BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Orang dewasa
adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara mandiri. Orang dewasa terus
berusaha meningkatkan pengalaman hidupnya agar lebih matang dalam meningkatkan
kualitas hidupnya. Orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang
dibentuk dan dipengaruhi orang lain untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan
para pemegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi dalam perspektif
pendidikan, orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian pemantapan
identitas dan jati dirinya untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian
keikut sertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam
melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Pendidikan orang dewasa
tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan saja, namun harus
dibekali dengan rasa percaya yang kuat dalam dirinya sehingga apa yang akan
dilakukan dapat dijalankan dengan baik.
Orang dewasa
belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi orang dewasa
belajar untuk meningkatkan kehidupannya. Dengan belajar orang dewasa akan
mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar orang dewasa
lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup tidak hanya pada pencarian ijasah
saja. Sifat belajar orang dewasa yaitu subyektif dan unik, hal itulah yang
membuat orang dewasa untuk semakin berupaya semaksimal mungkin dalam belajar,
sehingga apa yang menjadi harapan dapat tercapai. Orang dewasa tidak lagi
bergantun pada orang lain, sehingga memiliki kemampuan dan pengalaman secara
mandiri dalam pengambilan keputusan. Salah satu prinsip belajar orang dewasa
adalah belajar karena adanya suatu kebutuhan. Dengan mengetahui kebutuhan orang
dewasa sebagai peserta didik, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan
kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan,
strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Yang terpenting dalam
pendidikan orang dewasa adalah apa yang dipelajari peserta didik, bukan apa
yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhirnya adalah apa yang diperoleh
orang dewasa dari suatu pembelajaran, bukan apa yang dilakukan pengajar dalam
pembelajaran itu.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, kami dapat menarik beberapa masalah yang telah kami
rumuskan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah
arti dan pengertian dari strategi ?
2. Apakah
arti dan pengertian dari andragogi ?
3. Bagaimana
strategi pembelajaran pada orang dewasa ?
4. Apa
hubungan konsep Khit-pan dalam andragogi ?
5. Apa
implikasi dari konsep andragogi dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain :
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Andragogi.
2. Untuk
mengetahui dan menjelaskan arti dan pengertian strategi.
3. Untuk
mengetahui dan menjelaskan arti dan pengertian andragogi.
4. Untuk
menyebutkan dan menjelaskan strategi pembelajaran pada orang dewasa.
5. Mengetahui
dan menjelaskan konsep Khit-pan dalam Andragogi.
6. Mengetahui
implikasi konsep dari andragogi dalam pembelajaran.
D.
Sistematika
Penulisan
Struktur makalah ini yaitu
terdiri dari 3 bab, yang disusun untuk
membantu pembaca dalam membaca dan memahami isi dari makalah ini. Adapun
susunannya terdiri atas:
BAB
I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB
II Pembahasan. Di dalamnya berisi tentang Pengertian Strategi, Pengertian
Andragogi, Strategi Pembeljaran Orang Dewasa, Konsep Khit-pan dalam Andragogi,
Implikasi Konsep Andragogi dalam Pembelajaran.
BABI
III Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunanistrategia yang diartikan
sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima
yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl von Clausewitz (1780-1831)
berpendapat bahwa pengertian strategi
adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan.
Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan
secara luas hampir dalam semua bidang ilmu. Dalam pengertian umum, strategi
adalah cara untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan.
Seiring dengan perkembangan disiplin
ilmu, pengertian strategi
menjadi bermacam-macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya
mereka masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus, pengertian strategi adalah
suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi strategi yang
sifatnya umum tersebut, ada juga pengertian strategi yang lebih khusus, seperti
yang diungkapkan oleh dua pakar strategi, Hamel dan Prahalad.
Menurut
Hamel dan Prahalad pengertian strategi adalah tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan komptensi inti (core competencies). Perusahaan
perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Sedangkan
menurut Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) seperti yang
dikutip oleh Rangkuti (2005:4) : “Strategi merupakan respon secara terus
menerus maupun adaktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan
dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi suatu organisasi”.
Salah satu
definisi strategi menurut Glueck dan Jauch (1998:12) yang mengatakan :
“strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang
tepat oleh organisasi”.
Dari pengertian
strategi yang telah banyak disimpulkan oleh para ahli, yang intinya menyatakan
bahwa strategi adalah suatu alat yang digunakan untu mencapai tujuan. Strategi
dapat dikatakan sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi
terhadap situasi lingkungan tertentu yang dapat dianggap penting, dimana
tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan
yang wajar. Strategi dirumuskan sedemikian rupa nsehingga jelas apa yang sedang
dan akan dilaksanakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
B.
Pengertian
Andragogi
Andragogi
berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa.
Kemudian agogos berarti memimpin. Andragogi berarti memimpin orang
dewasa, sedangkan pedagogi berasal dari kata paes, yang berarti
anak, dan agogos berarti memimpin. Pedagogi berarti memimpin anak –
anak.
Dari segi
definisi, andragogi adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa (Knowles, 1980).
Sebagai ilmu, tidak ubahnya seperti ilmu yang lain, tentunya andragogi dapat
dipelajari oleh siapa saja karena ia mengikuti hukum – hukum keilmuan pada
umumnya yang bersifat objektif. Sebagai seni atau kiat, andragogi adalah
krativitas yang merupakan kecakapan kreatif dan keahlian seseorang yang terkait
dengan rasa estetika, terikat dengan kepribadian, karakter atau watak di
pendidik. Ada pendidik yang sangat piawai dalam memengaruhi dan memperlakukan
anak-anak didiknya yang berdampak pada rasa senang dan simpati kepada si
pendidik. Dengan kesabarannya, ketelatenannya dan rasa humornya, seorang
pendidik lebih memikat hari anak lebih dari yang lain. Begitu sebaliknya, ada
pendidik yang kurang dapat melakukan hal-hal seperti dimaksudkan tadi walaupun
mungkin dia sangat menguasai dan pandai secara keilmuan. Tampaknya ilmu
mendidik saja belum cukup dan harus dipadukan dengan seni. Demikianlah,
sebenarnya mendidik merupakan perpaduan antara ilmu dan seni dalam membantu
orang lain, baik anak ataupun orang dewasa, dalam belajar.
Ada juga yang mendefinisikan
andragogi sebagai ilmu tentang orang dewasa belajar atau the science of
learning (Laird, 1981), yang dalam hal ini lebih merupakan psikologi
belajar. Di samping itu, ada juga yang menitikberatkan pada pemberian bantuan,
yang mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu tentang bagaimana membantu
orang dewasa belajar (Brundage, 1981). Di indonesia, Direktorat Pendidikan
Masyarakat telah mulai mengadopsi ide ini sejak tahun 1970-an dengan
menggunakan istilah membelajarkan dan juga pembelajaran orang dewasa.
Jadi ringkasnya,
andragogi adalah seni dan ilmu tentang bagaimana membantu orang dewasa belajar.
Dalam hal ini, pendidik harus berusaha bagaimana membantu mempermudah atau memfasilitasi
orang dewasa belajar. Dalam hubungan ini, diyakini bahwa wujud bantuannya pasti
berbeda dengan anak karena karakteristik yang berbeda antara keduanya.
C.
Strategi
Pembelajaran Orang Dewasa
Dalam
kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam
memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan prgoram pembelajaran. Untuk
menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari
perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian
memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Pemilihan
pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien dan efektif.
Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila strategi
tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang
lainnya. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan
pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Strategi
pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran
yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Srategi pembelajran terdiri atas dua
kata, strategi dan pembelajaran. Istialah strategi (strategy) berasal dari kata
kerja dalam bahsa Yunani, “stratego” yang berarti merencanakan (to plan).
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja
untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang
terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang
kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi
pembelajran. Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam membantu warga belajar
dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar.
Strategi
pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media,
sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara
pendidik dengan peserta didik dengan lingkungannya. Tujuan strategi
pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan produktifitas
kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi
pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program
pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau
tahapan yang harus dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.
Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu
pembelajaran (Sudjana, 2005).
Menurut
Dick dan Carey (1990 : 1) strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam
mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat
mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Lebih
lanjut Dick dan Carey (1990) :
Menyebutkan lima
komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut:
1. Kegiatan
pra instruksional.
2. Penyajian
informasi.
3. Partisipasi
peserta didik .
4. Tes.
5. Tindak.
Gagne
dan Briggs dalam Atwi Suparman (1996: 156) mengemukakan sembilan urutan kegiatan
instruksional, yaitu:
1. Memberikan
motivasi atau menarik perhatian.
2. Menjelaskan
tujuan instruksional kepada peserta didik .
3. Mengingatkan
kompetensi prasyarat .
4. Memberi
stimulus (masalah, topik, dan konsep).
5. Memberikan
petunjuk belajar.
6. Menentukkan
penampilan peserta didik .
7. Memberi
umpan balik .
8. Menilai
penampilan.
9. Menyimpulkan.
Strategi
pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari
lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan
aksi/penerapan. Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku
atau harus berurutan. Tetapi bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai
dari diskusi, kemudian belajar membaca, menulis dan seterusnya. Hal ini
tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam kelompok
belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih
dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai
dari masalah yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok
belajar, menulis, membaca dan seterusnya.
Keefektifan
kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengarahkan, dan
membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga
menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan
membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi
sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan
belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis.
Kegiatan
pembelajaran partisipatif sebagai upaya pembelajaran yang mengikutsertakan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:155)
keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan
pembelajaran, yaitu: perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Partisipasi dalam perencanaan
merupakan bentuk keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi
kebutuhan belajar, permasalahan dan menentukan prioritas masalah, sumber-sumber
atau potensi yang tersedia. Hasil dari identifikasi digunakan sebagai dasar
dalam menentukan tujuan pembelajaran.dan penetapan program kegiatan
pembelajaran.
Partisipasi
dalam pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif ditandai dengan :
1. Kedisiplinan
peserta didik.
2. Terjadi
hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik yang
akrab, terbuka, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
3. Interaksi
pembelajar yang sejajar. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada peran
peserta didik (student centered). Peserta didik diberikan kesempatan secara
luas dalam kegiatan pembelajaran, peran pendidik membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
Banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menciptakan iklim pembelajaran
kondusif, misalnya: pendekatan tematik, descoveri-inkuiri, kontektual,
cooperative learning, konstruktrukvistik, meaningfull learning, dsb. Adapun
metode pembelajaran yang diterapkan, misalnya; metode diskusi, tanya jawab,
problem solving, discovery-inkuiri, simulasi, brainstorming, role playing,games,
siklus belajar berbasis pengalaman, demonstrasi, kooperatif, dan sebagainya.
Partisipasi dalam
evaluasi pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menghimpun
informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan perubahan yang dirasakan selama
mengikuti proses pembelajaran. Dalam partisipasi evaluasi pembelajaran ini,
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan penilaian
pada seluruh komponen pembelajaran (refeksi pembelajaran) dan suasana diri
(moood meter) dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah
yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif
adalah:
1.
Melakukan assesment kebutuhan belajar,
merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang
akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran.
2.
Memilih tema/pokok bahasan dan/atau
tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentukan indikator
pencapaian tujuan pembelajaran.
3.
Mengenai dan mengkaji karakteristik
peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran.
4.
Mengidentifikasi isi/materi atau bahan
pelajaran/rincian tugas pembelajaran.
5.
Merumuskan tujuan pembelajaran.
6.
Merancang kegiatan pembelajaran, dengan
memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan
waktu.
7.
Memilih fasilitas pembelajaran dan
sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran.
8.
Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan
hasil kegiatan pembelajaran.
9.
Mempersiapkan tindak lanjut dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Tom Nesbit,
Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam praktek
pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu:
1.
Adanya partisipasi secara sukarela.
2.
Adanya perasaan respek secara timbal
balik.
3.
Adanya semangat berkolaborasi dan
kooperasi.
4.
Adanya aksi dan refleksi.
5.
Tersedianya kesempatan refleksi kritis
dan
6.
Adanya iklim pembelajaran yang kondusif
untuk belajar secara mandiri.
Prinsip tersebut sangat
berkaitan dengan karakteristik orang dewasa yang telah memiliki konsep diri dan
pengalaman yang cukup banyak. Konsep diri orang dewasa telah mandiri dan
bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam menentukan pilihan atau keputusan
pemecahan masalah. Pengalaman merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi
orang dewasa. Setiap peserta memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat
pendidikan, kematangan dan lingkungan yang berbeda pula. Untuk itu pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Peserta sebagai sumber belajar, oleh
karena itu teknik pembelajaran yang diterapkan diorientasikan pada upaya
penyerapan pengalaman mereka melalui; diskusi kelompok, curah pendapat, bermain
peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, focus group discussion.
2.
Penekanan pada aplikasi praktis,
pengetahuan baru, konsep-konsep, dan
3.
Pengalaman baru dapat dijelaskan melalui
pengalaman praktis yang pernah dialami peserta didik. Hasil dari pembelajaran
dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupannya.
4.
Materi pembelajaran dirancang
berdasarkan pengalaman dan kondisi peserta didik.
D.
Konsep Khit-pan dalam Andragogi
Konsep Khit-pan ini dilakukan dalam
program pendidikan luar sekolah di Thailand, dan konsep Khit-pan ini dapat pula
diterapkan pada pendidikan orang dewasa di Indonesia. Khit-pan ini berarti
dapat berfikir secara rasional dan kritis, pada akhirnya menuju pemecahan
masalah. Seseorang yang mengalami Khit-pan akan mampu mendekati masalah
sehari-hari secara sistematis. Ia akan mampu menelaah penyebab masalahnya, ia
akan mampu menelaah penyebab masalahnya, ia akan mampu mengumpulkan informasi
untuk pengambilan tindakan yang harus diambil, dalam rangka pemecahan masalah.
Konsep Khit-pan didasari filsafat
bhuda. Pertama; hidup adalah penderitaan, kedua; penderitaan dapat diatasi,
ketiga; untuk mengatasi, maka sumber penderitaan harus diidentifikasikan dan
kemudian baru mencari cara pemecahan yang baik.Sehubungan dengan konsep
Khit-pan, maka pengembangan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan 4
strategi, yaitu:
1.
Strategi pertama sebelum merancang kegiatan
pembelajaran dilakukan lebih dahulu identifikasi kebutuhan warga belajar dalam
mencari kebutuhan belajar digunakan baseline survey. Hasilnya dipecah menjadi
73 konsep.
2.
Strategi kedua, merencanakan satuan pelajaran dan
proses diskusi, sehingga setiap pertemuan memberikan kesempatan untuk berlatih
dalam pemecahan masalah. Melalui pertemuan-pertemuan peserta didik
mengembangkan kemampuan kritis tentang keadaan dalam kehidupannya sehari-hari,
dimana mereka telah mempunyai pengalaman yang dapat mereka sumbangkan dalam
diskusi tersebut.
3.
Strategi ketiga, banyak menggunakan gambar atau
perangsang diskusi, dan berfungsi sebagai alat untuk mempraktekkan teknik atau
keterampilan memecahkan masalah. Tugasnya adalah menciptakan bahan-bahan
belajar yang merangsang untuk mengembangkan pola pikir yang rasional dan
kritis.
4.
Strategi keempat, kurikulum disusun secara luwes untuk
mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Hal ini memungkinkan kepada tutor
untuk menerapkan dan menyesuaikan program belajarnya dengan keadaan lingkungan
setempat dan menyesuaikan dengan minat peserta didik serta dimasukkannya
masalah-masalah baru yang diidentifikasikan oleh peserta didik selama proses
belajar berlangsung, suasana belajar diatur secara luwes. Peraturan-peraturan
di dalam kelas untuk orang dewasa lebih longgar dari pada peraturan-peraturan
yang berlaku pada sekolah-sekolah formal biasa. Tempat belajar tidak harus di
dalam ruangan dan juga di rumah penduduk, dibalai desa, dan sebagainya. Cara
duduk peserta didik tidak diatur seperti di dalam kelas, sehingga pendidik
dapat saling tatap muka
E.
Implikasi Konsep Andragogi Dalam Pembelajaran
Konsep Andragogi
didasarkan pada sedikitnya 4 asumsi tentang karakteristik warga belajar yang
berbeda dari asumsi yang mendasari pedagogi tradisional,yaitu:
1.
Konsep diri mereka bergerak dari
seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah seseorang
yang mampu mengarahkan diri sendiri.
2.
Mereka telah mengumpulkan segudang
pengalaman yang selau bertambah yang menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
3.
Kesiapan belajar mereka menjadi semakin
berorientasi kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka.
4.
Perspektif waktu mereka berubah dari
penerapan yang tidak seketika dari pengetahuan yang mereka peroleh kepada
penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu orientasi mereka kearah belajar
bergeser dari yang berpusat kepada mata pelajaran kepada yang berpusat kepada
penampilan.
Usaha-usaha ke arah penerapan teori
andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah dicobakan oleh beberapa
ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa yang di atas yaitu: konsep
diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar.
Asumsi dasar tersebut
dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
Iklim Belajar yang Kondusif
Faktor lingkungan berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran model
Andragogi langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menyiapkan iklim belajar
yang kondusif. Ada tiga hal yang perlu disiapkan agar tercipta iklim belajar
yang kondusif itu. Pertama, penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara
yang segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk di sini adalah
kemudahan memperoleh sumber-sumber belajar baik yang bersifat materi seperti
buku maupun yang bukan bersifat materi seperti bertemu dengan fasilitator.
Kedua, penataan iklim yang bersifat hubungan manusia dan psikologis seperti
terciptanya suasana atau rasa aman, saling menghargai, dan saling bekerjasama.
Ketiga, penataan iklim organisasional yang dapat dicapai melalui kebijakan
pengembangan SDM, penerapan filosofi manajemen, penataan struktur organisasi,
kebijakan finansial, dan pemberian insentif.
2. Menciptakan
Mekanisme Perencanaan Bersama
Perencanaan pembelajaran dalam
model Andragogi dilakukan bersama antara fasilitator dan peserta didik.
Dasarnya ialah bahwa peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap keputusan
dan kegiatan bersama apabila peserta didik terlibat dan berpartisipasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.
3. Menetapkan
Kebutuhan Belajar
Dalam proses pembelajaran orang
dewasa perlu diketahui lebih dahulu kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk
mengetahui kebutuhan belajar ini adalah dengan model kompetensi dan model
diskrepensi. Model kompetensi dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai cara
seperti penyusunan model peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat
organisasi dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis sistem, analisis
performan, dan analisis berbagai dokumen seperti deskripsi tugas, laporan
pekerjaan, penilaian pekerjaan, analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat
masyarakat dapat digunakan berbagai informasi yang berasal dari penelitian para
ahli, laporan statistik, jurnal, bahkan buku, dan monografi. Model dikrepensi,
adalah mencari kesenjangan. Kesenjangan antara kompetensi yang dimodelkan
dengan kompetensi yang dimiliki oleh peseta didk. Peseta didik perlu melakukan
self assesment.
4. Merumuskan
Tujuan Khusus (Objectives) Program
Tujuan pembelajaran ini akan
menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan pengalaman pembelajaran yang akan
dilakukan. Banyak terjadi kontroversi dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini
karena perbedaan teori atau dasar psikologi yang melandasinya. Pada model
Andragogi lebih dipentingkan terjadinya proses self-diagnosed needs.
5. Merancang
Pola Pengalaman Belajar
Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perlu disusun pola pengalaman belajarnya atau rancangan programnya.
Dalam konsep Andragogi, rancangan program meliputi pemilihan problem areas yang
telah diidentifikasi oleh peserta didik melalui self-diagnostic,
pemilihan format belajar (individual, kelompok, atau massa) yang sesuai,
merancang unit-unit pengalaman belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi,
serta mengurutkannya dalam urutan yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta
didik dan prinsip estetika. Rancangan program dengan menggunakan model
pembelajaran Andargogi pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-directed
learning dan oleh karena itu rancangan program tidak lain adalah preparat
tentang learning-how-to-learn activity.
6. Melaksanakan
Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar)
Catatan penting pertama untuk
melaksanakan program kegiatan belajar adalah apakah cukup tersedia sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan membelajarkan dengan menggunakan model
Andragogi. Proses pembelajaran Andragogi adalah proses pengembangan sumberdaya
manusia. Peranan yang harus dikembangkan dalam pengembangan sumberdaya manusia
adalah peranan sebagai administrator program, sebagai pengembang personel yang
mengembangkan sumberdaya manusia. Dalam konteksi pelaksanaan program kegiatan
belajar perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan berbagai teknik untuk
membantu orang dewasa belajar dan yang berkaitan dengan berbagai bahan-bahan
dan alat-alat pembelajaran.
7. Mengevaluasi
Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar
Proses pembelajaran model Andragogi
diakhiri dengan langkah mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi merupakan
pekerjaan yang harus terjadi dan dilaksanakan dalam setiap proses pembelajaran.
Tidak ada proses pembelajaran tanpa evaluasi. Proses evaluasi dalam model
pembelajaran Andragogi bermakna pula sebagai proses untuk merediagnosis
kebutuhan belajar. Untuk membantu peserta didik mengenali ulang model-model
kompetensi yang diharapkannya dan mengasses kembali diskrepensi antara model
dan tingkat kompetensi yang baru dikembangkannya. Pengulangan langkah diagnosis
menjadi bagian integral dari langkah evaluasi. Dalam khasanah proses evaluasi
terdapat empat langkah yang diperlukan untuk mengefektifkan assessment program
yaitu evaluasi reaksi yang dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana peserta
didik merespon suatu program belajar; evaluasi belajar dilaksanakan untuk
mengetahui prinsip-prinsip, fakta, dan teknik-teknik yang telah diperoleh oleh
peserta didik; evaluasi perilaku dilaksanakan untuk memperoleh informasi
perubahan perilaku peserta didik setelah memperoleh latihan; dan evaluasi hasil
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program.
Aplikasi yang
diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau rambu-rambu
sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu,
keberhasilannya akan lebih benyak tergantung pada setiap pelaksanaan dan
tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan
teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan
kurikulum atau cara mengajar terhadap warga belajar. Namun, karena keterikatan
pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau
kurikulum dengan menggunakan andragogi akan banyak lebih dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan ini.
Sebagai orang dewasa
merasakan bahwa konsep-diri seseorang dapat berubah. Mereka mulai melihat
peranan sosial mereka dalan hidup tidak lagi sebagai warga belajar “full time”.
Mereka melihat diri mereka semakin sebagai penghasil atau pelaku. Sumber utama
kepuasan-diri mereka sekarang adalah penampilan mereka sebagai pekerja,
suami/isteri, orang tua, dan warga negara. Orang dewasa memperoleh status baru,
di mata mereka dan orang-orang lain, dari tanggung jawab yang non-pendidikan
ini. Konsep-diri mereka menjadi sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya
sendiri. Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai mampu membuat
keputusan-keputusan mereka sendiri dan menghadapi akibat-akibatnya, mengelola
hidup mereka sendiri. Dalam hal itu mereka juga mengembangkan satu kebutuhan
psikologis yang dalam untuk dilihat orang lain sebagai orang yang mampu
mengarahkan diri sendiri.
Orang dewasa menemukan
bahwa mereka dapat bertanggung jawab bagi pembelajaranmereka sendiri,
sebagaimana mereka lakukan bagi segi-segi lain kehidupan mereka, mereka
mengalami perasaan lega dan gembira. Kemudian mereka akan memasuki kegiatan
belajar dengan keterlibatan-diri yang mendalam, dengan hasil yang seringkali
mengejutkan bagi mereka sendiri dan para fasilitator mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Strategi pembelajaran
dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan pendidik dalam
membantu baik itu memotivasi, membimbing, membelajarkan dan memfasilitasi
peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar dapat dimaknai
sebagai prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan
pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran yang berupa materi
pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode pembelajaran, sistem
evaluasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi
pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam
membantu orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki
konsep diri yang harus dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber
belajar, orientasi belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.
B. Saran
Sebagai seseorang yang akan menjadi pendidik
nantinya, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaiman karakteristik dan
kebutuhan apa saja yang diperlukan serta perlu dipenuhi. Sedangkan dalam kasus
orang dewasa, yang notabene baik itu dalam hal pemikiran maupun tingkah laku
yang sudah berbeda dengan anak-anak, penddikan orang dewasa memiliki harga diri
dan jati dirinya yang membutuhkan engakuan, karena itu akan sangat berpengaruh
pada proses belajarnya. Dan dengan mengetahui kebutuhannya, maka dapat dengan
mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, apa isi yang
harus diberikan dan bagaimana strategi serta teknik yang cocok digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. Pengertian Strategi Menurut Para
Ahli. [Online]. Tersedia : http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-strategi-menurut-para-ahli.html.
[30
Oktober 2014].
Kawaguchi,
Hasan. 2010. Pengertian Andragogi.
[Online]. Tersedia : http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/10/pengertian-andragogi.html.
[30
Oktober 2014].
Hidayat,
Rahmat. 2012. Analisis Lingkungan sebagai
Dasar Penetapan Strategi. [Online]. Tersedia : http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/20553/1/Analisi-lingkungan-sebagai-dasar-penetapan-strategi-korporat-%3A-Studi-pada-CV.-Argo-Tunggal,-Batu.pdf.
[30 Oktober 2014].
Sujarwo.
2013. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa.
[Online]. Tersedia : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Makalah-Strategi%20Pembelajaran%20Orang%20dewasa%20%28Repaired%29.pdf.
[30 Oktober 2014].
Ativa,
Titik. 2011. Pendekatan dalam Pendidikan.
[Online]. Tersedia : http://92putrimedan-sitiativa.blogspot.com/2011/11/beberapa-pendekatan-dalam-pendidikan.html.
[30
Oktober 2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar