BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan
salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya
mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin
berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang
dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak
lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah
dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu
jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011)
Pada dasarnya
orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya sehingga
dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori belajar
untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk
anak-anak serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang
telah memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa.
Malcolm
Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori
belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah
"Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya
para ahli pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa rumusan masalah dari makalah
ini, yaitu:
1.
Apa pengertian dari andragogi?
2.
Bagaimana Perkembangan teori belajar orang dewasa?
3.
Bagaimana karakteristik belajar orang dewasa?
4.
Bagaimana kondisi dan prinsip belajar orang dewasa?
5.
Apa asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang
dewasa?
6.
Bagaimana aplikasi teori belajar orang dewasa?
7.
Apa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang
dewasa?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan
masalah diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan penulisan makalah ini,
yaitu:
1.
Menjelaskan pengertian dari andragogi.
2.
Menjelaskan perkembangan teori belajar orang dewasa.
3.
Menjelaskan karakteristik belajar orang dewasa.
4.
Menerangkan kondisi dan prinsip belajar orang dewasa.
5.
Menjelaskan asumsi-asumsi pokok dari teori belajar
orang dewasa.
6.
Menjelaskan aplikasi teori belajar orang dewasa.
7.
Menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari teori belajar
orang dewasa.
D. Sistematika Penulisan
Struktur makalah
ini yaitu terdiri dari 3 bab, yang
disusun untuk membantu pembaca dalam membaca dan memahami isi dari makalah ini.
Adapun susunannya terdiri atas:
BAB I
Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB
II Pembahasan. Di dalamnya berisipengertian dari andragogi,
perkembangan teori belajar orang dewasa, karakteristik teori belajar orang
dewasa,
kondisi dan
prinsip belajar orang dewasa, asumsi-asumsi pokok dari teori
belajar orang dewasa, aplikasi teori belajar orang dewasa,
serta kelebihan
dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa.
BABI III
Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Andragogi
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang
berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina.
andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang
dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses
interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga
belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan
sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan
untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang
dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya
dan mencari jawabannya ( Pannen dalam Supriantono, 2008).
Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang
dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun
isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun
menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta
latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi
teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan
perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan
partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan
bebas.
Defenisi di atas mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa
harus terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif,
afektif dan psikomotor serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD.
Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan dalam tiga aspek yaitu :
- Biologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi.
- Psikologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
c.
Sosiologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah
mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu
proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa
melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan
untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
B.
Perkembangan
Teori Belajar Orang Dewasa
Ditemukannya
istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh Alexander Kapp, Kapp
menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa
terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat
Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan penggunaan
istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di samping
teori pedagogi:
1. Pada abad 18
sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa
untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli
filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal
mula penggunaan istilah andragogi.
2. Pada abad 19
tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang
pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak,
tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”.
3. Tahun 1921,
Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru
khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education” yang pada
intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi,
2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga
menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu:
a.
Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan
pengakuan.
b.
Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan.
c.
Pengalaman adalah sumber belajar.
d.
Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan
bentuk, waktu, tempat dan
lingkungan.
4. Pada tahun
1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal
Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa
(POD) dengan Continuing School dan
berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5. Tahun 1930,
Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur
hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh
menyimpulkan dari hasil studinya dalam
journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat
dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman
hidup sehari-hari.
6. Pada tahun
1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult
Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang
dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan program pada
semua institusi pendidikan orang dewasa.
7. Tahun 1938,
Alan Rogers menulis dalam journal Adult
Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan
metode baru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8. Sekitar
tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal
Adult Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa
mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus
seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar tersebut. Pemikiran
tersebut sejalan dengan pendapat Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan
orang dewasa yang demokratis, orang belajar menggunakan metode belajar aktif
mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas
lagi oleh Wandell Thoman dalam journal
Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di
dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial.
9. Dimulai pada
tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal
Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda
dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga
dihubungkan dengan perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan
pembelajaran orang dewasa.
10. Tahun 1954,
Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai akibat perubahan dalam
struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri
atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang
efektif dilakukan melalui kelompok.
11. Tahun 1961,
April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa tertarik pada continuing
education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal –
oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning–
oriented learners.
12. Tahun 1961,
Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus mencapai
aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta
belajar harus dapat menunjukan fungsinya.
C.
Karakteristik
Belajar Orang Dewasa
1.
Orang Dewasa Telah Memiliki
Lebih Banyak Pengalaman Hidup
Menghubungkan
pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta
menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang
digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.
2.
Orang Dewasa Memiliki
Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
Hal ini
dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka
lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
3.
Orang Dewasa Telah Memiliki
Banyak Peran dan Tanggung Jawab
Banyaknya
peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh
karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan
penggunaan waktu ini.
4.
Kurang Percaya Pada
Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
Tekadang
orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam
pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan
masyarakat yang keliru.
5.
Orang Dewasa Lebih Beragam
dari Pada Pemuda
6.
Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta
kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar bagi orang
dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau
salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya
perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri
mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian,
pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari
pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada
dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang
kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai
yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya
suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya
tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang
dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang
bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa
dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat
membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di
dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan
diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi
kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala
bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau
dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam
segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan
dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat
dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat
kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai
hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama
dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama
dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan
hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan
tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan,
dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang
berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya
suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka
mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru
dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang
baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan
itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin
tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada
kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian,
diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya
berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya
dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang dewasa, makin
bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek
kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik,
kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya
memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi
(1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan
menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan
perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
D.
Kondisi
dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa kondisi belajar dan
prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada
kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan
dirinya dan membantu setiap peserta.
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar
teori belajar orang dewasa:
1.
Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar”
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat
pembelajaran orang dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
2.
Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada
kehidupan(life centere), oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa
harus terkait dengan kehidupan, bukan pelajaran.
3.
Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi
orang dewasa, sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
4.
Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk
mengarahkan diri sendiri (self directing) oleh karena itu pengalaman
adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.
5.
Perbedaan individu antara orang dewasa semakin
bertambah sejalan dengan bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu,
tempat dan kecepatan belajar harus di ijinkan/ditolelir.
Prinsip Andragogi atau Pendidikan
Orang Dewasa
Pendidikan
orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan
yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :
1.
Prinsip kemitraan
Prinsip
kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan
demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar
sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat
memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan
berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2.
Prinsip pengalaman nyata
Prinsip pengalaman
nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa
terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan
orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulative, tetapi
pada situasi yang sebenarnya.
3.
Prinsip kebersamaan
Prinsip
kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara
peserta dengan difasilitasi pengajar.
4.
Prinsip partisipasi
Prinsip
partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam
kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau
mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6.
Prinsip keswadayaan
Prinsip
keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek
atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
7.
Prinsip kesinambungan
Prinsip yang
menjamin adanya kesinambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan
materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan
dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud
konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang
dewasa.
8.
Prinsip manfaat
Prinsip
manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap
untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan
karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk
belajar.
9.
Prinsip kesiapan
Prinsip
kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk
dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan
kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
10. Prinsip
lokalitas
Prinsip
lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local.
Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang
spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat
mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat
diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat
diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sekarang mungkin
sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau
tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri
karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang
dimiliki oleh pelajar.
11. Prinsip
keterpaduan
Prinsip
keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang
dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover
materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang
utuh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
Proses belajar yang bersifat
andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang
dewasa,
b.
Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang
bersifat partisipatif,
c.
Mendiagnosis kebutuhan belajar,
d.
Merumuskan tujuan belajar,
e.
Mengembangakn rancangan kegiatan belajar,
f.
Melaksanakan kegiatan belajar, dan
g.
Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
E.
Asumsi-asumsi
Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep
andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1.
Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan
kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada
bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya
sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan
memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya
sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self
Direction).
2.
Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai
dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah
kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan
berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang
individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang
bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru.
3.
Kesiapan Belajar: Asumsinya bahwa setiap individu
semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar
bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya,
tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas
dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan
akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena
tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai
pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap
materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya
materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan
peranan sosialnya.
4.
Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak
orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk
memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter
Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan
memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang
dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang
dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan
sosial orang dewasa.
F.
Aplikasi
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori
belajar orang dewasa yang relevan untuk setiap tahap kegiatan belajar,
mempunyai beberapa tahap sebagai berikut
:
1. Perumusan
Tujuan Program
Tujuan
program ini ialah untuk menyatakan domain tingkah laku serta tingkatan tingkah
laku yang ingin dicapai sebagai hasil belajar. Demikian itu rumusan tujuan
program yang merupakan aplikasi teori behaviioristik dan taksonomi Bloom.
Berdasarkan
tujuan program belajar, fasilitator memilih dan mengroganisasikan bahan
pelajaran yang sesuai, menyiapkan atau memilih bahan dan alat penyajian yang
relevan, serta menetapkan strategi belajar-membelajarkan yang akan ditempuh.
2. Pengembangan
Alat Evaluasi
a.
Tahap pencapaian tujuan pembelajaran/ program kegiatan
belajar , keseksamaan perumusan tujuan.
b.
Kesusaian antara metode dan teknik penyajian dengan
sifat bahan pelajaran, tujuan yang ingin dicapai, karakteristrik warga belajar,
kemampuan dasar warga belajar.
c.
Keberhasilan program dalam mencapai tujuan program.
d.
keseksamaan alat evaluasi yang digunakan dengan tujuan
program yang ingin dinilai keberhasilannya.
3. Analisis
Tugas Belajar dan Identifikasi Kemampuan
Teori
belajar yang relevan dengan kegiatan
analisis tugas, antara lain sebagai berikut :
a.
Teori Gesttailt meliputi hukum :
1) Hukum Pragmanz (penuh arti) yaitu pengkelompokan objek
suatu bahan pelajaran berdasrkan kriteria atau kategori tertentu. Seperti ,
warna, bentuk, dan ukuran sehingga mempunyai arti.
2) Hukum kesamaan/keteraturan : tugas yang unsurnya
mempunyai kesamaan dan teratur, lebih mudah dipahami daripada yang berbeda dan
tidak teratur.
b. Teori
Medan
Belajar
memecahkan masalah merupakan pengubahan struktur kognitif.
Identifikasi karakteristik kemampuan warga belajar,
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)
Perbedaan karakteristik individu warga belajar dilihat
dari segi psikologis, yaitu perbedaan kecerdasan/bakat, kecepatan belajar,
motivasi belajar, perhatian, cara berfikir, dan daya ingat.
2)
Pengetahuan masukan. Pengetahuan masukan yang telah
dikuasai dapat dijadikan bahan pengait (advance
organizer) antara pelajaran
terdahulu dengan pelajaran baru.
Hasil
latihan ataupun pengetahuan tentang cara pemecahan yang telah dikuasai dapat
ditransfer untuk memcahkan masalah yang lain
yang dihadapi.
1.
Penyusunan Strategi Belajar-Membelajarkan
Teori
belajar bagi orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahapan ini, antara lain
sebagai berikut :
a. Teori Bruner
tentang cara mengorganisasi tubuh ilmu yang dipelajari, urutan-urutan pokok
bahsan yang disajikan, teknik penyajian enaktif
, ekonik, dan simbolik.
b. Teori
penyajian bahan verbal yang bermakna
menurut Ausubel.
c. Penataan
situasi belajar yang menyangkut berkait dengan belajar dan kondisi belajar
menurut Gagne.
d. Metode
belajar penyelesaian masalah dengan tekhnik L ramu pendapat, teknik gordon ,
analisis morfologis, metode buku catatan kolektif, dan metode papan buletin
kolektif.
e. Metode
belajar/penyajian menemukan. Metode ini memudahkan transfer dan retensi,
mempertinggi kemampuan menyelesaikan masalah, serta mengandung motivasi
intrinsik.
f. Perbedaan
individual dalam hal kecepatan belajar warga belajar.
g. Pengaturan
urutan penyajian bahan pelajaran menurut tingkat kesuliatan dari yang sederhana
kebagian yang sulit.
2.
Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Membelajarkan
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahapan ini ,
antara lain :
a.
Hukum Kesiapan. Menyiapkan mental warga belajar untuk mengikuti
pelajaran baru dengan memberikan penjelasanan yang mengenai pengetahuan
masyarkat dengan singkat.
b.
Penguatan motivasi
belajar. Menjelaskan kegunaan atau nilai praktis pelajaran baru dalam
kehidupan dan pengabdian.
c.
Proses persyaratan (conditioning).
Proses ini memperlihatkan model hasil belajar terminal untuk memudahkan warga
belajar mengenai pengetahuan dan keterampilan.
d.
Hukum unsur yang identik, yaitu mentransfer pengalaman
menyelesaikan masalah lainnya yang berkait dengan perasaan atau menerapkan
pengetahuan dan keterampilan baru dalam berbagai situasi , posisi dan kondisi.
e.
Cara menarik perhatian : teori ini mengaitkan kegiatan
belajar dan membelajarkan dengan kebutuhan warga belajar, mengolah bahan
pelajaran sebagai bahan perlombaan antar individu, kelompok dan baris.
f.
Metode menemukan. Teori ini memberikan kesempatan
kepada warga belajar untuk melakukan sendiri keterampilan yang harus
dipelajarinya, bukan fasilitator yang melakukan.
g.
Karya wisata, pengalaman praktik lapangan di
labroatorium atau dibengkel, semua itu
bisa menjadi pengalaman yang berkesan bagi warga dalam belajar dan
memungkinkannya lebih mengetahui konsep.
3.
Pemantauan Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat
hubungannya dengan tahap pemantauan hasil belajar antara lain :
a.
Hukum latihan
b.
Belajar lebih lanjut
c.
Review,yaitu belajar dengan dengan secara berkala
lebih efektif daripada belajar terus menerus tanpa revieu
4.
Evaluasi Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat
hubungannya dengan tahap evaluasi antara lain :
a.
Pengembangan kemampuan berfikir
b.
Hukum efek
c.
Penguatan
d.
Keputusan penyajian
e.
Hasil evaluasi
Akhirnya, keterampilan fasilitator
menyajikan bahan sangat mempengaruhi
efektivitasnya kegiatan belajar dari warga belajar. Fasilitator yang
cakap menyajikan pelajaran dan yang menguasai teori belajar orang dewasa lebih giat dan lebih tekun agar mencapai hasil belajar dan tujuan
program kegiatan belajar yang lebih baik.
G.
Kelebihan
dan Kelemahan dari Teori Belajar Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa terutama
pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau
pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh
sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan
menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam
kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur
hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogi memiliki kelemahan, salah
satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu
memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka
sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan
siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu
dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang
sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu
waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada
persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar
ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelajaran
Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang
bagi, dll. Atau bisa dikatakan juga tak mungkin seorang pengajar itu membiarkan
siswanya belajar materi yang sudah tinggi sebelum belajar mengenai materi
dasarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang
berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina.
andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang
dewasa. Namun dalam andragogi ini orang dewasa diajarkan untuk dapat melakukan
kegiatan belajar mandiri yang bertumpu pada warga belajar itu sendiri.
Dalam
belajar orang dewasa memiliki suatu karakteristik, prinsip dan kondisinya dalam
belajar. Orang dewasa biasanya banyak belajar dari pengalamannya sendiri dan
memiliki suatu kesadaran akan kebutuhannya dalam belajar. Asumsinya pun setiap
individu yang dewasa semakin matang sesuai dengan perjalanan waktu, olehkarena
itu kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik
ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan
dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Selain itu orang dewasa juga
mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation).
B.
Saran
Sebagai seorang yang
dewasa sebaiknya memiliki suatu kesadaran dalam belajar. Jadikan belajar itu
merupakan suatu kebutuhan, motivasi diri dan tanggung jawab. Karena dengan
belajar, orang dewasa dapat mengembangkan dirinya dan dapat ikut berperan serta
di dalam lingkungan masyarakatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nikmah, Lailatun. (2013). Teori Belajar Andragogi. [Online].
Tersedia: http://laylanikc.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-andragogi.html.
Diakses 02 September 2014
Rosyid, Mohammad. (2014). Makalah Andragogi. [Online]. Tersedia: http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html.
Diakses 02 September 2014
Vera. (2013). Teori Belajar Orang Dewasa. [Online]. Tersedia: http://rara-rememberme.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teori-belajar-orang-dewasa.html.
Diakses 02 September 2014
makasaih bosku ilmunya bermamfaat
BalasHapus