BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia, kelompok masyarakat, atau bangsa. Oleh karena itu pendidikan perlu secara terus menerus ditumbuhkembangkan secara sistematis, terpadu, dan terencana oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di bidang pendidikan, sehingga pendidikan sebagai salah sektor pembangunan yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia benar-benar dapat memberikan sumbangan yang riil, positif, dan signifikan dalam usaha turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 (Usman, 2017). Dalam penyelenggaran pendidikan tentu saja tidak selalu berjalan mulus, tetapi ada saja berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi. Masalah dan tantangan yang diahadapi diantaranya, saat ini ada kecenderungan masyarakat maupun sekolah sekadar memacu siswa untuk memiliki kemampuan akademik tinggi tanpa diimbangi pembentukan karakter yang berkualitas (Triatmanto, 2010). Pembentukan karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini karena usia ini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang dan banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak (Cahyono, 2015). Selain itu, pembentukan karakter kepada generasi muda adalah usaha yang strategis karena menanamkan pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Pembentukan karakter merupakan usaha atau suatu proses yang dilakukan untuk menanamkan hal positif pada anak yang bertujuan untuk membangun karakter yang sesuai dengan norma dan kaidah moral dalam bermasyarakat (Siswati, dkk, 2018). Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Alawiyah, 2012, hlm. 90; Kaimuddin, 2014, hlm. 52; Suradi, 2017, hlm. 524). Menurut Menurut Listyarti (2012, hlm. 5-8) terdapat 18 karakter bangsa yang harus disisipkan dalam pendidikan yaitu religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Selain 18 karakter tersebut, ada juga karakter cerdas. Menurut Prayitno & Khaidir (2011) dalam Alizamar (2015) karakter cerdas adalah segenap sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi suatu landasan dalam penampilan perilaku dengan standar norma dan nilai yang tinggi diiringi tindakan yang mampu untuk menghadapi berbagai kondisi untuk sukses mencapai tujuan. Pengintegrasian karakter pribadi cerdas dapat dilakukan di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat dan salah satunya melalui pembelajaran. Salah satu pengintetegrasian karakter pribadi cerdas yaitu cerdas dalam logika (kecerdasan logika) khususnya dalam bidang matematika.
Bertemali dengan berbagai permasalahan yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, maka penulis mencoba menelusuri akar dari permasalahan yang terjadi saat ini khususnya mengenai pengintegrasian karakter pribadi cerdas. Melalui pengintegrasian karakter pribadi cerdas, seseorang tentu dapat menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. sehingga anak dapat terbentuk menjadi pribadi yang lebih baik. Atas pertimbangan tersebut, penulis mencoba mengkaji mengenai pengintegrasian karakter pribadi cerdas di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang
menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan
integrasi karakter pribadi cerdas di sekolah?” Untuk menjawab masalah umum di
atas maka perlu solusi pemecahan masalah melalui rumusan masalah khusus sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah konsep dari karakter?
2. Bagaimanakah konsep dari pribadi cerdas?
3. Bagaimanakah integrasi pribadi cerdas di sekolah?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan umum yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk memotret situasi dan memperoleh gambaran
secara menyeluruh, luas, dan mendalam tentang integrasi karakter pribadi cerdas
di sekolah. Tujuan khusus penelitian ini adalah menemukan hasil dari integrasi
karakter pribadi cerdas di sekolah yang meliputi:
1. Konsep dari karakter.
2. Konsep dari pribadi cerdas.
3. Integrasi pribadi cerdas di sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan memperkaya dan mengembangkan ilmu
atau teori. Secara akademik penelitian ini dapat memperkaya cara integrasi
pribadi cerdas di sekolah.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, yaitu:
1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu cara dalam integrasi pribadi cerdas di sekolah.
2) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
dasar dalam perencanaan program sekolah, penyediaan dan peningkatan mutu sarana
pembelajaran, serta pelaksanaan supervisi pendidikan.
3) Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan dalam menyusun
kurikulum di sekolah.
1.5 Struktur Organisasi Makalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka
penulis membuat struktur organisasi makalah. Struktur organisasi makalah
merupakan sistematika penulisan serta rincian mengenai urutan penulisan
makalah. Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama berisi tentang
pemaparan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi makalah. Bab kedua
berisi kajian teoritis yang meliputi kajian tentang karakter, pribadi cerdas,
dan integrasi peribadi cerdas di sekolah. Bab ketiga simpulan, implikasi, dan
rekomendasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakter
Karakter adalah cara berpikir dan
berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup bekerjasama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Alawiyah, 2012, hlm. 90;
Kaimuddin, 2014, hlm. 52; Suradi, 2017, hlm. 524). Menurut Listyarti (2012,
hlm. 5-8) terdapat 18 karakter bangsa yang harus disisipkan dalam pendidikan
yaitu:
1) Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaranagama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3) Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin
Disiplin adalah suatu tindakan yang menunjukkan sikap atau
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang ada.
5) Kerja keras
Kerja keras adalah suatu perilaku yang menunjukkan upaya
sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6) Kreatif
Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang
menilai mengenai hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan luas dari hal yang telah dipelajari,
dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan
Semangat Kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
diri sendiri dan kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air
Cinta Tanah Air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan,
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12) Menghargai Prestasi
Menghargai Prestasi dalah sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/Komunikatif
Bersahabat/Komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14) Cinta Damai
Cinta Damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15) Gemar Membaca
Gemar Membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
dirinya maupun orang lain dan lingkugan sekitarnya.
2.2 Pribadi Cerdas
Menurut KBBI cerdas atau kecerdasan
adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan
sebagainya). Menurut Prayitno & Khaidir (2011) dalam Alizamar (2015)
karakter cerdas adalah segenap sifat pribadi yang relatif stabil pada diri
individu yang menjadi suatu landasan dalam penampilan perilaku dengan standar
norma dan nilai yang tinggi diiringi tindakan yang mampu untuk menghadapi
berbagai kondisi untuk sukses mencapai tujuan. Setiap individu memiliki
karakter cerdas atau kecerdasan dalam taraf tertentu, hal ini dicerminkan dalam
perilaku dengan indicator seperti aktif, objektif, analitis, aspiratif, kreatif
dan inovatif, dinamis dan antisipatif, berpikiran terbuka dan maju, serta
mencari solusi (Rahardjo, 2017).
Kecerdasan diimplementasikan di dalam bidang dan wilayah kehidupan sehari hari. Secara ideal, kondisi yang diharapkan adalah semua orang memiliki kecerdasan tinggi sehingga kehidupan dalam berbagai bidang dan wilayahnya itu diisi dengan kehidupan berkecerdasan dalam taraf yang tinggi (Rahardjo, 2017). Pendidikan karakter cerdas akan terlaksana dengan baik salah satunya melalui proses pembelajaran yang didalamnya memuat nilai-nilai karakter (Arjanggi, 2012). Ciri-ciri seseorang dengan karakter pribadi cerdas dilansir dari Bustle dalam Awaliyah & Dwinada (2019) yaitu:
1. Selalu berempati dan pengasih
Empati merupakan bagian dari kecerdasan emosional dan pemahaman
akan apa yang orang rasakan merupakan bagian dari kecerdasan kognitif terkait langsung.
2. Selalu ingin tahu
Orang yang cerdas pasti memiliki rasa ingin tahu tentang apa pun
dan mereka banyak bertanya karena suka belajar tentang orang lain, budaya, hewan,
sejarah, dan dunia pada umumnya.
3. Jeli
Menurut Jackson dalam (Awaliyah & Dwinada, 2019) banyak orang
yang selalu ingin berbicara untuk membuktikan siapa mereka, padahal orang yang sangat
cerdas adalah kebalikannya. Alih-alih memberitahu tentang prestasi mereka atau
memberi tahu orang lain betapa benar pendapat mereka, orang cerdas biasanya
pendiam dan jeli.
