BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Mengajar
1)
Pengertian Teori
Teori adalah suatu penafsiran sistematik
dari suatu bidang ilmu pengetahuan. Ada ahli yang berpendapat bahwa teori
itu dalam praktek adalah dua hal yang berbeda. Teori berarenakan ilmu
pengetahuan, penelitian dan rekayasa ilmu pengetahuan. Ciri-cirinya abstrak dan
berpihak pada landasan yang berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan
prinsip-prinsp berpikir logis serta prinsip-prinsip untuk menjelaskan masalah
yang dipersoalkan, sifatnya deskriptif. Praktek berarenakan pelaksanaan
aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek– praktek memberikan
petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan
sesuatu. Praktek-praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan,
merupakan dua profesi sifatnya preskriptif.
2) Pengertian
Mengajar
Mengajar
adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa
untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Rumusan pengertian diatas sejalan dengan pandangan William H
Burton, yang mengatakan bahwa: mengajar adalah upaya dalam memberi rangsangan
(stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proes
belajar. Adapun pengertian mengajar menurut para ahli:
1.
Menurut Nana
Sujana mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang
menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar.
2.
Menurut H. Muhamad Arifin pengertian mengajar sebagai suatu kegiatan menyampaikan bahan
pelajaran kepada pelajar, agar dapat menerima, menanggapi, dan mengembangkan
bahan pelajaran itu.
3.
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah
suatu rangkaian kegiatan penyampaian pelajaran kepada murid, agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.
4.
Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar
adalah a way working with students. . . A process of interaction, the teacher
does something to student, the students do something in retern. Dari definisi
tersebut tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan
timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
5.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
6.
Tardif (1989) mendefinisikan mengajar adalah any
action performed by an individual (the teacher) with the intention of
facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik)
dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik)
melakukan kegiatan belajar.
7.
Biggs (1991), seorang
pakar psikologi, membagi
konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:
a. Pengertian
kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of
knowledge, yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu
menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan
sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa, bukan tanggung jawab
pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu
mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan
segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk
siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki
berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
c. Pengertian
kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna
dan pemahamannya sendiri.
3) Pengertian
Teori Mengajar
Pengertian dari teori mengajar merupakan
pendapat yang di dasarkan pada penelitian ataupun penemuan berdasarkan rangkaian
kegiatan penyampaian pelajaran kepada murid, agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut dan
di dukung oleh berbagai macam argumentasi. Untuk memperkuat kedudukan mengajar sebagai ilmu pengetahuan
diperlukan teori yang membahas masalah mengajar
. Orang yang tidak mengembangkan konsep mengajar
secara sistematis mungkin percaya bahwa mengajar
itu adalah suatu yang dikerjakan dan bukan suatu yang dipikirkan atau
dipelajari. Pada dasarnya hal yang sangat dibutuhkan dalam profesi mengajar untuk mengorganisasi
pengetahuan kita tentang mengajar
dalam rangka pemantapan konsep mengajar,
teori mengajar seharusnya
menjawab tiga pertanyaan:
1.
Bagaimana guru itu berbuat ?
2.
Mengapa mereka berbuat demikian?
3. Apa
pengaruh hasil perilaku mereka ?
Setiap
teori mengajar harus
menjelaskan, Meramalkan dan mengawasi cara-cara yang di dalamnya perilaku guru
mempelajari cara belajar siswa. Menurut N. L. Gage (1969), teori belajar akan
lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori mengajar.
B.
Macam-Macam Teori Mengajar
Beberapa teori mengajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
1. Teori Mengajar Bruner
Bruner
berpendapat bahwa mengajar hendaknya:
a.
Menguraikan pengalaman belajar yang di tempuh siswa
b.
Menguraikan cara organisasi batang tubuhilmu
pengetahuan yang akan di pelajarinya
c.
Menguraikan secara sistematis pokok-pokok bahasan yang
akan di ajarkan kepada siswa
d.
Menguraikan pengetahuan-pengetahuan dalam proses
belajar mengajar yang dilaksanakan
Bagi Bruner,mengajar adalah penyajian
konsep-konsep dan masalah secara bertahap dalam bentuk yang mudah untuk
dipahami. Bruner mengemukakan beberapa tekhnik penyajian :
1. Simbolik berupa penggunaan bahasa dalam penyajian ide objek
dengan memperhatikan perkembangan kejiwaan anak.
2.
Ikonik berupa penggunaan gambar
dalam penyajian konsep terhadap siswa. Penyajian ini bersifat abstrak
3. Enaktif
berupa kegiatan kognitif dalam bentuk gerak psikomotor,artinya si pelajar dan
guru langsung mempraktekkan apa yang diajarkan.
Bila seorang siswa mengalami
kesulitan dalam menerima pelajaran secara simbolik atau dengan pemberian objek
oleh guru secara verbal, maka guru akan melanjutkan dengan penggunaan secara
ikonik, akan tetapi masih dalam bentuk abstrak. Dan kalau siswa masih belum
mengerti tentang apa yang dijelaskan, maka selanjutnya guru mengajak siswa
untuk mempraktekkan langsung atau siswa langsung di ajak ke situasi
sesungguhnya.
2. Teori Mengajar Ausubel
Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini,sering
juga disebutkan bahwa mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna
bagi siswa . inti utama dalam mengajar adalah mengidentifikasi apa yang
telah diketahui siswa dan menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut
serta bagaiman menstrukturnya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah
untuk di pahami sebagai suatu kebulatan pengetahuan yang utuh.berhubungan
dengan itu,maka Ausubel mengemukakan konsep antara lain :
a.
Bahan Pengait
Berupa bahan atau materi pembelajaran lain
akan tetapi sangat berkaitan dengan
materi yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga guru dituntut untuk tahu dan dapat mempelajari bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi yang
disaksikan. Seperti jika seorang guru menerangkan
tentang gerhana matahari total maka bahan pengaitannya adalah perdasaran planet.
b.
Belajar
Bermakna
Mempelajari
bahan pelajaran dengan berusaha menghayati makna logis dan makna psikologis dari materi yang disajikan.
·
Makna Logis yaitu makna yang terdapat dalam kamus atau
dengan perkataan lain adalah makna yang tidak terbantah kebenarannya.
·
Makna
Psikologis yaitu menurut persepsi seseorang terhadap apa yang
diterimanya,sehingga bisa saja makna psikologis ini akan berbeda masing-masing
orang.
Menurut Ausubel ,beberapa definisi
mengajar :
a)
Menanamkan pengetahuan pada anak
b)
Menyampaikan kebudayaan pada anak
c)
Mengatur
lingkungan-terjadi PBM
Gaya
mengajar menurut Ausubel yaitu:
a)
Guru harus memahami:
·
Mampu melaksanakan komunikasi dengan baik
·
Mampu mengintegrasi diri dengan bahan yang di ajarkan
·
Mengenal dengan baik murid-muridnya
·
Menguasai
belajar dengan baik
b)
Gaya mengajar :
·
Cara berdiri di depan kelas
·
Cara bergerak dan berjalan
·
Gerakan tangan yang dilakukan
·
Pandangan mata
·
Mimik dan gerak muka
·
Suara
·
Sikap berdiri
·
Cara menulis
·
Cara bertanya
·
Cara menenangkan kelas
·
Cara memuji
3. Teori
Belajar Gagne
Menurut Gagne,mengajar sesungguhnya adalah
penataan situasi dan kondisi belajar seseorang. Dan orang yang belajar itulah
yang sesungguhnya yang akan berusaha untuk mencari sendiri sedangkan gurunya
hanya akan menata situasi sedemikian rupa.
Dalam menata situasi mencakup
beberapa hal,antara lain:
a.
Motivasi
b.
Arah minat dan perhatian
c.
Evaluasi hasil belajar
Prinsip-prinsip
belajar diantaranya :
a.
Tujuan belajar harus diketahui anak
b.
Tujuan belajar perkalian dengan kehidupan anak
c.
Tujuan berharga bagi siswa
d.
Proses dan hasil belajar berpusat berhubungan dari acuan
e.
Dalam proses siswa terlibat dan mengalami
f.
Anak didik bereaksi suatu keseluruhan,jasmani dan rohani
g.
Siswa akan bereaksi apabila lingkungan mengandung arti baginya
h.
Dalam belajar,anak memerlukan bimbingan
i.
Yang diperoleh dari belajar adalah suatu kesatuan atau tidak terpotong-potong
j.
Harus ada tujuan sampingan selain tujuan utama
Secara eksplisit teori mengajar
harus bermanfaat bagi pendidikan guru. Dalam pendidikan guru sering digunakan
teori mengajar untuk praktek mengajar. Sumber apa yang kita ketahui mengenai
belajatr masih belum memadai untuk dapat menjelaskan apa yang harus dikerjakan
dalam proses mengajar.
Sebagai
suatu konsep, mengajar memerlukan analisis, yang harus menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan teori-teori mengajar.
Mengajar meliputi banyak jenis proses, perilaku, aktivitas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, konsep mengajar
harus dianalisis untuk mewujudkan proses-proses atau unsure-unsur yang dapat
mnjadi dasar teori yang sebenarnya.
Analisis mengajar terbagi atas dua yakni :
Analisis
Menurut bentuk kegiatan Guru
Mengajar dapat dianalisis menurut
bentuk-bentuk kegiatan guru karena guru terlibat dalam bermacam-macam kegiatan.
Kegiatan guru meliputi kegiatan memberikan bimbingan, melakukan pencatatan,
menjaga ketertiban dsb.
Analisis menurut bentuk tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan biasanya dibagi dalam tiga ranah (domain),
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Prinsip-prinsip mengajar
1.Prinsip
Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana
guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang
telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau,
memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta
didik) menyadari bahwa pengajaran
yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
2. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang
menjadi titik awal pengajaran.
Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem
kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt
bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
3. Prinsip Permainan dan Hiburan
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan
permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana
hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh
istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan
kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari,
dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.
C. Alasan
Dibutuhkannya Teori Mengajar
Teori belajar akan lebih besar gunanya untuk pendidikan
teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori
mengajar. Oleh sebab itu di samping teori belajar juga dibutuhkan teori mengajar untuk pendidikan
dengan alasan sebagai berikut:
1.
Keterbatasan
teori belajar
Kebutuhan
faedah teori balajar dalam pendidikan telah lama diakui, berikut beberapa teori
belajar:
Teori Disiplin Mental
Sebelum
abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya adalah teori
disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan
ini berarti dasar orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”. Tokoh teori
disiplin mental adalah Plato dan Aristoteles. Teori disiplin mental ini
menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.
Teori Behaviorisme
Rumpun
teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat diamati atau diukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat
molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti
halnya molekul-molekul. Beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
a.
Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
b.
Bersifat mekanistis
c.
Menekankan peranan lingkungan
d.
Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
e.
Menekankan pentingnya latihan
Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun
behaviorisme ini antara lain :
·
Teori
Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada
manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
Selanjutnya, dalam teori koneksionisme dikemukakan
hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a)
Hukum
Kesiapan (Law of Readiness)
Dimana hubungan antara stimulus
dan respons akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan
belajar seseorang sangat tergantung dari
ada atau tidak adanya kesiapan.
b)
Hukum
Latihan (Law of Exercise)
Hukum
ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari
hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang, maka akan semakin
dikuasainya pelajaran itu.
c)
Hukum
Akibat (Law of Effect)
Hukum
ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan
respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila
mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka
harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.
2. Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian (conditioning)
merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini
adalah Ivan Pavlov (1849-1936). Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari
Rusia.
3. Teori Penguatan (Reinforcement)
Jika pada teori pengkondisian
(conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada
teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak
yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan
atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi,
pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan
belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu me-reinforce
hubungan antara stimulus dan respons.
4. Teori Operant Conditioning
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”. Tokoh
utamanya adalah Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan
proses “conditioning” yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya
tingkah laku adalah karena adanya hubungan antara stimulus dengan respons.
5. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi
kognitif. Menurut teori ini, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah
mengetahui (knowing) dan bukan respons. Suatu konsep yang penting dalam
psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi
permasalahan. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah
peristiwa mental. Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar, yaitu menekankan
keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku manusia selalu
merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.
Beberapa
prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
a.
Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa keseluruhan itu lebih
memiliki makna dari
bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini
adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah
berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa
dapat mempelajari fakta.
b.
Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak
itu bukanlah hanya mengembangkan
intelektual saja, akan tetapi mengembangkan
pribadi anak seutuhnya. Oleh karenanya mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang
lepas-lepas, tetapi mengembangkan
keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
c. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam suatu
situasi permasalahan. Dengan demikian, belajar
itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah
menghafal fakta.
d. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan
makna kehidupan setiap perilaku
individu.
D. Perbedaan Teori Belajar dan
Mengajar
Teori belajar itu berbeda dengan teori mengajar, kerena
dalam teori belajar pemikiran tertuju pada bagaimana manusia itu belajar dan
apa hasilnya, sedangkan dalam teori
mengajar pemikiran tertuju pada bagaimana mempengaruhi manusia itu
belajar. Menurut Cronbach dia mengemukakan dalam bukunya educational psychology
dengan menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami dan dalam mengalami itu si pengajar mempergunakan panca indranya.
Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan
suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk
mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti
teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku
individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan.
Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam
perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yang baru
yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut
Crow and Crow (1958. h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan ,
pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut hilgard (1962. h. 252) belajar
adalah sutu proses dinama suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respon terhadap sesuatu siatuasi.
E.
Pengertian Teori Klasik Mengajar
Teori klasik mengajar merupakan
suatu pendapat yang didasarkan melalui penelitian mengenai model pembelajaran
klasikal yang di gunakan guru dalam mengajar pada saat jaman dahulu secara
sederhana. Teori klasik mengajar sebenarntya telah sering digunakan oleh guru
hingga saat ini. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta didik, biasanya
antara 30 sampai dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah ruangan. Para
peserta didik memiliki kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan
mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti
ini, kondisi belajar peserta didik secara individual baik menyangkut kecepatan
belajar, dan minat belajar sukar untuk di perlihatkan oleh guru. Pembelajaran
dengan model klasikal tampaknya tidak dapat melayani kebutuhan belajar peserta
didik secara individu. Beberapa peserta didik mengeluh karena gurunya mengajar
sangat cepat. Sementara yang lainnya mengeluh karena gurunya mengajar secara
bertele-tele.
F.
Macam-Macam Metode Pembelajaran Klasik
Berdasarkan
hal di atas, pada dasarnya teori mengajar klasik memiliki beberapa metode
pembelajaran yang sering guru berikan keada siswa diantaranya:
1. Metode
Konvensiaonal
Menurut
Ruseffendi (2005:17), dalam metode konvensional guru dianggap sebagai gudang
ilmu, guru bertindak otoriter dan guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu
dan guru langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contoh-contoh soal.
Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan, meniru pola-pola yang di
berikan guru, mencontoh cara-cara guru menyelesaikan soal. Disini murid
bertindak pasif dan tidak bebas untuk mengekspresikan diri. Murid-murid yang
kurang memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang atau jelek bahkan sebagian
dari mereka tidak naik kelas.
Salah
satu ciri [pembelajaran metode konvensional di tandai dengan ceramah yang
diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu
guru dalam memberikan pengetahuannya pada siswa yaitu secara lisan dan ceramah.
Pembelajaran konvensional yang di maksud adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki
kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian,
menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses
dan pengajaran berpusat kepada guru.
Metode
ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa
terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan seperti iu
sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode pembelajaran klasik termasuk
metode ceramah maupun metode pembelajaran modern keduanya sama-sama mempunyai
kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi satu sama lain. Menurut
Gilstrap dan Martin (dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin
yaitu Lecturu, Legu (Legree, Lectus) yang berati membaca
kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru
menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran
dengan penggunaan buku. Anggapan-anggapan
negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari
segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar
mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan
dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah
untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media
pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah
menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan
secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan
membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian
menjadi lecture method atau metode ceramah. Definisi metode ceramah
diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman
terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari
penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam
problematika saat ini.
Metode ceramah
dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode
yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan
diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau
dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada
metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.
Pembelajaran
klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klisikal ini
merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran
secara klasikal ini berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus
yaitu mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran
secara baik dan meyenangkan yang di lakukan di dalam kelas. Di ikuti sejumlah
siswa yang di bimbing oleh seorang guru.
d)
Dalam hal ini guru di tuntut
kemampuannya mengunkan tehnik-tehnik penguatan dalam pembelajaran agar
ketertiban belajar dapat di wujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai
dengan kurikulum yang uniform. Yang dunilai melalui ujian yang uniform pula.
Hasil penelitian J. H. Pesta Lozzi (1746-1827) mengejarkan bermacam-macam mata
pelajaran pertukaran di sekolah sejak pesta lozzi pengajaran individual oleh
seorang tutor. Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi
sejumlah murid yang membanjiri sekolah akibat demokrasi, indusrilisasi,
pemeretaan, dan pendidikan atau kewajiban belajar. Dengan sendirinya di cari
usaha untuk memperbaiki Pengajaran klasikal itu. Kurikulum di jadikan uniform
bagi seluruh Negara, ujian akhir dan tes masuk sedapat masuk disamakan untuk
semua jenis sekoah.
Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah sama bagi semua. Bila di ijinkan buku-buku lain dapat digunakan asalkan dasarnya sama yaitu mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dicari metode pendidikan klasikal yang efektif dan paling baik bagi kelas atau kelompok guru yang di persiapkan adalah guru yang baik bagi kelas atau di akui sebagai tokoh yang melahirkan gagasan besar tentang pendidikan antara lain :
Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah sama bagi semua. Bila di ijinkan buku-buku lain dapat digunakan asalkan dasarnya sama yaitu mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dicari metode pendidikan klasikal yang efektif dan paling baik bagi kelas atau kelompok guru yang di persiapkan adalah guru yang baik bagi kelas atau di akui sebagai tokoh yang melahirkan gagasan besar tentang pendidikan antara lain :
1)
Mendemokrasikan Pendidikan dengan
menyatakan adalah hak mutlak dari setiap
anak untuk setiap anak untuk mengembangkan pootensi dirinya sepenuhnya.
2)
Mempsikologikan pendidikan yaitu teori
dan praktek pendidikan harus didasarakan pada psikologi atau ilmu tentang
karesteriski jiwa individu manusia.
3)
Mendasarkan pendidikan pada perkembangan
organic dari pada pemindahan-pemindahan gagasan.
4)
Pendidikan mulai dengan presepsi tentang
objek-objek yang konsrif, pembentukan tindakan-tindakan yang kongkrit dan
pengalaman terhadap respon-respon emosional yang actual.
5)
Perkembangan adalah sebuah pembangunan
potensi secara berangsur-angsur setiap bentuk pengajaran harus dilakukan secara
berlahan-lahan, melalui perjalan berangur-angsur sesuai pemekaran dengan
kemampuan-kemampuan dari anak.
6)
Perasan-perasan keagamaan di bentuk
mendahului dari kata-kata atau symbol-simbol yang di miliki anak.
7)
Perlu ada pandangan yang refosioner tentang
disiplin yang didasarkan pada kemauan baik dan kerja sama antara pelajar dengan
pengajar.
8)
Diperlukan alat baru dalam pendidikan
guru dan studi tentang pendidikan sebagai sebuah ilmu (Mudyaharjo, 2001:121).
Pendapat
pesta lozzi tersebut implementasinya dalam pendidikan dilakukan dalam
Pengajaran klasikal jangan sampai merugikan bagi kepentingan anak sebagai
individu dalam belajar, hal yang diperhatikan adalah kelas sebagai keseluruhan.
Nasution (2000:41) berpendapat justru lebih di perhatikan perbedaan individual, yaitu guru dengan sadar memaksa dirinya member perhatian pada setiap anak secara individual dikelasnya. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya di berikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah kurang lebih 30 atau 40 orang siswa, pada waktu yang sama merima bahan yang sama, umumnya kegiatan diberikan dalam bentuk ceramah. Dalam mengikuti kegian belajar ini murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat msing-masing mengikuti uraian guru. Pengelolaan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar, dapat dilakukan mel;alui tindakan penciptaan suasana menyenangkan dalam belajar ini dilakukan dengan pemusatan perhatian pada bahan pelajaran dengan mnegunakan pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran, dan mengikutsertakan siswa secara aktif sesuai dengan kondisi siswa.
Belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajaran. Upanya mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode Tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan lain-lain yang sesuai dengan para murid-muridnya sehubungan dengan hal itu Pesta Lozzi mengatakan tujuan pendidikan adalah tercapainyai perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya jiwa. Untuk membantu peserta didik memikul tanggung jawab atas perilakunya dan tanggung jawab socialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas. Model ini dalam kelas diwujudkan bentuk suatu pertemuan dimana kelompok bertanggung jawab untuk membangun system social yang sama.
Nasution (2000:41) berpendapat justru lebih di perhatikan perbedaan individual, yaitu guru dengan sadar memaksa dirinya member perhatian pada setiap anak secara individual dikelasnya. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya di berikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah kurang lebih 30 atau 40 orang siswa, pada waktu yang sama merima bahan yang sama, umumnya kegiatan diberikan dalam bentuk ceramah. Dalam mengikuti kegian belajar ini murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat msing-masing mengikuti uraian guru. Pengelolaan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar, dapat dilakukan mel;alui tindakan penciptaan suasana menyenangkan dalam belajar ini dilakukan dengan pemusatan perhatian pada bahan pelajaran dengan mnegunakan pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran, dan mengikutsertakan siswa secara aktif sesuai dengan kondisi siswa.
Belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajaran. Upanya mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode Tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan lain-lain yang sesuai dengan para murid-muridnya sehubungan dengan hal itu Pesta Lozzi mengatakan tujuan pendidikan adalah tercapainyai perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya jiwa. Untuk membantu peserta didik memikul tanggung jawab atas perilakunya dan tanggung jawab socialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas. Model ini dalam kelas diwujudkan bentuk suatu pertemuan dimana kelompok bertanggung jawab untuk membangun system social yang sama.
Kelebihan dan kekurangan metode
konvensional pada pembelajaran, diantaranya:
1)
Kelebihan
· Guru mudah menguasai kelas
· Mudah
mengorganisasikan tempat duduk / kelas
· Dapat
diikuti oleh jumlah siswa yang besar
· Mudah
mempersiapkan dan melaksanakannya
· Guru mudah
menerangkan pelajaran dengan baik
· Lebih
ekonomis dalam hal waktu
· Memberi
kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan
· Dapat
menggunakan bahan pelajaran yang luas
· Membantu
siswa untuk mendengar secara akurat, kritis dan penuh perhatian
· Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
· Dapat
menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
Selain itu terdapat beberapa
kelemahan diantaranya :
·
Siswa yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya siswa yang bertipe auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
·
Mudah membuat siswa menjadi jenuh
·
Keberhasilan
metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
·
Siswa cendrung menjadi pasif dan guru yang menjadi
aktif (teacher centered).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengajar bukanlah suatu hal yang mudah yang dapat dilakukan begitu
saja tanpa ada teori-teori yang menopangnya. Mengajar tentulah harus mempunyai
keahlian khusus dalam mempengaruhi anak ketika guru sedang mentransferkan ilmu
pengetahuannya. Bagi anak sekolah dasar khususnya guru merupakan seseorang yang
digugu dan ditiru. Akan lebih baik kiranya apabila seorang guru dalam melakukan
proses pembelajaran menggunakan metoda-metoda yang tidak monoton agar siswa
lebih nyaman dalam melaksanakan pembelajaran, tentunya dengan tidak selalu
mengindahkan teori mengajar jaman
dahulu seperti dalam bentuk ceramah yang terkesan monoton. Di jaman modern
sekarang ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam melakukan pengajaran
kepada siswanya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang modern agar dapat
meningkatkan kemampuan pola berfikir siswa lebih baik lagi.
B. Saran
Berdasarkan
penjelasan diatas, jelas kiranya kita sebagai guru dan calon guru agar dapat
melakukan proses belajar mengajar dengan baik, kreatif serta inovatif tentunya
dengan mengacu pada model pembelajaran
yang cocok dengan kurikulum yang berlaku agar siswa dapat memahaminya dengan
baik secara utuh.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wawasanpendidikan.com/2013/07/teori-mengajar.html=
1 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar