan dapat menginternalisasikan 18 nilai karakter dalam dirinya, nilai-nilai karakter tersebut yaitu :
Nilai
Deskripsi
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebang-saan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12.Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. CintaDamai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. GemarMembaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingku-ngan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


E.   Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter
1. Fungsi
a.       Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berfikir baik, berhati baik, dan berprilaku baik sesuai  dengan filsafah hidup pancasila.
b.      Fungsi Perbaikan dan Penguatan
Berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsaa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c.       Fungsi Penyaring
Berfungsi untuk memilah budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui (1) pengukuhan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional          UUD 1945, (3) penguatan komitmen bangsa NKRI, (4) penguatan nilai-nilai          keberagaman sesuai     dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, serta (5) Penguatan        keunggulan dan daya saing     bangsa untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara         Indonesia dalam konteks global.
2.  Tujuan
Bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

F.    Ruang Lingkup Sasaran Menciptakan Masyarakat Berkarakter
Ruang ligkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter meliputi:
1.      Lingkup keluarga
Keluarga merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadap anak sebagai anggota keluarga, sehingga di harapkan dapat terwujud keluarga berkaakter mulia yang tercermin dalam prilaku keseharian. Proses itu dapat dilakukan melalui komunitas keluarga dan partisipasikeluarga dalam pengelolaan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dimana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.
2.      Lingkup satuan pendidikan
   Satuan pendidikan merupakan wahana pengembangan dan pembinaan karakter      yang dilakukan dengan menggunakan (1) Pendekatan terintegritas dalam suasana pembelajaran, (2) Pengembangan budaya satuan pendidikan, (3) pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler, (4) pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan. Pembangunan karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi. Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta        didik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik, melainkan juga sebagi penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan berprilaku. Oleh karena itu penerapan keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pengembangan karakter peserta didik.
3.      Lingkup Pemerintah
Pemerintah merupakan wahana pembangunan karakter bangsa melalui keteladanan penyelenggaraan negara, elit pemerintah dan politik. Unsur      pemerintah merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter bangsa karena aparatur negara sebagai penyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana kebijakan yang ikut menentukan berhasilnya pembangunan karakter pada tataran informal, formal dan non formal.
4.      Lingkup dunia usaha dan industry
Dunia usaha dan industry merupakan wahana interaksi para pelaku sektor riil yang menopang bidang perekonomian nasional. Kemandirian perekonomian nasional sangat bergantung pada kekuatan karakter para pelaku usaha dan industry yang diantaranya dicerminkan oleh menguaknya daya saing, meningkatnya lapangan kerja, dan kebanggaan terhadap produk bangsa sendiri.
5.      Lingkup Media Massa
Media masa merupakan sebuah fungsi dan sistem yang memberi pengaruh sangat signifikan terhadap publik, khususnya terkait dengan pembentukan nilai-nilai kehidupan, sikap, prilaku dan kepribadian atau jati diri bangsa. Media massa memiliki fungsi edukatif maupun non edukatif bergantung dari muatan pesan informasi yang disampaikannya. Fungsi dan peran media massa dirasa semakin penting dalam  era globalisasi saat ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai informasi yang berasal dari berbagai macam sumber, baik dari dalam maupun dari luar negeri dengan mudah dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa akan membawa dampak negatif terhadap upaya pembentukan karakter. Pada gilirannya, ini akan mengancam jati diri bangsa. Atas dasar ini, sudah seharusnya media massa memberikan perhatian dan kepedulian dalam setiap pemberitahuan dan penyiaran informasi agar secara bertanggung jawab memasukan pesan-pesan edukatif terkait dengan substansi menciptakan masyarakat berkarakter.

G. Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter
Nucci & Narvaes (2008) menyatakan bahwa ,oral merupakna factor determinan atau penentu pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu, indikator manusia yang berkarakter moral adalah:
1.      Personal improvement
Yaitu individu yang mempunyai kepribadiaan yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah dengan pengaruh lingkungan social yang dianggapnya tidak sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian tersebut secara kontemporer diistilahkan sebgai integritas. Individu yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai dan aturan yang dia junjung tidak akan melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu yang menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk mencontek, manipulasi dan korupsi.
2.      Social skill
Yaitu mempunyai kepekaan social yang tinggi sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap nilai atau aturan universal tentunya akan mengarahkan manusia untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Contohnya, individu yang religious pasti akan berbuat baik untuk orang lain atau mengutamakan kepentingan umat.
3.      Comprehensive problem solving
Yaitu sejauh mana individu dapat mengatasi konflik dilematis antara pengaruh lingkungan social yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan dengan integritas pribadinya terhadap nilai atau aturan tersebut. Dalam arti, individu mempunya pemahaman terhadap tindakan orang lain (perspektif lain) yang menyimpang tetapi individu tersebut tetap mendasarkan keputusan/sikap/tindakannya kepada niali atau aturan yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak mau mengikuti teman-temannya mencontek saat tidak diawasi oleh guru karna ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami penyebab perilaku teman-temannya yang mencontek. Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan untu menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.
Masyarakat yang ideal adalah meski mereka memiliki sub jati diri yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat yang mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia. Tujuan bersama amsyarakat adalah membangun kesejahteraan social dimana setiap individu terlindungi hak-haknya oleh system social. System social akan kuat jika didukung oleh sub system yang menjadi pilarnya.
Pada dasarnya, jika ingin menciptakan masyarakat yang berkarakter maka kita bisa meneladani dari sikap Nabi Muhammad SAW dalam upaya membangun masyarakat berakhlak ketika zamannya. Jika suatu masyarakat terbangun sesuai dengan konsep tersebut diatas, maka tatanan masyarakat itu akan sangat indah, apa yang oleh Nabi disebut sebagai taman.  Dunia manusia (masyarakat) itu berpeluang menjadi taman yang indah jika didukung oleh pilar-pilar yang kuat. Menurut nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat yang indah, yaitu :
1.         Ilmunya Ulama
Yang dimaksud ulama dalam konteks ini adalah para ahli, ilmuwan tidak terbatas pada ahli agama saja. Yang dimaksud ilmunya ulama sebagai pilar masyarakat adalah konsep ilmiah. Suatu tatanan masyarakat harus berdiri diatas konsep ilmiah. Undang-undang, peraturan, struktur organisasi, dan program-program harus teruji secara ilmiah. Sebuah konsep harus didasari oleh filosofi yang benar dan struktur pemikiran yang logis. Dengan konsep yang logis maka dinamika masyarakat bisa direkayasa dan diprediksi. Pada tataran masyarakat manapun, ulama menempati kedudukan yang terhormat.
2.         Keadilan Penguasa
Ketika sebuah konsep diaplikasikan maka ia harus dipatuhi secara konsisten dan proporsional menyangkut tertib, system, kadar, dan peruntukan. Sebaik apapun suatu konsep jika ketika diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya tidak akan optimal atau bahkan gagal. Yang berwenang mengawasi agar suatu peraturan berlangsung sebagaimana mestinya adalah pemerintah atau penguasa dalam semua tingkatannya. Jika pemerintah menjalankan secara benar maka ia disebut adil. Jika dalam menjalankan peraturan itu banyak penyimpangan, distorsi, dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan penguasa merupakan pilar kedua yang menjamin terbangunnya tatanan masyarakat yang indah.
3.         Kejujuran Karakter Para Pengusaha
Dalam tatanan masyarakat manapun ada kelompok pengusaha yakni mereka yang bekerja mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya sehingga masyarakat merasa nyaman dalam hidupnya karena segala kebutuhannya mudah dijangkau. Untuk jasa mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya pengusaha atau pedagang boleh mengambil keuntungan. Jika dunia usaha tumbuh dengan sehat maka kehidupan masyarakat akan dinamis dan sejahtera. Tetapi pengusaha juga punya peluang untuk memeras msyarakat dan menghancurkan tatanannya, yaitu jika para pengusaha tidak jujur atau tidak amanah. Pengusaha dapat menaikkan harga, manipulasi kualitas, manipulasi pajak, dansebagainya yang dapat berdampak pada hilangnya rasa kepercayaan masyarakat. Jika kepercayaan sudah hilang, maka hidup ditengah masyarakat seperti itu sama sekali tidak nyaman. Kejujuran pengusaha dikontrol oleh pemerintah dan masyarakat, jika aparat pemerintah berhasil disuap oleh pengusaha sehingga keuangan Negara dibobol, kualitas produk dipalsukan, maka yang dirugikan adalah masyarakat dan Negara. Disinilah perlunya aparat yang kuat mental sehingga mereka tetap bertindak adil.
4.         Kemurahan Hati Orang Kaya
Pada tataran masyarakat manapun ada kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Secara sosiologis orang kaya biasanya dekat dengan pengusaha, dan bahkan ada masyarakat dimana penguasa dikendalikan oleh penguasa. Dalam dunia modern seringkali terjadi yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Akibatnya kecemburuan social terjadi, orang miskin membenci orang kaya, orang kaya mempersempit ruang gerak orang miskin. Dalam praktek sering terjadi pengusaha diperalat oleh orang kaya justru untuk menindas orang miskin sekaligus melindungi orang kaya. Orang kaya akan menjadi pilar masyarakat apabila mereka memiliki sifat murah hati. Mereka berpikir positif terhadap lapisan orang miskin sehingga dengan segala cara melakukan usaha bagaimana meningkatkan kesejahteraan orang iskin. Harus diakui bahwa orang kaya biasanya lebi kreatif disbanding orang miskin. Orang kaya yang murah hati biasanya dicintai dan dibela oleh orang miskim dan ini memberi kontribusi yang sangat besar pada stabilitas social karena kecemburuan social justru sangat rentan terhadap munculnya perilaku anarkis  orang miskin terrhadap orang kaya.
5.         Doa orang miskin
doa orang miskin mempunyai peran yang signifikan dalam membangun rasa ketentraman di masyarakat. Orang miskin yang sabar pada umumnya didalam jiwanya penub dengan rasa kasih saying yang oleh karena itu sangat terdorong untuk berdoa, baik untuk dirinya maupun orang lain. Sementara orang miskin yang merasa teraniaya pada umumnya dipenuhi rasa marah dan dendam yang musah sekali diprovokasi untuk melakukan tibadak anarkis.
6.         Disiplin para pekerja
Setiap program pekerjaan dan usaha pasti ada elemen peekrja atau buruh dan mereka adalah bagian dari produksi yang berhak menerima upah. Tanpa pekerja, pabrik tidak akan jalan dan tanpa pegawai, pemerintah pun tidak akan jalan pula. Jadi pekerja adalah bagian dari produksi yang jua sangat menentukan tingkat produktivitas. Sebuah lembaga.
Sebagai contoh, ada proses-proses bagaimana Nabi menegakkan pilar-pilar masyarakat Madinah, antara lain:
a.  Mempersaudarakan pengungsi Makkah (Muhajirin ) dengan penduduk Madinah (Ansar), dan kedua kelompok itu akhirnya menjadi pilar utama tegaknya masyarakat islam di Madinah.
b. Menagtur tata pergaula social dengana gama, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun kehidupan social (muamalah).
c.  Meneguhkan kedudukan dirinya (Rasul) sebagi pemimpin masyarakat, yang dalam menjalankan kebijakan selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabat besar.
d. Menjalin perjanjian perdamaian dengan semua kekuatan social yang ada.
e.  Menegakkan hukum yang disepakati, antara lain menghukum para penghianat perjanjian.
f.  Memberikan keteladanan yang sangat tinggi dalam kehidupan sebgai pribadi, sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin masyarakat.
g. Selama sepuluh tahun periode Madinah, Nabi bukan saja behasil membangun masyarakat madani di kota Madinah tetapi juga berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung Arabia dalam kesatuan wilayah politik. 
     Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia juga membimbing mereka dalam membangun sebuah masyarakat. Tatanan masyarakat yang dikehendaki Al-Qur’an adalah masyarakat yang adil, berdasarkan etika dan dapat bertahan di muka bumi, dan model masyarakat seperti itu hanya mungkin terwujud jika memiliki ideologi. Manusia memiliki kebutuhan fitri untuk mempertahankan hidupnya, oleh karena itu manusia terdorong untuk memiliki jaminan ekonomi dan jaminan rasa aman. Semua tatanan masyarakat sebenarnya dimaksud untuk memperoleh dua hal tersebut. Oleh karena itu, tuntunan Al-Qur’an dalam membangun masyarakat juga mengedepankan infrastruktur kesejahteraan social bagi terwujudnya dua jaminan tersebut.
Proses pembentukan masyarakat berkarakter dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan bangsa, diperlukan katrakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhut, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi iptek, yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter masyarakat Indonesia adalaha karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebgai jatidiri bangsa.
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Masyarakat berkarakter merupakan kumpulan individu yang masing-masing individu ini memiliki 18 nilai karakter dan dapat merealisasikan 18 nilai karakter tersebut kedalam kehidupan masyarakat sehinggaa terciptanya masyarakat yang berkarakter. Masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapat anak dari lingkungan keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya. Pendidikan karakter sendiri bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak strategi yang dapat dilakukan untuk membangun masyarakat yang berkarakter, salah satunya mengenalkan dan mengaarkan 18 nilai karakter  mulai dari diri sendiri kemudian kepada orang lain. Atau bisa juga meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW karena perilaku Rasul merupakan uswatun khasanah bagi uamtnya.                  
           
B. Saran
          Sebagai masyarakat, hendaklah kita menanamkan nilai-niali karakter baik             pada diri kita sendiri, agar tercipatanya masyarakat berkarakter. Karena membangun masyarakat berkarakter dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, kemudian masyarakat. Untuk para pendidik maupun calon pendidik, hendaknya mengajarkan 18 nilai karakter baik kepada anaks ejak dini sehingga saat menjelang dewasa, anak sudah dapat merealisasikan 18 nilai karakter tersebut .



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Ciri-ciri Bangsa yang Berkarakter.[online]
Tersedia :
Anonim. (2013). Membangun Budaya Masyarakat yang Ber
              Budimansyah, Dasim. (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter.       Bandung: Widya Aksara Press.
                   Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:       http://belajarpsikologi.com [ 10 Mei 2014 ]
Mubarok, Ahmad. (2011). Membangun Budaya Masyarakat yang Berkarakter. [Online].
Tersedia:
Sapriya, dkk. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.

4 komentar: