Jumat, 11 April 2014

URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Globalisasi membuat kehidupan manusia semakin kompetitif dan membuka peluang manusia untuk mencapai status yang lebih baik. Dampak positif globalisasi yakni mendorong manusia untuk terus berpikir dan mengasah diri supaya menjadi pribadi yang mampu bersaing. Adanya dampak negatif globalisasi mendesak manusia untuk terus berpikir agar mampu menangkal dan mengatasi masalah tersebut untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia Indonesia yang bermutu yakni manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, sehat jasmani dan rohani, pribadi yang bermoral, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara profesional, serta dinamis dan kreatif. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional Indonesia.
Pendukung utama bagi ketercapaian sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya melalui transfer dan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga diperlukan adanya peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan guna menghasilkan output pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini penting adanya upaya mengembangkan pribadi peserta didik di samping pengembangan akademisnya. Salah satu upaya tersebut yaitu adanya bimbingan dan konseling yang dilakukan guru. Dalam konteks ini, guru Sekolah Dasar memiliki peranan ganda, yakni sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran serta sebagai pemberi layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik. Agar mampu menjalankan perannya secara profesional, maka penting adanya pembelajaran bagi guru Sekolah Dasar mengenai bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana urgensi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ?
2.      Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?
3.      Bagaimana hubungan bimbingan dan konseling ?
4.      Apa saja macam-macam bimbingan dan konseling ?
5.      Bagaimana rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan religius bimbingan dan konseling ?
6.      Bagaimana rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan psikologis bimbingan dan konseling ?
7.      Bagaimana rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan historis bimbingan dan konseling ?
8.      Bagaimana rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan filosofis bimbingan dan konseling ?
9.      Bagaimana rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan sosial budaya bimbingan dan konseling ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Memahami urgensi bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar,
2.      Memahami pengertian bimbingan dan konseling,
3.      Memahami hubungan bimbingan dan konseling,
4.      Mengetahui macam-macam bimbingan konseling,
5.      Memahami rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan religius bimbingan dan konseling,
6.      Memahami rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan psikologis bimbingan dan konseling,
7.      Memahami rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan historis bimbingan dan konseling,
8.      Memahami rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan filosofis bimbingan dan konseling, dan
9.      Memahami rumusan bimbingan dan konseling berdasarkan landasan sosial budaya bimbingan dan konseling.
D.    Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Urgensi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
B.     Pengertian Bimbingan dan Konseling
C.     Hubungan Bimbingan dan Konseling
D.    Macam-Macam Bimbingan Konseling
E.     Landasan Religius Bimbingan dan Konseling
F.      Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
G.    Landasan Historis Bimbingan dan Konseling
H.    Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling
I.       Landasan Sosial Budaya Bimbingan dan Konseling
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Urgensi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada UU No.23 tentang sisdiknas, yakni UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu profesi dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang terkait. Untuk menjadi konselor yang profesional perlu melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang akan menjadi determinan eksistensi ketahanan hidup manusia belajar sepanjang hayat menjadi strategi belajar pada masyarakat global. Dalam melaksanakan tugas konselor diperlukan tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan dan kondisi saat ini.

Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah akan semakin dirasa perlu jika pelayanan bimbingan dan konseling tersebut mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. Bimbingan dan konseling adalah upaya pedagogis untuk memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Bimbingan dan konseling turut bertanggung jawab dalam merealisasikan ketiga fungsi pendidikan yaitu pengembangan, diferensiasi dan integrasi. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu sub-bidang dari bidang pembinaan di sekolah mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan sub-bidang lainnya meskipun semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan khusus kepada klien. Fungsinya yang khas bersumber dari corak pelayanan yang bersifat psikis. Peranan bimbingan dan konseling di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi klien secara optimal menuntut pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Mengingat hal-hal tersebut di atas jelaslah bahwa bimbingan dan konseling mempunyai arti yang sangat penting.
B.     Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan, mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan.
      Bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada individu dari seorang ahli. Pengertian imbingan menurut para ahli
1.      Frank Parson : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
2.      Chiskolm: Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
3.      Mathewson: Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungannya, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Konseling adalah usaha membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri.
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakatnya.
C.     Hubungan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua kegiatan kerja yang saling melengkapi. Menurut Prof. Bimo Walgito, para ahli sepakat secara bulat, baik tentang kesamaan antara bimbingan dan konseling serta perbedaannya, maupun saling melengkapinya antara kegiatan bimbingan dan konseling. Guidance dan counseling merupakan kegiatan yang integral, dan keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, perkataan guidance selalu dirangkaikan dengan counseling sebagai kata majemuk. Counseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan di antara pelayanan-pelayanan dalam bimbingan.
Apabila diteliti antara pengertian bimbingan dan konseling dapat menemukan kesamaan dan juga sifat yang khas yang ada pada kegiatan konseling. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga pengertian bimbingan lebih luas daripada pengertian konseling (penyuluhan). Oleh karena itu, konseling merupakan guidance, tetapi tidak semua guidance berbentuk konseling.
2.      Dalam konseling terdapat masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi conselee atau klien, sedangkan guidance tidak demikian. Guidance lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan penyuluhan lebih bersifat kuratif atau korektif.
3.      Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individu, yaitu antara conselor dan conselee secara face to face (tatap muka). Guidance di jalankan secara kelompok, misalnya bimbingan belajar efektif menghadapi UN.
Salah satu hal yang wajar bagi manusia untuk mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya dapat bertindak dengan tepat sesuai kemampuannya. Tetapi setiap manusia memiliki kemampuan berbeda-beda dalam hal ini mereka yang kurang bisa mengenali dirinya membutuhkan bantuan.
Biasanya usaha dalam bidang pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak dalam menentukan pilihan hidupnya membutuhkan bimbingan konseling. Cukup jelas betapa pentingnya bimbingan untuk anak-anka terutama yang ingin melanjutkan pedidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


D.    Macam-macam Bimbingan Konseling
Seperti terdapat dalam perkembangan sejarahnya, bahwa bimbingan dan konseling pada awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan misalnya, “job selection, job placement”, dan “job training”. Dengan cara ini, efisiensi dalam pekerjaan dapat tercapai dan penempatan orang sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya, sehingga kesulitan-kesulian atau persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dihindarkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Blum dan Halinsky, “Briefly, there are three major types of counseling: vocational, educational, and personal. Artinya adalah, ada tiga jenis utama konseling: kejuruan, pendidikan, dan pribadi.”
Dilihat dari perkembangannya,  pengertian bimbingan dan konseling hanya sebatas pada bimbingan pekerjaan. Disamping itu diharapkan adanya penempatan orang sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya sehingga kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dihindarkan. Dalam segi pendidikan, seperti yang dirintis oleh Jesse B. Davis selain adanya bimbingan dalam pekerjaan yang memunculkan vocational guidance, adapula pendidikan dalam yang merupakan educational guidance.  Banyak masalah timbul karena kondisi pribadi individu yang bersangkutan. Oleh karena itu timbullah bimbingan yang tertuju pada keadaan pribadi seseorang sehingga kemudian muncul yang disebut personal guidance.
Secara teoritis memang dapat dibedakan adanya bermacam-macam bimbingan dan konseling tersebut, tetapi secara praktis sangat sulit dapat dikatakan sangat kecil kemungkinannya untuk memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Blum dan Balinsky juga mengemukakan hal yang sama sebagai berikut, “In reality it is best to consider these types of counseling as aspect of the same thing. Eventhough vocational counseling has the major frame of reference, in this book, it is impossible to admnister vocational guidance without recognizing the implications necessaryin educational guidance”. Pengertian bimbingan dan konseling menyangkut setiap aspek dari individu, baik fisik, psikis, maupun sosial. Dengan demikian tidaklah mungkin orang mengisolasi tiap- tiap bagian dengan bagian yang lain karena bagian yang satu selalu berhubungan dengan bagian yang lain. Dalam bimbingan dan konseling pendidikan, faktor pendidikanlah yang merupakan faktor yang menonjol.
Pada umumnya, orang memang membedakan bimbingan dan konseling dalam tiga macam, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa bimbingan dan konseling hanya terbatas pada tiga macam tersebut. Masih ada jenis bimbingan yang lain, yaitu bimbingan dalam lapangan sosial, misalnya bimbingan perkawinan, kesejahteraan keluarga, kewarganegaraan, dan lain-lain.
1.      Jenis-jenis Bimbingan
Berdasarkan ciri bidang-bidang masalah seperti tersebut, maka menurut jenisnya bimbingan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
a.        Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk bimbingan pendidikan ini misalnya menyediakan informasi mengenai jurusan, infomasi mengenai kelanjutan studi, menyelenggarakan layanan orientasi kepada siswa baru, dan sebagainya.
1)      Bimbingan Belajar (Educational Guidance)
Bimbingan belajar adalah usaha bimbingan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang belajar. Bentuk bimbingan belajar misalnya membentuk kelompok belajar, memberikan informasi tentang cara belajar yang baik, memberi informasi tentang cara mengatur jadwal belajar, cara memusatkan perhatian dalam belajar, memberikan informasi tentang pola belajar, dan sebagainya.
2)      Bimbingan Pribadi (Personal Guidance)
Bimbingan pribadi adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa dalam usahanya mengatasi kesulitan pribadi. Bentuk bimbingan ini misalnya memberikan konseling, role playing, psikodrama, informasi cara bergaul, dan sebagainya.
3)       Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial.. Bentuk bimbingan ini misalnya informasi cara berorganisasi, cara bergaul agar disenangi kelompok, cara-cara mendapatkan biaya sekolah tanpa harus mengorbankan belajar, dan sebagainya.
4)      Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan adalah usaha bimbingan dalam membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pekerjaan. Bentuk bimbingan ini misalnya memberikan informasi mengenai pekerjaan, cara memilih dan menentukan pekerjaan, dan sebagainya.
5)      Bimbingan dalam Penggunaan Waktu Luang
Jenis bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan ‘menganggur’ anak akan berpikir hal-hal negatif. Karena itu, sebaiknya waktu senggang tersebut diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya berternak, berkemah, dan sebagainya.
2.      Ragam Bimbingan Menurut Masalah
Dilihat dari masalah individu , ada 4 jenis bimbingan yaitu:
a.       Bimbingan Akademik
Yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
b.      Bimbingan Sosial-Pribadi
Merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Yang tergolong dalam maslah-masalah sosial-pribadi adalah masaalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan penyelesaian konflik.
c.       Bimbingan Karir
Yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan  masalah-masalah karir yang dihadapi.

d.      Bimbingan Keluarga
Merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
E.     Landasan Religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti,2003:233).
1.      Hakikat Manusia Menurut Agama
      Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Dalil yang menunjukkan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama antara lain QS. Al’Araf : 172 yang artinya “Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau Tuhan kami.”
Apabila pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia yang bercirikan taqwa maka bimbingan dan konseling tidak cukup hanya bertopang kepada kaidah-kaidah psikologis dan sosio-kultural belaka melainkan harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhluk Allah SWT (M.D.Dahlan, 1988: 23).

2.      Peranan Agama
      Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa agama sangat berperan (berkontribusi secara signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal ini, maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus ditumbuh kembangkan.
3.      Persyaratan Konselor
      Prayitno dan Erman Amti mengemukakan persyaratan bagi konselor, yaitu :
a.       Konselor hendaklah orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
b.      Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan masalah klien.
c.       Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati agama klien.
F.      Landasan Psikologis
         Di lingkungan pendidikan yang menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah kematangan. Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka perlu diberikan bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling.
              Beberapa aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu dipahami oleh konselor yaitu :
1.      Motif
2.      Konflik dan Frustasi
3.      Sikap
4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
5.      Masalah Perkembangan Individu
6.      Masalah Perbedaan Individu
7.      Masalah Kebutuhan Individu
8.      Masalah Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
9.      Masalah Belajar
10.  Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
11.  Kecerdasan Emosional
12.  Kecerdasan Spiritual
13.  Kreativitas
14.  Stress dan Pengelolaannya

G.    Landasan Historis
1.      Perkembangan Layanan Bimbingan dan Konseling Zaman Yunani Kuno
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang “developing one’s potential” (pengembangan potensi individu) dapat ditelusuri dari masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya-upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi peranannya di masyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat, atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.
Terkait dengan perhatian masyarakat Yunani ini, Plato dapat dipandang sebgai “konselor” Yunani Kuno, karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek-aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga penaruh perhatian-perhatian terhadap masalah-masalah bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal, bagaimana cara supaya anak dapat berpikir lebih efektif, dan teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia dalam kemampuannya mengambil keputusan dan mengembangkan keyakinannya.
Sebagai “konselor” kedua dari Yunani ini adalah Aristoteles (murid Plato). Dia banyak berkontribusi pemikiran ke dalam bidang psikologi. Salah satu sumbangan pemikirannya itu adalah studi tentang interaksi individu dengan lingkungan dan yang lainnya, serta upaya mengembangkan fungsi-fungsi individu secara optimal.
Orang besar Yunani lainnya yaitu Hippocrates dan para dokter (tabib) lainnya juga menaruh perhatian terhadap bidang psikologi ini, seperti terefleksikan dari pendapatnya , yaitu bahwa gangguan mental (mental disorder yang diderita individu disebabkan oleh faktor alam.
Di Roma, para orangtua bekerja bersama anak-anaknya, yang berperan sebagai model (teladan) dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi, mempelajari, atau memperluas wawasan tentang pekerjaan. Masyarakat Yahudi purba mempunyai perhatian terhadap individualitas dan hak menentukan atau pengaturan diri sendiri (self-determination). Sementara masyarakat Kristen menekankan bahwa idealitas kemanusiaan menjadi dasar bagi kehidupan masyarakat demokratis, yang pada abad ini mempengaruhi gerakan konseling.
Luis Vives sebagai filosof dan juga pendidik berpendapat bahwa merupakan suatu kebutuhan untuk membimbing individu yang sesuai dengan sikap dan bakatnya. Di samping itu dia mengemukakan bahwa para wanita pun harus dipersiapkan untuk dapat bekerja.
Rene Desrates (1596-1650) telah mengemukakan studi tentang tubuh manusia sebagai suatu organisme yang mereaksi terhadap berbagai stimulus. Sementara pada abad 18, Jean Jaques Rousseau (1712-1778) mengemukakan bahwa perkembangan individu dapat berlangsung dengan baik, apabila dia bebas untuk mengembangkan dorongan-dorongan alamiahnya, dan dia diberi kebebasan untuk belajar dan belajar melalui berbuat (bekerja). Hampir bersamaan waktunya dengan Rousseau, Johan Pestalozzi (1746-1827) seorang pendidik ternama dari Swiss mengemukakan bahwa masyarakat itu dapat direformasi, apabila setiap warga masyarakat tersebut dapat menolong perkembangan dirinya sendiri (to help himself develop).
Dengan ditemukannya mesin cetak, maka terbitlah buku-buku tentang bimbingan, seperti menyangkut kehidupan beragama, dan eksplorasi karir, atau pekerjaan. Awal abad ke-20 merupakan kondisi yang kondusif dan posisi yang penting bagi perkembangan dan penerimaan bimbingan, baik secara konseptual-teoritik maupun praktek di lapangan.
Buku-buku itu seperti karangan Powell, yaitu Tom of All Trades; or The Plain Pathway to Preferment, yang diterbitkan di London tahun 1631. Melalui buku ini Powell memberikan penjelasan tentang berbagai informasi yang terkait dengan profesi (pekerjaan) dan bagaimana cara mencapai atau memperolehnya, sumber-sumber bantuan finansial, dan sekolah-sekolah tertentu yang cocok untuk mempersiapkannya.
Perhatian terhadap upaya pengembangan potensi diri individu telah berkembang sejak Yunani Kuno, seperti dipelopori oleh Plato dan Aristoteles.

2.      Perkembangan Layanan Bimbingan dan Konseling di Amerika
Perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di Amerika bersifat buttom-up, yaitu dari pihak perorangan atau swasta kemudian menjadi program pemerintah. Sedangkan di Indonesia, perkembangan gerakan bimbingan itu bersifat top-dawn, yaitu dimulai dari pihak pemerintah, melalui berbagai kebijakan, perundang-undangan, atau program-program eksperimentasi, kemudian program tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga swasta atau perorangan (meskipun masih sangat jarang).
Profesionalisasi tenaga pembimbing atau konselor di Amerika sudah mencapai standarisasi yang mantap sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses pengkajian, validiasi, dan pemantapan dalam berbagai aspeknya.
Secara organisatoris dan yuridis formal, profesi bimbingan dan konseling menunjukkan kondisi yang semakin mantap, namun dalam penataran implementasi masih mengalami kelemahan dalam berbagai aspeknya, seperti menyangkut manajemen, sumber daya (kualitas pribadi dan kemampuan profesional) penempatan guru-guru mata pelajaran sebagai guru pembeimbing, pemberian tugas yang mismatch terhadap guru pembimbing, dan sarana prasarana.
3.      Perkembangan Layanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Perkembangan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia berbeda dengan di Amerika. Perkembangan layanan bimbingan di Amerika dimulai dari usaha perorangan dan pihak swasta, kemudian berangsur-angsur menjadi usaha pemerintah. Sementara di Indonesia perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah.
Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah.
Dekade 80-an bimbingan diupayakan agar lebih mantap dan dalam dekade ini telah dimasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) pada tahun 2001. Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
Periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode, yaitu: periode prawacana, pengenalan, pemasyarakatan, konsolidasi, dan tinggi landas.
a.       Periode I dan II Prawacana dan Pengenalan (sebelum 1960-1970), periode ini berpuncak dengan dibukanya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan tahun 1963 di IKIP Bandung/UPI. Pada periode kedua ditandai dengan dua keberhasilan yaitu diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami an dirasakan kebutuhan akan pelayanan tersebut.
b.      Periode III Pemasyarakatan (1970-1990), diberlakukannya kurikulum 1975 untuk  siswa SMA yang mengintegrasikan kedalamnya layanan BP untuk siswa. Kemudian pada periode tiga ini juga ditandai dengan pemberlakuan kurikulum 1984 mengenai pelayanan BP yang difokuskan pada bidang karir.
c.       Periode IV Konsolidasi (1990-2000)
1) ditandai dengan perubahan secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling,
2) pelayanan BK di sekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara khusus ditugasi untuk itu,
3) mulai diselenggarakan penataran guru-guru (nasional dan daerah) untuk guru-guru pembimbing,
4) adanya formasi untuk pengangkatan guru pembimbing,
5) pola pelayanan BK di sekolah dikemas dalam BK pola 17, dan
6) dalam bidang kepengawasan sekolah dibentuk bidang kepengawasan BK, serta
7) dikembangkan sejumlah panduan pelayanan BK.
d.      Periode V Lepas Landas
1) penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN ,
2) lahirnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang di dalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk tenaga pendidik,
3) kerja sama Pengurus Besar ABKIN dengan Dikti Depdiknas tentang standarisasi profesi konseling,
4) kerja sama ABKIN dengan Direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru pembimbing (konselor) SMP dan sekaligus memberikan pelatihan kepada mereka.
H.    Landasan Filosofis
      Masalah filsafat yang harus dihadapi konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang yang membantu orang lain (klien) dalam melakukan pilihan dan kebebasan, serta sebagai pembentuk tingkah laku individu dalam hubungannya dengan orang lain.
1.      Makna, Fungsi dan Prinsip-Prinsip Filosofis Bimbingan dan Konseling
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu filosofia (philosophia), yang terdiri atas filo (philos) yang artinya cinta, ingin mengetahui sesuatu dan sofia yang artinya kebijaksanaaan atau hikmah.
Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya. Konselor pada khususnya membantu konseling dan dalam mengambil keputusan yang tepat.
Prinsip-prinsip terkait dengan landasan filosofis dalam bimbingan menurut John J. Pietrofesa (1980:30-31) yaitu :
a.       Objective viewing
Konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif tentang masalah khusus yang dijalaninya dan untuk membantu menilai dan mengkaji klien berbagai strategi kegiatan yang memungkinkan klien merespon keinginan secara konstruktif. Contohnya seseorang yang tidak mengetahui potensi dirinya, melalui layanan bimbingan orang tersebut dapat menemukan potensi dirinya.
b.      The Counselor must have the best interest of the client at heart
Konselor harus mampu dalam membantu klien mengatasi masalahnya.
Jhon J. Pietrofase et.al. (1980) mengemukakan pendapat tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbinan tersebut.
a.       Bimbingan hendaknya berdasarkan  kepada pengakuan klien atas hak-haknya mendapat bantuan.
b.      Bimbingan merupakan proses pendidikan yang saling berkesinambungan.
c.       Bimbingan harus respek terhadap klien yang meminta bantuan.
d.      Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi diri.
e.       Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi, dan sosialisasi.
f.       Bimbingan dilaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri.
2.      Hakikat Manusia
a.       Viktor E.Frankl mengemukakan bahwa hakikat manusia :
1)      Manusia memiliki dimensi fisik, psikolog juga memiliki dimensi spiritual.
2)      Manusia adalah untuk memiliki arti bahwa manusia mengarahkan kehidupannya sendiri.
3)      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagi keterbatasan yang menyangkut kehidupan sendiri.
b.       Aliran Humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia, yaitu :
1)      Manusia memiliki dorongan untuk mengembangkan diri.
2)      Memiliki kebebasan untuk mengembangkan tingkah lakunya, yang dalam hal ini manusia bukan poin yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
3)      Manuasia adalah mahluk yang rasional dan sadar.
3.      Tujuan dan Tugas Kehidupan
Prayitno dan Erman Amti mengemukakan model Witner dan Sweeney tentang kebahagian dan kesejahteran hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang hayat. Menurut mereka, ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai dengan lima kategori tugas kehidupan berikut seperti:
a.       Spiritual
b.      Pengaturan diri
c.       Bekerja
d.      Persahabatan
e.       Cinta
Bangsa Indonesia yang menjadi landasan bimbingan konseling adalah Pancasila. Fitrah manusia itu sendiri sebagai mahluk Tuhan yang bermartarbat. Pancasila sebagai filsafat bimbingan dan konseling memiliki implikasi sebagai berikut.
Tujuan bimbingan dan konseling harus memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Konselor seyogyanya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan Pancasila. Perlunya penataan kembali lingkungan yang mendukung perwujudan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
I.       Landasan Sosial Budaya 
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan yaitu :
1.      Perubahan konstelasi keluarga
Tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti: melemahnya otoritas pria, meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum wanita, dan merekatnya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahan lain, yaitu meningkatnya angka perceraian pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an.
Keluarga yang fungsional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Saling memperhatikan dan mencintai
b.      Bersikap terbuka dan jujur
c.       Orangtua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan mengkui pengalaman.
d.      Adanya sharing di antara anggota keluarga.
e.       Mau berjuang mengatasi permasalahan kehidupan.
f.       Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
g.      Orangtua mengayomi atau melindungi anak
h.      Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung baik
i.        Keluarga memenuhi kebutuhan psikosial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya.
j.        Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Sedangkan keluarga yang memiliki hubungan disfungsional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Adanya pengekanggan dorongan dan penindasan perasaan
b.      Mengalami kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya persahabatan dan kehangatan, penuh kemuraman dan kesedihan.
c.       Kurang bisa beradaptasi dengan kedaan yang berubah.
d.      Tidak berfungsinya struktur keluarga.
2.      Perkembangan pendidikan
Akibat pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi, program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh kerena itu perkembangan pendidikan tampak dalam tiga arah yaitu:
Arah meningkat, dalam bertambahnya kesempatan kemungkinan bagi murid mendapatkan pendidikan yang tinggi.
Arah meluas akan tampak dalam pembagian sekolah dan pembagian jurusan .
Arah mendalam, tampak dalam perkembanganya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam bidang studi.
3.      Dunia Kerja
Adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama pada tahun 1970-an. Terjadi berbagai perubahan diantaranya sebagai berikut:
a.       Semakin berkurangnya kebutuhan  terhadap para pekerja yang tidak memiliki keterampilan.
b.      Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja professional dan memiliki keterampilan teknik.
c.       Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
d.      Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
e.       Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
f.       Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang berusia muda dalam bekerja.  
4.      Perkembangan kota metropolitan
Pertumbuhan kota di abad-21, terutama kota-kota berkembang yaitu sebagai berikut.
a.       Umumnya terjadi migrasi orang desa yang pindah ke kota di negara berkembang
b.      Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah serius bagi sejumlah kota besar di negara berkembang.
c.       Keadaan akan semakin serius kerena kebanyakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
d.      Menjamurnya rumah gubuk yang illegal merupakan masalah pelik yang akan membuat kota semakin buruk di kota negara berkembang.
e.       Terbatasnya  kemampuan penyediaan fasilitas air bersih dibanding jumlah permintaan kebutuhan.
f.       Banyak anak yang meninggal akibat lingkungan yang buruk.
5.      Perkembangan komunikasi
Dampak media massa terhadap kehidupan manusia sangatlah besar televisi telah menjadi pusat hiburan keluarga. Program yang ditayangkan tidak sedikit yang merusak nilai-nilai dan moral.
6.      Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainnya.
Rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dibandingkan dengan ras yang lain.
7.      Kesehatan Mental
8.      Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat timbul dua masalah penting,   yaitu :
a.       penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanisme-elektronik,
b.      bertambahnya pekerjaan yang menghendaki keahlian khusus.
9.      Kondisi Moral dan Keagamaan
Kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinan masing masing individu menyebabkan seorang individu berfikir dan menilai setiap agama yang dianut.
10.  Kondisi Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi antara anggota kelompok menimbulkan banyak masalah yang berat. Masalah ini sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi lemah. Karena banyak permasalahan yang terjadi karena perbedaan status ekonomi, sehingga masalah-masalah tersebut memerlukan bimbingan untuk menyelesaikan masalah yng timbul akibat perbedaan status ekonomi tersebut.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat erat hubunganya dengan pendidikan.  Di dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling ini sangat penting agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakatnya. Pada masa Sekolah Dasar seorang guru pembimbing seperti guru BK atau guru kelas yang merangkap sebagai guru BK bagi anak didiknya sangat berperan penting dalam mengarahkan peserta didik dalam perkembangan perilakunya dan perkembangannya dalam melaksanakan pembelajaran.
B.     Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan para pendidik bisa menjadi pendidik yang baik yang mampu membimbing serta memberikan solusi bagi semua anak didiknya agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal.
Sebaiknya tidak hanya guru pembimbing yang berperan dalam mengarahkan anak didik tetapi semua pihak di lingkungan anak didik juga memiliki tugas yang sama.

                                                            DAFTAR PUSTAKA

Kartadinata,Sunaryo.2011. Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis.Bandung : UPI PRESS
Purwanto, Ngalim.2013. Psikologi Pendidikan .Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Setiawati dan Ima Ni’mah Chudari. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI PRESS
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2010.Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar