BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada era reformasi di negeri kita sekarang ini
banyak sekali dijumpai perilaku masyarakat yang terasa menyimpang dari
norma-norma tradisi yang mengambarkan kepatutan sosial. Ada yang menganggapnya
sebagai konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap sebagai fenomena
reformasi yang kebablasan. Jika pada masa orde baru kebanyakan pejabat
negara itu dipandang terhormat dan dihormati, kini semua pejabat publik bahkan
presiden dan wakil presiden pun menjadi bahan olok-olok demonstran jalanan.
Bukan hanya itu, perilaku anarkipun dilakukan oleh lapisan masyarakat yang
semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota parlemen . Oleh karena
itu dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari jalanan hingga senayan. Pertanyaan
yang timbul adalah, apakah perilaku “menyimpang “ ini merupakan budaya
masyarakat kini, atau sekededar fenomena musiman? Pertanyaan mendasar
berikutnya, mengapa terjadi hal itu dan siapa yang harus disalahkan atau siapa
yang harus bertanggung jawab?
Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai
dampak perubahan sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan. Pergaulan sosial
dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi dan informasi
menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan perbedaan sistem
nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain
dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai. Paling
kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau mengalami
ketidak jelasan arah hidup. Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-nilai
kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis dalam masyarakat
atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai bidang kehidupan dan
semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini, nilai-nilai yang dapat
membangun karakter sudah mulai asing di tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan
beberapa masalah, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat ?
2. Apa yang dimaksud dengan karakter ?
3. Apa yang dimaksud dengan masyarakat berkarakter ?
4. Bagaimana ciri-ciri masyarakat berkarakter ?
5. Apa saja fungsi dan tujuan membentuk masyarakat
berkarakter ?
6. Apa saja ruang lingkup masyarakat berkarakter ?
7. Bagaimana strategi membangun masyarakat berkarakter ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian masyarakat.
2.
Mengetahui
pengertian karakter.
3.
Mengetahui
pengertian masyarakat berkarakter.
4.
Mengetahui
ciri-ciri masyarakat berkarakter.
5.
Mengetahui
fungsi dan tujuan menciptakan masyarakat berkarakter.
6.
Mengetahui
ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter.
7.
Mengetahui
strategi membangun masyarakat berkarakter.
D. Sistematika Penulisan
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Masyarakat
B.
Pengertian
Karakter
C.
Pengertian
Masyarakat Berkarakter
D.
Ciri-ciri
Masyarakat Berkarakter
E.
Fungsi
dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter
F.
Ruang
Lingkup Sasaran Menciptakan Masyarakat Berkarakter
G.
Strategi
Membangun Masyarakat Berkarakter
BAB II PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa
Arab yaitu musyarakah. Dalam bahasa
Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama yang
menurut
Ibnu Manzur dalam Lisan Al’Arab mengandung
arti (1) pokok dari segala sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan. (2)
kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat, bersekutu dan saling
bekerjasama. Jadi dari kata musayarakah dan
mujtama sudah dapat ditarik
pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda
tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan
mematuhi
peraturan yang disepakati bersama. Dari pengertian tersebut dapat kita
bayangkan bagaimana anatomi dari masayarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai
misalnya ada masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat dunia, masyarakat Indonesia dan sebagainya. Semua jenis masyarakat
tersebut terdiri dari unsur-unsur yang berbeda tetapi mereka menyatu dalam satu
tatanan sebagai wujud kehendak bersama. Karena adanya dua atau beberapa kutub,
yakni: berasal dari unsur yang berbeda-beda
tetapi
bermaksud menyatu dalam suatu tatanan, maka dari kutub pertama ke kutub kedua
ada proses yang membutuhkan waktu yang panjang. Masyarakat Indonesia misalnya,
sudahkah mereka menyatu dalam kesatuan? Ternyata setengah abad merdeka belum
cukup waktu untuk menyatukan sebuah
masyarakat Indonesia meski sudah di wadahi dengan istilah Bhineka Tunggal Ika. Abad pertama kemerdekaan Indonesia nampaknya
masyarakat Indonesia masih merupakan nation
is making, masih dalam proses menjadi.
Masyarakat
adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan
tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga,
perkumpulan, dan negara.
Kata masyarakat juga merupakan
terjemahan dari kata community atau komunitas. Secara definitive dapat didefinisikan sebgai skelompok manusia (individu) yang
terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal disuatu tempat (wilayah)
tertentu baik di desa maupun di kota yang telah terjadi interaksi social antar
anggotanya atau adanya hubungan social ( social relationship) yang memiliki
norma dan nilai tertentun yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan
memiliki tujuan tertentu pula.
Unsur-unsur suatu masyarakat :
1.
Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak.
2.
Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu
daerah tertentu.
3.
Adanya aturan atau Undang-Undang yang mengatur masyarakat
untuk menuju
kepada kepentingan dan tujuan bersama.
4.
Seperasaan,
sepenanggungan, dan saling memerlukan.
B. Pengertian
Karakter
Secara
etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu kharaseein, yang berarti sebuah instrumen untuk menilai, mengesankan,
memberikan tanda khusus, dan watak khusus (Oxford
Endlish Dictionary). Tanda khusus ini adalah yang membedakan dari yang lain
sehingga dapat mengukir kesan khusus pada setiap individu.
Dalam kamus
Bahasa Indonesia, istilah karakter diterjemahkan dengan watak, adalah
sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa yang sangat
menonjol sehingga dapat dikenali dalam berbagai situasi atau merupakan trade mark orang, kelompok, atau bangsa
tersebut (Tilaar, 2008). Kata karakter juga sering ditukarpakaikan dengan kata
kepribadian (personality), walaupun keduanya memiliki konotasi yang berlainan.
Karakter adalah
sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan
bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Sifat
pribadi maksudnya ciri-ciri yang ada didalam pribadi seseorang yang terwujudkan
dalam tingkah laku. Relative stabil adalah suatu kondisi yang apabila telah
terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan berarti kekuatan yang pengaruhnya sangat
besar/ dominan dan menyeluruh terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan
kekuatan yang dimaksud.
Adapun
penampilan perilaku adalah aktivitas individu atau kelompok dalam bidang dan
wilayah (setting) kehidupan (bidang
kehidupan: ekonomi, kemasyarakatan, budaya/seni, agama, ilmu dan teknologi,
hukum politik, pertahanan dan keamanan, kehidupan global). Makna standar
nilai/norma adalah kondisi yang mengacu pada pada kaidah-kaidah agama, ilmu dan
teknologi, hukum, adat, dan kebiasaan yang tercermin dalam perilaku
sehari-hari.
Dengan demikian
hidup berkarakter adalah hidup yang dikehendaki, yakni yang menempuh jalan
lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma sesuai dengan fitrah manusia yang
berorientasi kebenaran dan keluhuran (Prayitno dan Khaidir,2011).
C. Pengertian
Masyarakat Berkarakter
Setelah pemaparan mengenai pengertian masyarakat dan
karakter kita dapat mengetahui
pengertian masyarakat berkarakter adalah kumpulan dari orang banyak yang
berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama. Mematuhi peraturan yang
disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan tersebut disertai dengan
penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai kebudayaan, nilai spiritual,
nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang menunjang dalam upaya perwujudan
cita-cita masyarakat tersebut.
Apabila membahas masyarakat berkarakter maka erat
kaitannya dengan lingkungan yang berkarakter pula. Lingkungan berkarkter
sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter
adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter
dalam kehidupan,
seperti karakter cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-Nya, kemandirian
dan tanggung jawab, kejujuran atau amanah, diplomatis, hormat dan santun,
dermawan, suka menolong, gotong royong dan kerjasama. Karakter tersebut tidak
hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun pada kehidupan
sehari-hari.
Masyarakat yang berkarakter perlu diciptakan dengan baik dan benar karena
dalam masyarakat anak akan mengenal dan mengetahui pengetahuan tambahan,
pengganti dari pendidikan lingkungan lainnya sehingga masyarakat perlu paham
akan pentingnya peranan dalam membangun pendidikan karakter bagi anak.
Masyarakat yang berkarakter akan mendukung segala upaya dalam menunjang
pendidikan yang layak bagi anak dan masyarakat juga akan mengikutsertakan
setiap individu dalam lingkungannya untuk bekerjasama memperbaiki kualitas
pendidikan Indonesia.
Masyarakat berkarakter bukan berarti masyarakat yang
kaya dan mampu memberikan segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga
masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan
bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat
berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar pendidikan yang banyak.
Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya menciptakan menciptakan suasana
pendidikan yang tepat bagi sekitarnya sehingga perannya sebagai agen pendidikan
dengan optimal.
Pada intinya masyarakat berkarakter adalah
masyarakat yang mampu mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapt anak
dari lingkungan keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan
dalam menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya.
D. Ciri-ciri
Masyarakat Berkarakter
Salah satu aspek
yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat
yang berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya
yang sanagt urgents untuk membentuk jati diri atau kepribadian bangsa.
Masyarakat
merupakan asset paling berharga untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju.
Masyarakat berkarakter harus memiliki karakter yang kuat dengan dicirikan
kapasitas mental. Kapasitas mental ini berupa kejujuran, ketulusan, keberanian,
ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip hidup., dan sifat-sifat lainnya yang
melekat pada dirinya. Ciri-ciri masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang
setiap anggotanya telah memiliki dan dapat menginternalisasikan 18 nilai
karakter dalam dirinya, nilai-nilai karakter tersebut yaitu :
Nilai
|
Deskripsi
|
1. Religius
|
Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
|
2. Jujur
|
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
|
3. Toleransi
|
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
|
4. Disiplin
|
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan
peraturan.
|
5. Kerja Keras
|
Perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
|
6. Kreatif
|
Berpikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
|
7. Mandiri
|
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
|
8. Demokratis
|
Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
|
9. Rasa Ingin Tahu
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
|
10. Semangat Kebang-saan
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
|
11. Cinta Tanah Air
|
Cara
berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
|
12.Menghargai Prestasi
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
13.Bersahabat/Komuniktif
|
Tindakan
yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain.
|
14. CintaDamai
|
Sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman
atas kehadiran dirinya.
|
15. GemarMembaca
|
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
|
16. Peduli Lingku-ngan
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
|
17. Peduli Sosial
|
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
|
18. Tanggung-jawab
|
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
|
E. Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat
Berkarakter
1.
Fungsi
a. Fungsi
Pembentukan
dan Pengembangan
Potensi
Berfungsi untuk
membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar
berfikir baik, berhati baik, dan berprilaku baik sesuai dengan filsafah hidup pancasila.
b. Fungsi
Perbaikan
dan Penguatan
Berfungsi untuk
memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi warga negara dan pembangunan bangsaa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Fungsi
Penyaring
Berfungsi untuk memilah
budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Ketiga
fungsi tersebut dilakukan melalui (1) pengukuhan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2)
pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD
1945, (3) penguatan komitmen bangsa NKRI, (4) penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, serta (5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa
untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa
dan bernegara Indonesia dalam
konteks global.
2. Tujuan
Bertujuan
untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
F. Ruang
Lingkup Sasaran Menciptakan Masyarakat Berkarakter
Ruang
ligkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter meliputi:
1. Lingkup
keluarga
Keluarga
merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang dilakukan oleh orang
tua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadap anak sebagai anggota
keluarga, sehingga di harapkan dapat terwujud keluarga berkaakter mulia yang
tercermin dalam prilaku keseharian. Proses itu dapat dilakukan melalui
komunitas keluarga dan partisipasikeluarga dalam pengelolaan pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
dimana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses
tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan
keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan
kepada komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan
keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.
2. Lingkup
satuan pendidikan
Satuan pendidikan merupakan wahana
pengembangan dan pembinaan karakter yang
dilakukan dengan
menggunakan (1) Pendekatan terintegritas dalam suasana
pembelajaran, (2)
Pengembangan budaya satuan pendidikan, (3)
pelaksanaan
kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler, (4) pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan
pendidikan. Pembangunan karakter
melalui
satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi. Salah satu kunci
keberhasilan program pengembangan
karakter
pada satuan pendidikan adalah keteladanan
dari para pendidik dan tenaga
kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai penguat
moral bagi peserta didik, melainkan juga
sebagi penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan berprilaku. Oleh karena itu penerapan
keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam
pengembangan karakter peserta didik.
3. Lingkup
Pemerintah
Pemerintah
merupakan wahana pembangunan karakter bangsa melalui keteladanan penyelenggaraan negara,
elit pemerintah
dan politik. Unsur pemerintah
merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter bangsa karena aparatur negara sebagai
penyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana
kebijakan yang ikut menentukan
berhasilnya pembangunan karakter pada tataran informal, formal dan non formal.
4. Lingkup
dunia usaha dan industry
Dunia usaha dan industry merupakan wahana interaksi
para pelaku sektor riil yang menopang bidang perekonomian nasional.
Kemandirian perekonomian nasional sangat bergantung pada kekuatan karakter para
pelaku usaha dan industry yang diantaranya dicerminkan oleh menguaknya daya
saing, meningkatnya lapangan kerja, dan kebanggaan terhadap produk bangsa
sendiri.
5. Lingkup Media Massa
Media
masa merupakan sebuah fungsi dan sistem yang memberi pengaruh sangat signifikan
terhadap publik, khususnya terkait dengan pembentukan nilai-nilai kehidupan,
sikap, prilaku dan kepribadian atau jati diri bangsa. Media massa memiliki
fungsi edukatif maupun non edukatif bergantung dari muatan pesan informasi yang
disampaikannya. Fungsi dan peran media massa dirasa semakin penting dalam era globalisasi saat ini seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai informasi yang berasal
dari berbagai macam sumber, baik dari dalam maupun dari luar negeri dengan
mudah dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Dalam kondisi seperti ini,
informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa akan membawa
dampak negatif terhadap upaya pembentukan karakter. Pada gilirannya, ini akan
mengancam jati diri bangsa. Atas dasar ini, sudah seharusnya media massa
memberikan perhatian dan kepedulian dalam setiap pemberitahuan dan penyiaran
informasi agar secara bertanggung jawab memasukan pesan-pesan edukatif terkait
dengan substansi menciptakan masyarakat berkarakter.
G. Strategi
Membangun Masyarakat Berkarakter
Nucci & Narvaes (2008) menyatakan bahwa ,oral
merupakna factor determinan atau penentu pembentukan karakter seseorang. Oleh
karena itu, indikator manusia yang berkarakter moral adalah:
1. Personal
improvement
Yaitu individu yang mempunyai kepribadiaan yang teguh terhadap aturan
yang diinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah
dengan pengaruh lingkungan social yang dianggapnya tidak sesuai dengan aturan
yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian tersebut secara kontemporer
diistilahkan sebgai integritas. Individu yang mempunyai integritas yang tinggi
terhadap nilai dan aturan yang dia junjung tidak akan melakukan tindakan
amoral. Sebagai contoh, individu yang menjunjung tinggi nilai agamanya tidak
akan terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk mencontek, manipulasi dan
korupsi.
2. Social
skill
Yaitu mempunyai kepekaan social yang tinggi sehingga mampu mengutamakan
kepentingan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang
harmonis. Setiap nilai atau aturan universal tentunya akan mengarahkan manusia
untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Contohnya, individu yang
religious pasti akan berbuat baik untuk orang lain atau mengutamakan
kepentingan umat.
3. Comprehensive
problem solving
Yaitu sejauh mana individu dapat mengatasi konflik dilematis antara
pengaruh lingkungan social yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan dengan
integritas pribadinya terhadap nilai atau aturan tersebut. Dalam arti, individu
mempunya pemahaman terhadap tindakan orang lain (perspektif lain) yang
menyimpang tetapi individu tersebut tetap mendasarkan keputusan/sikap/tindakannya
kepada niali atau aturan yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai
contoh, seorang murid yang tidak mau mengikuti teman-temannya mencontek saat
tidak diawasi oleh guru karna ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang
berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami penyebab perilaku
teman-temannya yang mencontek. Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah
dibutuhkan untu menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.
Masyarakat yang ideal adalah meski mereka memiliki sub
jati diri yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas
masyarakat yang mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerjasama
dalam mencapai tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia. Tujuan
bersama amsyarakat adalah membangun kesejahteraan social dimana setiap individu
terlindungi hak-haknya oleh system social. System social akan kuat jika
didukung oleh sub system yang menjadi pilarnya.
Pada dasarnya, jika ingin menciptakan masyarakat yang
berkarakter maka kita bisa meneladani dari sikap Nabi Muhammad SAW dalam upaya
membangun masyarakat berakhlak ketika zamannya. Jika suatu masyarakat terbangun
sesuai dengan konsep tersebut diatas, maka tatanan masyarakat itu akan sangat
indah, apa yang oleh Nabi disebut sebagai taman. Dunia manusia (masyarakat) itu berpeluang
menjadi taman yang indah jika didukung oleh pilar-pilar yang kuat. Menurut nabi
ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat yang indah,
yaitu :
1.
Ilmunya
Ulama
Yang dimaksud ulama dalam konteks ini adalah para ahli, ilmuwan tidak
terbatas pada ahli agama saja. Yang dimaksud ilmunya ulama sebagai pilar
masyarakat adalah konsep ilmiah. Suatu tatanan masyarakat harus berdiri diatas
konsep ilmiah. Undang-undang, peraturan, struktur organisasi, dan
program-program harus teruji secara ilmiah. Sebuah konsep harus didasari oleh
filosofi yang benar dan struktur pemikiran yang logis. Dengan konsep yang logis
maka dinamika masyarakat bisa direkayasa dan diprediksi. Pada tataran
masyarakat manapun, ulama menempati kedudukan yang terhormat.
2.
Keadilan
Penguasa
Ketika sebuah konsep diaplikasikan maka ia harus dipatuhi secara
konsisten dan proporsional menyangkut tertib, system, kadar, dan peruntukan.
Sebaik apapun suatu konsep jika ketika diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya
tidak akan optimal atau bahkan gagal. Yang berwenang mengawasi agar suatu
peraturan berlangsung sebagaimana mestinya adalah pemerintah atau penguasa
dalam semua tingkatannya. Jika pemerintah menjalankan secara benar maka ia
disebut adil. Jika dalam menjalankan peraturan itu banyak penyimpangan,
distorsi, dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan penguasa merupakan pilar
kedua yang menjamin terbangunnya tatanan masyarakat yang indah.
3.
Kejujuran
Karakter Para Pengusaha
Dalam tatanan masyarakat manapun ada kelompok pengusaha yakni mereka
yang bekerja mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya sehingga masyarakat
merasa nyaman dalam hidupnya karena segala kebutuhannya mudah dijangkau. Untuk
jasa mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya pengusaha atau pedagang boleh
mengambil keuntungan. Jika dunia usaha tumbuh dengan sehat maka kehidupan
masyarakat akan dinamis dan sejahtera. Tetapi pengusaha juga punya peluang
untuk memeras msyarakat dan menghancurkan tatanannya, yaitu jika para pengusaha
tidak jujur atau tidak amanah. Pengusaha dapat menaikkan harga, manipulasi
kualitas, manipulasi pajak, dansebagainya yang dapat berdampak pada hilangnya
rasa kepercayaan masyarakat. Jika kepercayaan sudah hilang, maka hidup ditengah
masyarakat seperti itu sama sekali tidak nyaman. Kejujuran pengusaha dikontrol
oleh pemerintah dan masyarakat, jika aparat pemerintah berhasil disuap oleh
pengusaha sehingga keuangan Negara dibobol, kualitas produk dipalsukan, maka
yang dirugikan adalah masyarakat dan Negara. Disinilah perlunya aparat yang
kuat mental sehingga mereka tetap bertindak adil.
4.
Kemurahan
Hati Orang Kaya
Pada tataran masyarakat manapun ada kelompok orang kaya dan kelompok
orang miskin. Secara sosiologis orang kaya biasanya dekat dengan pengusaha, dan
bahkan ada masyarakat dimana penguasa dikendalikan oleh penguasa. Dalam dunia
modern seringkali terjadi yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah
miskin. Akibatnya kecemburuan social terjadi, orang miskin membenci orang kaya,
orang kaya mempersempit ruang gerak orang miskin. Dalam praktek sering terjadi
pengusaha diperalat oleh orang kaya justru untuk menindas orang miskin
sekaligus melindungi orang kaya. Orang kaya akan menjadi pilar masyarakat
apabila mereka memiliki sifat murah hati. Mereka berpikir positif terhadap
lapisan orang miskin sehingga dengan segala cara melakukan usaha bagaimana
meningkatkan kesejahteraan orang iskin. Harus diakui bahwa orang kaya biasanya
lebi kreatif disbanding orang miskin. Orang kaya yang murah hati biasanya
dicintai dan dibela oleh orang miskim dan ini memberi kontribusi yang sangat
besar pada stabilitas social karena kecemburuan social justru sangat rentan
terhadap munculnya perilaku anarkis orang
miskin terrhadap orang kaya.
5.
Doa
orang miskin
doa orang miskin mempunyai peran yang signifikan dalam membangun rasa
ketentraman di masyarakat. Orang miskin yang sabar pada umumnya didalam jiwanya
penub dengan rasa kasih saying yang oleh karena itu sangat terdorong untuk
berdoa, baik untuk dirinya maupun orang lain. Sementara orang miskin yang
merasa teraniaya pada umumnya dipenuhi rasa marah dan dendam yang musah sekali
diprovokasi untuk melakukan tibadak anarkis.
6.
Disiplin
para pekerja
Setiap program pekerjaan dan usaha pasti ada elemen peekrja atau buruh
dan mereka adalah bagian dari produksi yang berhak menerima upah. Tanpa
pekerja, pabrik tidak akan jalan dan tanpa pegawai, pemerintah pun tidak akan
jalan pula. Jadi pekerja adalah bagian dari produksi yang jua sangat menentukan
tingkat produktivitas. Sebuah lembaga.
Sebagai contoh, ada proses-proses bagaimana Nabi
menegakkan pilar-pilar masyarakat Madinah, antara lain:
a. Mempersaudarakan pengungsi Makkah (Muhajirin ) dengan
penduduk Madinah (Ansar), dan kedua kelompok itu akhirnya menjadi pilar utama
tegaknya masyarakat islam di Madinah.
b. Menagtur tata pergaula social dengana gama, baik dalam
kehidupan rumah tangga maupun kehidupan social (muamalah).
c. Meneguhkan kedudukan dirinya (Rasul) sebagi pemimpin
masyarakat, yang dalam menjalankan kebijakan selalu bermusyawarah dengan
sahabat-sahabat besar.
d. Menjalin perjanjian perdamaian dengan semua kekuatan
social yang ada.
e. Menegakkan hukum yang disepakati, antara lain
menghukum para penghianat perjanjian.
f. Memberikan keteladanan yang sangat tinggi dalam
kehidupan sebgai pribadi, sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin masyarakat.
g. Selama sepuluh tahun periode Madinah, Nabi bukan saja
behasil membangun masyarakat madani di kota Madinah tetapi juga berhasil
menyatukan seluruh wilayah semenanjung Arabia dalam kesatuan wilayah
politik.
Al-Qur’an
sebagai petunjuk hidup manusia juga membimbing mereka dalam membangun sebuah
masyarakat. Tatanan masyarakat yang dikehendaki Al-Qur’an adalah masyarakat
yang adil, berdasarkan etika dan dapat bertahan di muka bumi, dan model
masyarakat seperti itu hanya mungkin terwujud jika memiliki ideologi. Manusia
memiliki kebutuhan fitri untuk mempertahankan hidupnya, oleh karena itu manusia
terdorong untuk memiliki jaminan ekonomi dan jaminan rasa aman. Semua tatanan
masyarakat sebenarnya dimaksud untuk memperoleh dua hal tersebut. Oleh karena
itu, tuntunan Al-Qur’an dalam membangun masyarakat juga mengedepankan
infrastruktur kesejahteraan social bagi terwujudnya dua jaminan tersebut.
Proses pembentukan masyarakat berkarakter dimulai dari penetapan karakter
pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat
dan pada akhirya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan bangsa, diperlukan
katrakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
berbudi luhut, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang
dinamis, berorientasi iptek, yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter masyarakat Indonesia
adalaha karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian
yang sama-sama diharapkan sama sebgai jatidiri bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat berkarakter merupakan kumpulan
individu yang masing-masing individu ini memiliki 18 nilai karakter dan dapat
merealisasikan 18 nilai karakter tersebut kedalam kehidupan masyarakat
sehinggaa terciptanya masyarakat yang berkarakter. Masyarakat
berkarakter adalah masyarakat yang mampu mensinkronkan antara pengetahuan yang
sudah di dapat
anak dari lingkungan keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di
terapkan dalam menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya. Pendidikan karakter sendiri bertujuan untuk
membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Banyak strategi yang dapat dilakukan untuk membangun masyarakat yang
berkarakter, salah satunya mengenalkan dan mengaarkan 18 nilai karakter mulai dari diri sendiri kemudian kepada orang
lain. Atau bisa juga meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW karena perilaku
Rasul merupakan uswatun khasanah bagi uamtnya.
B. Saran
Sebagai
masyarakat, hendaklah kita menanamkan nilai-niali
karakter baik pada diri kita
sendiri, agar tercipatanya masyarakat berkarakter. Karena membangun masyarakat
berkarakter dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, kemudian
masyarakat. Untuk para pendidik maupun calon pendidik, hendaknya mengajarkan 18
nilai karakter baik kepada anaks ejak dini sehingga saat menjelang dewasa, anak
sudah dapat merealisasikan 18 nilai karakter tersebut .
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
(2012). Ciri-ciri Bangsa yang Berkarakter.[online]
Tersedia :
Anonim.
(2013). Membangun Budaya Masyarakat yang Ber
Budimansyah, Dasim. (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.
Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com [ 10 Mei 2014 ]
Mubarok, Ahmad. (2011). Membangun Budaya Masyarakat yang Berkarakter. [Online].
Tersedia:
http://tuanx.blogspot.com/2011/06/membangun-masyarakat-berkarakter.html.[Diakses 14 April 2014].
Sapriya, dkk. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Terima Kasih. Bermanfaat sekali :)
BalasHapusThanks
BalasHapusSyukron
BalasHapusTerimakasih, mencerahkan.
BalasHapus