4. Memiliki kontrol diri
Memiliki kontrol diri berarti memiliki kedewasaan, sehingga tahu bagaimana
mengendalikan emosi. Menurut Jackson (Awaliyah & Dwinada, 2019) memiliki
kendali diri adalah tanda kecerdasan karena itu berarti seseorang lebih
cenderung berpikir sebelum berbicara atau bertindak.
5. Memiliki memori kerja yang baik
Ketika memiliki memori kerja yang baik, ini berarti seseorang
memiliki keterampilan fungsi eksekutif, memori jangka pendek yang baik, kemampuan
untuk fokus dan memerhatikan. Ini berarti seseorang memiliki fleksibilitas
kognitif dan dapat dengan mudah beralih dari satu hal ke hal lain.
6. Mengenali batas
Orang yang sangat cerdas tidak berusaha bertindak seolah-olah
mereka tahu segalanya. Faktanya, tanda kecerdasan mengakui kenyataan bahwa seseorang
tidak tahu segalanya. Mereka mengetahui batas kemampuan mereka serta bisa
mengakuinya dan hal ini memungkinkan mereka bersikap terbuka untuk belajar
lebih banyak dari orang lain dan/atau situasi.
7. Fleksibel
Daripada bersikap kaku, orang cerdas tetap fleksibel secara
mental, berpikiran terbuka, dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan,
tidak peduli apa pun yang terjadi.
Seseorang dengan pribadi cerdas, tentu
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pula. Kecerdasan menurut Prayitno &
Manullang (2010) dalam Rahardjo (2017) adalah kemampuan memanipulasi
unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai tujuan. Dari pengertian
tersebut dapat diidentifikasi beberapa hal yaitu:
a. Kemampuan adalah karakteristik diri/individu atau kelompok yang
dapat ditampilkan untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan tertentu.
b. Manipulasi adalah perilaku aktif dan disengaja untuk melihat
dan mengorganisasikan hubungan antar unsur yang ada di dalam suatu kondisi.
c. Unsur-unsur merupakan hasil pemilahan/pemisahan atas
bagian-bagian dari suatu kesatuan tertentu.
d. Tujuan adalah kondisi yang diharapkan terjadi melalui
penampilan kemampuan dalam bentuk usaha.
e. Sukses adalah kondisi yang unsur-unsurnya sesuai dengan
kriteria yang diharapkan.
Menurut Aziz & Mangestuti (2006)
kecerdasan seseorang dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1) Kecerdasan intelektual
Kecerdasan intelektual atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan
kecerdasan yang dibangun oleh otak kiri. Kecerdasan ini mencakup kecerdasan
linear, matematik, dan logis sistematis. Kecerdasan ini menghasilkan pola pikir
yang berdasarkan logika, tepat, akurat, dan dapat
dipercaya. Orang dengan kecerdasan ini akan mampu memiliki
analisis yang tajam dan memiliki kemampuan untuk menyusun strategi bisnis yang
baik.
2) Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menjadikan seseorang mampu mengelola emosi
dan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain. Termasuk di antaranya kemampuan
memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi pribadi, dan kemampuan
berinteraksi sosial. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu
secara tepat mengelola ekspresi wajah seperti tersenyum cemberut, gembira dan
sedih, serta mampu mengatur volume dan intonasi suara sesuai kebutuhan dan
kondisi lingkungan. Penerapan kecerdasan emosional dapat menjadi salah satu
cara menjadi sukses jika diterapkan dalam empat aspek kecerdasan emosional,
yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, empati, dan keterampilan sosial. Goleman
(1996) dalam Aziz & Mangestuti (2006) mengatakan bahwa peranan kecerdasan
akademik hanyalah sekitar 20% untuk menopang kesusksesan hidup seseorang, sedangkan
80% lainnya ditentukan oleh factor yang lain, yang diantaranya adalah faktor
kecerdasan emosional.
3) Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mengerti dan memberikan makna
spiritual atas kehidupan seseorang. Dengan memiliki kecerdasan spiritual yang
baik, seseorang akan lebih mampu menghadapi berbagai persoalan yang dialami.
Kecerdasan spiritual dapat membuat seseorang menjadi orang yang memiliki tekad,
semangat, keyakinan, dan memiliki kepribadian yang positif dan jujur. Orang
yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik mampu bersikap tenang dan
mengambil keputusan secara bijak yang didasarkan pada analisis menyeluruh
terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain itu,
dengan kecerdasan spiritual yang baik, seseorang akan memiliki tekad yang kuat
sehingga memiliki keberanian untuk melawan arus atau tradisi selama hal itu
sejalan dengan apa yang menjadi keyakinannya. Kecerdasan spiritual dapat diasah
dan ditingkatkan dengan beberapa cara, di antaranya dengan meningkatkan pemahaman
terhadap ajaran agama, melakukan perenungan terhadap berbagai peristiwa
kehidupan, mengenali tujuan hidup dan tantangan yang dihadapinya, menumbuhkan
kasih sayang, meningkatkan kepekaan terhadap intuisi, serta dengan melayani
orang lain dengan sikap rendah hati. Masing-masing individu memiliki kecerdasan
dalam taraf tertentu dan berbeda-beda, hal ini dicerminkan dalam perilaku
dengan indikator: aktif, objektif, analitis, aspiratif, kreatif dan inovatif,
dinamis dan antisipatif, berpikiran terbuka dan maju, serta mencari solusi
(Rahardjo, 2017).
2.3 Integrasi karakter pribadi cerdas di sekolah
Mengintegrasikan karakter pribadi cerdas dapat dilakukan baik di
rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat. Salah satu pengintetegrasian karakter
pribadi cerdas di sekolah yaitu cerdas dalam logika (kecerdasan logika)
khususnya dalam bidang matematika. Menurut Saufi & Royani (2016) bahwa anak
yang memiliki kecerdasan logika matematika adalah anak yang memiliki kemampuan
matematika berpikir melalui pola-pola dan hubungan-hubungan yang abstrak,
dimana mereka belajar dengan cara menggunakan teka-teki dan permainan logika.
Contoh mengembangkan kecerdasan logika pada anak sekolah dasar kelas bawah
yaitu:
a. Menyelesaikan puzzle. Hal ini dapat juga diganti dengan
permainan lain seperti ular tangga dan domino. Permainan ini akan membantu anak
dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah menggunakan
logika.
b. Mengenal bentuk geometri. Hal ini dapat dimulai dengan kegiatan
sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk
geometri sebagai warna.
c. Mengenalkan bilangan. Melalui sajak berirama dan lagu,
pengenalan bilangan melalui nyanyian anak-anak atau dapat juga membuat sajak berirama
dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.
d. Eksplorasi pikiran. Melalui diskusi dan olah pikir ringan,
dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat
perbandingan atau pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak,
bermain tebak-tebakan, bisa berupa teka-teki atau tebak-tebakan.
e. Pengenalan pola. Permainan menyusun pola tertentu dengan
menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari,
sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya sebagai hubungan sebab akibat
eksperimen di dalam membawa anak berjalan-jalan keluar rumah biarkan anak
bereksplorasi dengan alam.
f. Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika,
dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja membantu mengecek barang yang
sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita
beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur maupun buah yang akan dimasak.
g. Games penuh strategi dan bereksperimen.
h. Berikan PR dengan porsi lebih baik dari segi kualitas maupun
kuantitaas soal.
i. Berikan selalau reward atas keberhasilan anak dalm pencapaian
suatu tahapan.
j. Menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala (berapa 1+1 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-sering mengisi tekateki silang/asah otak lainnya (Niyati, dkk, 2016; Yanti, 2016; Mufarizuddin, 2017; Kristiana, 2018).
BAB III
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN
REKOMENDASI
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan dan dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Konsep dari karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap
individu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Konsep dari pribadi cerdas adalah segenap sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi suatu landasan dalam penampilan perilaku dengan standar norma dan nilai yang tinggi diiringi tindakan yang mampu untuk menghadapi berbagai kondisi untuk sukses mencapai tujuan.
3. Integrasi karakter pribadi cerdas di sekolah dilakukan dengan mengembangkan kecerdasan logika matematika seperti puzzle, teka-teki silang, ekplorasi pola, dan lain-lain.
3.2 Implikasi
Hasil tinjauan pustaka, pembahasan, dan kesimpulan menunjukkan bahwa integrasi karakter pribadi cerdas di sekolah merupakan kegiatan yang dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik dan manusia yang berwawasan dan berpengetahuan serta dapat berprilaku cermat dan tepat.
3.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kesimpulan, secara keseluruhan hasil tinjauan pustaka ini memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan pertimbangan bahwa integrasi pribadi cerdas merupakan salah satu upaya menginternalisasikan nilai karakter di sekolah.
Melalui hasil tinjauan pustaka, secara khusus rekomendasi juga diberikan
sebagai berikut.
1. Bagi Program Studi Pendidikan Umum dan Karakter
Hasil tinjauan pustaka dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa program studi Pendidikan Umum dan Karakter dalam mengintegrasikan karakter pribadi cerdas.
2. Bagi guru
Hasil tinjauan pustaka dapat dijadikan rujukan dalam membuat program dan kegiatan yang lebih baik dan sempurna.
3. Bagi peneliti berikutnya
Hasil tinjauan pustaka dapat dijadikan rujukan untuk tinjauan pustaka lebih lanjut dalam aspek penerapan, esplorasi pokok bahasan dan/atau mata kuliah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, F. (2012). Kebijakan dan Pengembangan Pembangunan Karakter melalui Pendidikan di Indonesia: Aspirasi Vol. 3 No. 1, hlm. 87-101.
Awaliyah, G., & Dwinada, R. (2019). Tujuh Ciri Orang yang Sangat Cerdas Menurut Ahli. [Online]. Tersedia: https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/infosehat/19/07/01/ptyeja414-tujuh-ciri-orang-yang-sangat-cerdas-menurutahli. Diakses 17 Februari 2020.
Aziz, R., & Mangestuti, R. (2006). Tiga Jenis Kecerdasan dan Agresivitas Mahasiswa. Psikologika, No. 21, Thn. XI, hlm. 64-77.
Cahyono, H. (2015). Pola Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 3, No. 2, hlm. 5-12.
Kaimuddin. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013:Dinamika Ilmu Vol. 14. No.1, hlm. 47-63.
Kristiana, D. (2118). Implementasi Media “Bosang” Untuk Mengasah Kecerdasan Logika Matematika Anak Usia Dini. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2018, Vol. 3, No.1, hlm. 36-42.
Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Jakarta: Esensi.
Mufarizuddin. (2017). Peningkatan Kecerdasaan Logika Matematika Anak melalui Bermain Kartu Angka Kelompok B di TK Pembina Bangkinang Kota. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vo. 1, No. 1, hlm. 62-71.
Niyati, dkk. (2016). Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Melalui Permainan Tradisional Congklak. Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1, No.2, hlm. 78-83.
Rahardjo, S. (2017). Mendesain Profil Guru Berkarakter Cerdas. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 27, No.1, hlm. 30-40.
Siswati, dkk. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Sikap dan Perilaku Sosial Peserta Didik Melalui Pembelajaran Sejarah di SMA PGRI 1 Pati Tahun Pelajaran 2017/2018. Indonesian Journal of History Education, Vol. 6, No. 1, hlm. 1-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar