BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Globalisasi
membuat kehidupan manusia semakin kompetitif dan membuka peluang manusia untuk
mencapai status yang lebih baik. Dampak positif globalisasi yakni mendorong
manusia untuk terus berpikir dan mengasah diri supaya menjadi pribadi yang
mampu bersaing. Adanya dampak negatif globalisasi mendesak manusia untuk terus
berpikir agar mampu menangkal dan mengatasi masalah tersebut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia Indonesia
yang bermutu yakni manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, sehat jasmani dan
rohani, pribadi yang bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara
profesional, serta dinamis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi dan misi
pendidikan nasional Indonesia.
Pendukung utama
bagi ketercapaian sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah
pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya
melalui transfer dan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga
diperlukan adanya peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga
kependidikan guna menghasilkan output pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini
penting adanya upaya mengembangkan pribadi peserta didik di samping
pengembangan akademisnya. Salah satu upaya tersebut yaitu adanya bimbingan dan
konseling yang dilakukan guru. Dalam konteks ini, guru Sekolah Dasar memiliki
peranan ganda, yakni sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran serta
sebagai pemberi layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik. Agar mampu
menjalankan perannya secara profesional, maka penting adanya pembelajaran bagi
guru Sekolah Dasar mengenai bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
urgensi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?
3.
Bagaimana
hubungan bimbingan dan konseling ?
4.
Apa
saja macam-macam bimbingan dan konseling ?
5.
Bagaimana
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan religius bimbingan dan
konseling ?
6.
Bagaimana
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan psikologis bimbingan dan
konseling ?
7.
Bagaimana
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan historis bimbingan dan
konseling ?
8.
Bagaimana
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan filosofis bimbingan dan
konseling ?
9.
Bagaimana
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan sosial budaya bimbingan
dan konseling ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Memahami
urgensi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar,
2.
Memahami
pengertian bimbingan dan konseling,
3.
Memahami
hubungan bimbingan dan konseling,
4.
Mengetahui
macam-macam bimbingan konseling,
5.
Memahami
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan religius bimbingan dan
konseling,
6.
Memahami
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan psikologis bimbingan dan
konseling,
7.
Memahami
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan historis bimbingan dan
konseling,
8.
Memahami
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan filosofis bimbingan dan
konseling, dan
9.
Memahami
rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan sosial budaya bimbingan
dan konseling.
D.
Sistematika
Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan
Penulisan
D.
Sistematika
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Urgensi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
B.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
C.
Hubungan
Bimbingan dan Konseling
D.
Macam-Macam
Bimbingan Konseling
E.
Landasan
Religius Bimbingan dan Konseling
F.
Landasan
Psikologis Bimbingan dan Konseling
G.
Landasan
Historis Bimbingan dan Konseling
H.
Landasan
Filosofis Bimbingan dan Konseling
I.
Landasan
Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urgensi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Urgensi Bimbingan dan
konseling di sekolah mengacu pada UU No.23 tentang sisdiknas, yakni UU No.20
Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional,
sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu profesi dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang terkait. Untuk menjadi konselor
yang profesional perlu melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus
melalui proses belajar sepanjang hayat yang akan menjadi determinan eksistensi
ketahanan hidup manusia belajar sepanjang hayat menjadi strategi belajar pada
masyarakat global. Dalam melaksanakan tugas konselor diperlukan tenaga yang
profesional sesuai dengan tuntutan dan kondisi saat ini.
Urgensi Bimbingan dan
konseling di sekolah akan semakin dirasa perlu jika pelayanan bimbingan dan
konseling tersebut mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya
memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. Bimbingan dan konseling adalah upaya
pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi apa adanya
kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Bimbingan dan konseling turut bertanggung jawab dalam merealisasikan ketiga
fungsi pendidikan yaitu pengembangan, diferensiasi dan integrasi. Bimbingan dan
konseling sebagai salah satu sub-bidang dari bidang pembinaan di sekolah
mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan sub-bidang lainnya meskipun
semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan khusus kepada klien. Fungsinya
yang khas bersumber dari corak pelayanan yang bersifat psikis. Peranan
bimbingan dan konseling di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi klien
secara optimal menuntut pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara
efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan
dan pedoman yang berlaku. Mengingat hal-hal tersebut di atas jelaslah bahwa
bimbingan dan konseling mempunyai arti yang sangat penting.
B.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan
konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance
yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3)
mengemukakan bahwa guidance berasal
dari kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer,
artinya: menunjukkan, mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan.
Bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada individu
dari seorang ahli. Pengertian imbingan menurut para ahli
1.
Frank
Parson : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih,
mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya.
2.
Chiskolm:
Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang
dirinya sendiri.
3.
Mathewson:
Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar
yang sistematik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan
pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri
sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungannya,
memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Adapun
konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Konseling adalah usaha membantu
klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri.
Bimbingan
dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,
dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi
dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakatnya.
C. Hubungan
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling merupakan dua kegiatan kerja yang saling melengkapi. Menurut
Prof. Bimo Walgito, para ahli sepakat secara bulat, baik tentang kesamaan
antara bimbingan dan konseling serta perbedaannya, maupun saling melengkapinya
antara kegiatan bimbingan dan konseling. Guidance dan counseling merupakan
kegiatan yang integral, dan keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh
karena itu, perkataan guidance selalu
dirangkaikan dengan counseling
sebagai kata majemuk. Counseling
merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan di antara
pelayanan-pelayanan dalam bimbingan.
Apabila
diteliti antara pengertian bimbingan dan konseling dapat menemukan kesamaan dan
juga sifat yang khas yang ada pada
kegiatan konseling. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Konseling
merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian bimbingan lebih
luas daripada pengertian konseling (penyuluhan). Oleh karena itu, konseling
merupakan guidance, tetapi tidak
semua guidance berbentuk konseling.
2. Dalam
konseling terdapat masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi conselee atau klien,
sedangkan guidance tidak demikian. Guidance lebih bersifat preventif atau
pencegahan, sedangkan penyuluhan lebih bersifat kuratif atau korektif.
3. Konseling
pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor dan conselee
secara face to face (tatap muka). Guidance di jalankan secara kelompok,
misalnya bimbingan belajar efektif menghadapi UN.
Salah
satu hal yang wajar bagi manusia untuk mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.
Dengan mengenal dirinya dapat bertindak dengan tepat sesuai kemampuannya.
Tetapi setiap manusia memiliki kemampuan berbeda-beda dalam hal ini mereka yang
kurang bisa mengenali dirinya membutuhkan bantuan.
Biasanya
usaha dalam bidang pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak dalam
menentukan pilihan hidupnya membutuhkan bimbingan konseling. Cukup jelas betapa
pentingnya bimbingan untuk anak-anka terutama yang ingin melanjutkan pedidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
D. Macam-macam
Bimbingan Konseling
Seperti terdapat dalam perkembangan sejarahnya, bahwa bimbingan
dan konseling pada awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan misalnya, “job selection, job placement”, dan “job
training”. Dengan cara ini, efisiensi dalam pekerjaan
dapat tercapai dan penempatan orang sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada
padanya, sehingga kesulitan-kesulian atau persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan pekerjaan dapat dihindarkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Blum dan Halinsky, “Briefly, there are three major types of counseling: vocational, educational,
and personal. Artinya adalah, ada tiga jenis utama konseling:
kejuruan, pendidikan, dan pribadi.”
Dilihat dari perkembangannya, pengertian bimbingan dan
konseling hanya sebatas pada
bimbingan pekerjaan. Disamping itu diharapkan adanya penempatan orang sesuai
dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya sehingga kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat dihindarkan. Dalam segi pendidikan, seperti yang
dirintis oleh Jesse B. Davis selain adanya bimbingan dalam pekerjaan yang
memunculkan vocational guidance,
adapula pendidikan dalam yang merupakan educational
guidance. Banyak masalah timbul
karena kondisi pribadi individu yang bersangkutan. Oleh karena itu timbullah
bimbingan yang tertuju pada keadaan pribadi seseorang sehingga kemudian muncul
yang disebut personal guidance.
Secara teoritis
memang dapat dibedakan adanya bermacam-macam bimbingan dan konseling tersebut,
tetapi secara praktis sangat sulit dapat dikatakan sangat kecil kemungkinannya
untuk memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Blum dan Balinsky juga
mengemukakan hal yang sama sebagai berikut, “In reality it is best to consider
these types of counseling as aspect of the same thing. Eventhough vocational
counseling has the major frame of reference, in this book, it is impossible to
admnister vocational guidance without recognizing the implications necessaryin
educational guidance”. Pengertian bimbingan dan konseling menyangkut setiap aspek dari individu,
baik fisik, psikis, maupun sosial. Dengan demikian tidaklah mungkin orang
mengisolasi tiap- tiap bagian dengan bagian yang lain karena bagian yang satu
selalu berhubungan dengan bagian yang lain. Dalam bimbingan dan konseling
pendidikan, faktor pendidikanlah yang merupakan faktor yang menonjol.
Pada umumnya, orang memang membedakan bimbingan dan
konseling dalam tiga macam, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa bimbingan
dan konseling hanya terbatas pada tiga macam tersebut. Masih ada jenis
bimbingan yang lain, yaitu bimbingan dalam lapangan sosial, misalnya bimbingan
perkawinan, kesejahteraan keluarga, kewarganegaraan, dan lain-lain.
1. Jenis-jenis
Bimbingan
Berdasarkan ciri bidang-bidang
masalah seperti tersebut, maka menurut jenisnya bimbingan dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut :
a.
Bimbingan
Pendidikan
Bimbingan pendidikan adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa
untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk bimbingan pendidikan
ini misalnya menyediakan informasi mengenai jurusan, infomasi mengenai
kelanjutan studi, menyelenggarakan layanan orientasi kepada siswa baru, dan
sebagainya.
1)
Bimbingan Belajar (Educational Guidance)
Bimbingan
belajar adalah usaha bimbingan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang
belajar. Bentuk
bimbingan belajar misalnya
membentuk kelompok belajar, memberikan informasi tentang cara belajar yang
baik, memberi informasi tentang cara mengatur jadwal belajar, cara memusatkan
perhatian dalam belajar, memberikan informasi tentang pola belajar, dan
sebagainya.
2)
Bimbingan Pribadi (Personal
Guidance)
Bimbingan pribadi adalah usaha
bimbingan yang ditujukan kepada
siswa dalam usahanya mengatasi kesulitan pribadi. Bentuk bimbingan ini misalnya
memberikan konseling, role playing, psikodrama,
informasi cara bergaul, dan sebagainya.
3)
Bimbingan Sosial
Bimbingan
sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan membantu siswa mengatasi
kesulitannya dalam bidang sosial.. Bentuk
bimbingan ini misalnya informasi cara berorganisasi, cara bergaul agar
disenangi kelompok, cara-cara mendapatkan biaya sekolah tanpa harus
mengorbankan belajar, dan sebagainya.
4)
Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan
pekerjaan adalah usaha bimbingan dalam membantu siswa untuk mengatasi kesulitan
dalam bidang pekerjaan. Bentuk bimbingan ini misalnya memberikan informasi
mengenai pekerjaan, cara memilih dan menentukan pekerjaan, dan sebagainya.
5)
Bimbingan dalam
Penggunaan Waktu Luang
Jenis
bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu luangnya
dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan ‘menganggur’
anak akan berpikir
hal-hal negatif. Karena itu, sebaiknya waktu senggang tersebut diisi dengan
kegiatan yang bermanfaat, misalnya berternak, berkemah, dan sebagainya.
2. Ragam
Bimbingan Menurut Masalah
Dilihat dari masalah individu , ada 4 jenis bimbingan yaitu:
a.
Bimbingan
Akademik
Yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong
masalah-masalah akademik yaitu: pengenalan kurikulum, pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan,
pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan
lain-lain.
b.
Bimbingan
Sosial-Pribadi
Merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan
masalah-masalah sosial-pribadi. Yang tergolong dalam maslah-masalah
sosial-pribadi adalah masaalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen,
serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian
konflik.
c.
Bimbingan
Karir
Yaitu bimbingan untuk membantu
individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir
seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi
dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan
karir, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi.
d.
Bimbingan
Keluarga
Merupakan upaya pemberian bantuan
kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara
produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta
berperan aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
E. Landasan Religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada
dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap
kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan
Erman Amti,2003:233).
1. Hakikat Manusia Menurut Agama
Menurut
sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami
dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus
menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dalil
yang menunjukkan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama antara lain QS.
Al’Araf : 172 yang artinya “Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab, ya kami
bersaksi bahwa Engkau Tuhan kami.”
Apabila pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas
manusia yang bercirikan taqwa maka bimbingan dan konseling tidak cukup hanya
bertopang kepada kaidah-kaidah psikologis dan sosio-kultural belaka melainkan
harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhluk Allah SWT (M.D.Dahlan,
1988: 23).
2. Peranan Agama
Agama
sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang
sehat. Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian
menunjukkan bahwa agama sangat berperan (berkontribusi secara signifikan)
terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal
ini, maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai agama dalam layanan
bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuh
kembangkan.
3. Persyaratan Konselor
Prayitno
dan Erman Amti mengemukakan persyaratan bagi konselor, yaitu :
a. Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan
dengan baik keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
b. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer
kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalah klien.
c. Konselor harus benar-benar memperhatikan dan
menghormati agama klien.
F. Landasan Psikologis
Di lingkungan pendidikan yang menjadi
sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah peserta didik. Peserta didik
merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah
kematangan. Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung
dengan baik dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka perlu
diberikan bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi
perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan
bimbingan dan konseling.
Beberapa
aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang
perlu dipahami oleh konselor yaitu :
1.
Motif
2.
Konflik
dan Frustasi
3.
Sikap
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
5.
Masalah
Perkembangan Individu
6.
Masalah
Perbedaan Individu
7.
Masalah
Kebutuhan Individu
8.
Masalah
Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
9.
Masalah
Belajar
10. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
11. Kecerdasan Emosional
12. Kecerdasan Spiritual
13. Kreativitas
14. Stress dan Pengelolaannya
G. Landasan
Historis
1.
Perkembangan
Layanan Bimbingan dan Konseling Zaman Yunani Kuno
Secara
umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang “developing
one’s potential” (pengembangan potensi individu) dapat ditelusuri dari
masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya-upaya untuk
mengembangkan dan memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka dapat
mengisi peranannya di masyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu
terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing ke arah
tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat, atau menguntungkan baik bagi dirinya
sendiri maupun masyarakat.
Terkait
dengan perhatian masyarakat Yunani ini, Plato dapat dipandang sebgai “konselor”
Yunani Kuno, karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap
pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek-aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga penaruh perhatian-perhatian
terhadap masalah-masalah bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui
asuhan atau pendidikan formal, bagaimana cara supaya anak dapat berpikir lebih
efektif, dan teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia dalam
kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.
Sebagai
“konselor” kedua dari Yunani ini adalah Aristoteles (murid Plato). Dia banyak
berkontribusi pemikiran ke dalam bidang psikologi. Salah satu sumbangan
pemikirannya itu adalah studi tentang interaksi individu dengan lingkungan dan
yang lainnya, serta upaya mengembangkan fungsi-fungsi individu secara optimal.
Orang
besar Yunani lainnya yaitu Hippocrates dan para dokter (tabib) lainnya juga
menaruh perhatian terhadap bidang psikologi ini, seperti terefleksikan dari
pendapatnya , yaitu bahwa gangguan mental (mental disorder yang diderita
individu disebabkan oleh faktor alam.
Di
Roma, para orangtua bekerja bersama anak-anaknya, yang berperan sebagai model
(teladan) dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi, mempelajari, atau
memperluas wawasan tentang pekerjaan. Masyarakat Yahudi purba mempunyai
perhatian terhadap individualitas dan hak menentukan atau pengaturan diri
sendiri (self-determination). Sementara masyarakat Kristen menekankan bahwa
idealitas kemanusiaan menjadi dasar bagi kehidupan masyarakat demokratis, yang
pada abad ini mempengaruhi gerakan konseling.
Luis
Vives sebagai filosof dan juga pendidik berpendapat bahwa merupakan suatu
kebutuhan untuk membimbing individu yang sesuai dengan sikap dan bakatnya. Di
samping itu dia mengemukakan
bahwa para wanita pun harus dipersiapkan untuk dapat bekerja.
Rene
Desrates (1596-1650) telah mengemukakan
studi tentang tubuh manusia sebagai suatu organisme yang mereaksi terhadap
berbagai stimulus. Sementara pada abad 18, Jean Jaques Rousseau (1712-1778)
mengemukakan bahwa perkembangan individu dapat berlangsung dengan baik, apabila
dia bebas untuk mengembangkan dorongan-dorongan alamiahnya, dan dia diberi
kebebasan untuk belajar dan belajar melalui berbuat (bekerja). Hampir bersamaan waktunya dengan
Rousseau, Johan Pestalozzi (1746-1827) seorang pendidik ternama dari Swiss
mengemukakan bahwa masyarakat itu dapat direformasi, apabila setiap warga
masyarakat tersebut dapat menolong perkembangan dirinya sendiri (to help himself develop).
Dengan
ditemukannya mesin cetak, maka terbitlah buku-buku tentang bimbingan, seperti
menyangkut kehidupan beragama, dan eksplorasi karir, atau pekerjaan. Awal abad
ke-20 merupakan kondisi yang kondusif dan posisi yang penting bagi perkembangan
dan penerimaan bimbingan, baik secara konseptual-teoritik maupun praktek di
lapangan.
Buku-buku
itu seperti karangan Powell, yaitu Tom of All Trades; or The Plain Pathway to
Preferment, yang diterbitkan di London tahun 1631. Melalui buku ini Powell
memberikan penjelasan tentang berbagai informasi yang terkait dengan profesi
(pekerjaan) dan bagaimana cara mencapai atau memperolehnya, sumber-sumber
bantuan finansial, dan sekolah-sekolah tertentu yang cocok untuk
mempersiapkannya.
Perhatian
terhadap upaya pengembangan potensi diri individu telah berkembang sejak Yunani
Kuno, seperti dipelopori oleh Plato dan Aristoteles.
2.
Perkembangan
Layanan Bimbingan dan Konseling di Amerika
Perkembangan
gerakan bimbingan dan konseling di Amerika bersifat buttom-up, yaitu dari pihak perorangan atau swasta kemudian menjadi
program pemerintah. Sedangkan di Indonesia, perkembangan gerakan bimbingan itu
bersifat top-dawn, yaitu dimulai dari
pihak pemerintah, melalui berbagai kebijakan, perundang-undangan, atau program-program
eksperimentasi, kemudian program tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga
swasta atau perorangan (meskipun masih sangat jarang).
Profesionalisasi
tenaga pembimbing atau konselor di Amerika sudah mencapai standarisasi yang
mantap sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses pengkajian, validiasi,
dan pemantapan dalam berbagai aspeknya.
Secara
organisatoris dan yuridis formal, profesi bimbingan dan konseling menunjukkan
kondisi yang semakin mantap, namun dalam penataran implementasi masih mengalami
kelemahan dalam berbagai aspeknya, seperti menyangkut manajemen, sumber daya
(kualitas pribadi dan kemampuan profesional) penempatan guru-guru mata
pelajaran sebagai guru pembeimbing, pemberian tugas yang mismatch terhadap guru
pembimbing, dan sarana prasarana.
3.
Perkembangan
Layanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Perkembangan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia berbeda
dengan di Amerika. Perkembangan layanan bimbingan di Amerika dimulai dari usaha
perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur-angsur menjadi usaha
pemerintah. Sementara di Indonesia perkembangannya dimulai dengan kegiatan di
sekolah dan usaha-usaha pemerintah.
Secara
formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya
kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian
integral dalam pendidikan di sekolah.
Dekade
80-an bimbingan diupayakan agar lebih mantap dan dalam dekade ini telah
dimasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Perkembangan
bimbingan dan konseling di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya
perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan
nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus
tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
Periodesasi
perkembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode, yaitu: periode prawacana, pengenalan,
pemasyarakatan, konsolidasi, dan tinggi landas.
a.
Periode
I dan II Prawacana dan Pengenalan (sebelum 1960-1970), periode ini berpuncak
dengan dibukanya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan tahun 1963 di IKIP
Bandung/UPI. Pada periode kedua ditandai dengan dua keberhasilan yaitu
diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami an dirasakan kebutuhan
akan pelayanan tersebut.
b.
Periode
III Pemasyarakatan (1970-1990), diberlakukannya kurikulum 1975 untuk siswa SMA yang mengintegrasikan kedalamnya
layanan BP untuk siswa. Kemudian pada periode tiga ini juga ditandai dengan
pemberlakuan kurikulum 1984 mengenai pelayanan BP yang difokuskan pada bidang
karir.
c.
Periode
IV Konsolidasi (1990-2000)
1)
ditandai dengan perubahan secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling,
2)
pelayanan BK di sekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara
khusus ditugasi untuk itu,
3)
mulai diselenggarakan penataran guru-guru (nasional dan daerah) untuk guru-guru
pembimbing,
4)
adanya formasi untuk pengangkatan guru pembimbing,
5)
pola pelayanan BK di sekolah dikemas dalam BK pola 17, dan
6)
dalam bidang kepengawasan sekolah dibentuk bidang kepengawasan BK, serta
7)
dikembangkan sejumlah panduan pelayanan BK.
d.
Periode
V Lepas Landas
1)
penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN ,
2)
lahirnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang di
dalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk tenaga pendidik,
3)
kerja sama Pengurus Besar ABKIN dengan Dikti Depdiknas tentang standarisasi
profesi konseling,
4)
kerja sama ABKIN dengan Direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru
pembimbing (konselor) SMP dan sekaligus memberikan pelatihan kepada mereka.
H.
Landasan Filosofis
Masalah filsafat yang harus dihadapi
konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan
dengan perannya sebagai orang yang membantu orang lain (klien) dalam melakukan pilihan dan kebebasan,
serta sebagai pembentuk tingkah laku individu dalam hubungannya dengan orang
lain.
1. Makna,
Fungsi dan Prinsip-Prinsip Filosofis Bimbingan dan
Konseling
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu filosofia (philosophia), yang terdiri atas filo (philos) yang artinya cinta, ingin mengetahui sesuatu dan sofia yang artinya kebijaksanaaan atau hikmah.
Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau
cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Pemahaman filosofis menjadi alat yang
bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya. Konselor pada
khususnya membantu konseling dan dalam mengambil keputusan yang tepat.
Prinsip-prinsip
terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan menurut John J. Pietrofesa
(1980:30-31) yaitu :
a. Objective
viewing
Konselor
membantu klien agar memperoleh suatu perspektif tentang masalah khusus yang
dijalaninya dan untuk membantu menilai dan mengkaji klien berbagai strategi
kegiatan yang memungkinkan klien merespon keinginan secara konstruktif. Contohnya seseorang yang tidak mengetahui potensi
dirinya, melalui layanan bimbingan orang tersebut dapat menemukan potensi
dirinya.
b. The
Counselor
must have the best interest of the client at heart
Konselor
harus mampu dalam membantu klien mengatasi masalahnya.
Jhon J. Pietrofase et.al. (1980) mengemukakan
pendapat tentang prinsip-prinsip
filosofis dalam bimbinan tersebut.
a. Bimbingan
hendaknya berdasarkan kepada pengakuan
klien atas hak-haknya mendapat bantuan.
b. Bimbingan
merupakan proses pendidikan yang saling berkesinambungan.
c. Bimbingan
harus respek terhadap klien yang meminta bantuan.
d. Fokus
bimbingan
adalah membantu individu dalam merealisasikan
potensi diri.
e. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat
individualisasi, personalisasi, dan sosialisasi.
f. Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama, yang
masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
2. Hakikat Manusia
a. Viktor
E.Frankl mengemukakan bahwa hakikat
manusia :
1) Manusia
memiliki dimensi
fisik, psikolog juga memiliki dimensi spiritual.
2) Manusia
adalah untuk
memiliki arti bahwa manusia mengarahkan
kehidupannya
sendiri.
3) Manusia
adalah bebas
merdeka dalam berbagi keterbatasan yang menyangkut kehidupan sendiri.
b. Aliran Humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap
hakikat
manusia, yaitu :
1) Manusia
memiliki dorongan untuk mengembangkan
diri.
2) Memiliki
kebebasan untuk mengembangkan tingkah lakunya, yang dalam hal ini manusia bukan
poin yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
3) Manuasia
adalah mahluk yang rasional dan sadar.
3. Tujuan
dan Tugas Kehidupan
Prayitno dan Erman Amti mengemukakan model Witner dan
Sweeney tentang kebahagian dan kesejahteran hidup serta upaya
mengembangkan dan mempertahankannya
sepanjang hayat. Menurut
mereka, ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai dengan
lima kategori tugas kehidupan berikut
seperti:
a. Spiritual
b. Pengaturan
diri
c. Bekerja
d. Persahabatan
e. Cinta
Bangsa Indonesia yang
menjadi landasan bimbingan konseling adalah Pancasila. Fitrah manusia itu sendiri sebagai mahluk Tuhan yang bermartarbat. Pancasila sebagai filsafat
bimbingan dan konseling memiliki implikasi sebagai berikut.
Tujuan bimbingan dan konseling
harus memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Konselor seyogyanya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan Pancasila. Perlunya penataan kembali lingkungan yang
mendukung perwujudan nilai-nilai Pancasila
yang terkandung dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
I. Landasan
Sosial Budaya
Faktor-faktor
sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan yaitu :
1. Perubahan
konstelasi keluarga
Tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan
yang cukup berarti, seperti: melemahnya otoritas pria, meningkatnya tuntutan
kesamaan hak bagi kaum
wanita, dan merekatnya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahan lain,
yaitu meningkatnya angka perceraian pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an.
Keluarga yang fungsional memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Saling
memperhatikan dan mencintai
b. Bersikap
terbuka dan jujur
c. Orangtua
mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan mengkui pengalaman.
d. Adanya
sharing di antara anggota keluarga.
e. Mau
berjuang mengatasi permasalahan kehidupan.
f. Saling
menyesuaikan diri dan mengakomodasi
g. Orangtua
mengayomi atau melindungi anak
h. Komunikasi
antar anggota keluarga berlangsung baik
i.
Keluarga memenuhi kebutuhan psikosial
anak dan mewariskan nilai-nilai budaya.
j.
Mampu beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi.
Sedangkan keluarga yang memiliki hubungan
disfungsional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya
pengekanggan dorongan dan penindasan perasaan
b. Mengalami
kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya persahabatan dan
kehangatan, penuh kemuraman dan kesedihan.
c. Kurang
bisa beradaptasi dengan kedaan yang berubah.
d. Tidak
berfungsinya struktur keluarga.
2. Perkembangan
pendidikan
Akibat pelaksanaan falsafah demokrasi dan
perkembangan teknologi, program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Oleh kerena itu perkembangan pendidikan
tampak dalam tiga arah yaitu:
Arah meningkat, dalam bertambahnya kesempatan
kemungkinan bagi murid mendapatkan pendidikan yang tinggi.
Arah meluas akan tampak dalam pembagian sekolah dan pembagian
jurusan .
Arah mendalam, tampak dalam perkembanganya ruang
lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam
bidang studi.
3. Dunia
Kerja
Adanya berbagai
perubahan dalam dunia kerja, terutama pada tahun 1970-an. Terjadi berbagai
perubahan diantaranya sebagai berikut:
a. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki
keterampilan.
b. Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja
professional dan memiliki keterampilan teknik.
c. Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak
dari penerapan teknologi maju.
d. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
e. Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan
cara-cara pelayanan yang baru.
f. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang berusia
muda dalam bekerja.
4. Perkembangan
kota metropolitan
Pertumbuhan kota
di abad-21, terutama kota-kota berkembang yaitu sebagai berikut.
a.
Umumnya
terjadi migrasi orang desa yang pindah ke kota di negara berkembang
b.
Masalah
pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah serius bagi sejumlah kota besar
di negara berkembang.
c.
Keadaan
akan semakin serius kerena kebanyakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
dan keterampilan yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
d.
Menjamurnya
rumah gubuk yang illegal merupakan masalah pelik yang akan membuat kota semakin
buruk di kota negara berkembang.
e.
Terbatasnya kemampuan penyediaan fasilitas air bersih
dibanding jumlah permintaan kebutuhan.
f.
Banyak
anak yang meninggal akibat lingkungan yang buruk.
5. Perkembangan
komunikasi
Dampak media
massa terhadap kehidupan manusia sangatlah besar televisi telah menjadi pusat
hiburan keluarga. Program yang ditayangkan tidak sedikit yang merusak
nilai-nilai dan moral.
6. Seksisme
dan Rasisme
Seksisme
merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin
yang lainnya.
Rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang
satu dibandingkan dengan ras yang lain.
7. Kesehatan
Mental
8. Perkembangan
Teknologi
Perkembangan
teknologi yang pesat timbul dua masalah penting, yaitu :
a. penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat
mekanisme-elektronik,
b. bertambahnya pekerjaan yang menghendaki keahlian
khusus.
9. Kondisi
Moral dan Keagamaan
Kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinan
masing masing individu menyebabkan seorang individu berfikir dan menilai setiap
agama yang dianut.
10. Kondisi
Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi antara anggota kelompok menimbulkan banyak masalah yang berat.
Masalah ini sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi
lemah. Karena banyak permasalahan yang terjadi karena perbedaan status ekonomi,
sehingga masalah-masalah tersebut memerlukan bimbingan untuk menyelesaikan
masalah yng timbul akibat perbedaan status ekonomi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bimbingan
dan konseling merupakan hal yang sangat erat hubunganya dengan pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling ini sangat penting agar
individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakatnya.
Pada masa Sekolah Dasar seorang guru pembimbing seperti guru BK atau guru kelas
yang merangkap sebagai guru BK bagi anak didiknya sangat berperan penting dalam
mengarahkan peserta didik dalam perkembangan perilakunya dan perkembangannya
dalam melaksanakan pembelajaran.
B.
Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan para
pendidik bisa menjadi pendidik yang baik yang mampu membimbing serta memberikan
solusi bagi semua
anak didiknya agar dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya
secara optimal.
Sebaiknya tidak hanya guru pembimbing yang berperan dalam
mengarahkan anak didik tetapi semua pihak di lingkungan anak didik juga
memiliki tugas yang sama.
Kartadinata,Sunaryo.2011.
Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis.Bandung : UPI PRESS
Purwanto,
Ngalim.2013. Psikologi Pendidikan .Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Setiawati dan Ima
Ni’mah Chudari. 2007. Bimbingan
dan Konseling.
Bandung : UPI
PRESS
Sukardi, Dewa
Ketut. 2008.Proses
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta
: Rineka Cipta
Yusuf, Syamsu
dan Juntika Nurihsan. 2010.Landasan
Bimbingan dan Konseling.
Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar