Senin, 06 April 2015

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN ( HOMOEDUCENDUM) FILSAFAT PENDIDIKAN



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Mengajar
1)     Pengertian Teori
       Teori adalah suatu penafsiran sistematik dari suatu bidang ilmu pengetahuan.  Ada ahli yang berpendapat bahwa teori itu dalam praktek adalah dua hal yang berbeda. Teori berarenakan ilmu pengetahuan, penelitian dan rekayasa ilmu pengetahuan. Ciri-cirinya abstrak dan berpihak pada landasan yang berpikir logis. Teori mengemukakan pertimbangan dan prinsip-prinsp berpikir logis serta prinsip-prinsip untuk menjelaskan masalah yang dipersoalkan, sifatnya deskriptif. Praktek berarenakan pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek– praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan aktivitas manusia dalam mengerjakan sesuatu. Praktek-praktek memberikan petunjuk teknis, pedoman pelaksanaan, merupakan dua profesi sifatnya preskriptif.
2)      Pengertian Mengajar
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan pengertian diatas sejalan dengan pandangan William H Burton, yang mengatakan bahwa: mengajar adalah upaya dalam memberi rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proes belajar. Adapun pengertian mengajar menurut para ahli:
1.             Menurut Nana Sujana mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar.
2.                  Menurut H. Muhamad Arifin pengertian mengajar sebagai suatu kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada pelajar, agar dapat menerima, menanggapi, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
3.                  Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian pelajaran kepada murid, agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.
4.                  Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar adalah a way working with students. . . A process of interaction, the teacher does something to student, the students do something in retern. Dari definisi tersebut tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
5.                  Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
6.                  Tardif (1989) mendefinisikan mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
7.                  Biggs (1991), seorang pakar psikologi, membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian, yaitu sebagai berikut:
a. Pengertian kuantitatif, dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa, bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
c.   Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
3)      Pengertian Teori Mengajar
      Pengertian dari teori mengajar merupakan pendapat yang di dasarkan pada penelitian ataupun penemuan berdasarkan rangkaian kegiatan penyampaian pelajaran kepada murid, agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut dan di dukung oleh berbagai macam argumentasi. Untuk memperkuat kedudukan mengajar sebagai ilmu pengetahuan diperlukan teori yang membahas masalah mengajar . Orang yang tidak mengembangkan konsep mengajar secara sistematis mungkin percaya bahwa mengajar itu adalah suatu yang dikerjakan dan bukan suatu yang dipikirkan atau dipelajari. Pada dasarnya hal yang sangat dibutuhkan dalam profesi mengajar untuk mengorganisasi pengetahuan kita tentang mengajar dalam rangka pemantapan konsep mengajar, teori mengajar seharusnya menjawab tiga pertanyaan:
1.      Bagaimana guru itu berbuat ?
2.      Mengapa mereka berbuat demikian?
3.      Apa pengaruh hasil perilaku mereka ?
      Setiap teori mengajar harus menjelaskan, Meramalkan dan mengawasi cara-cara yang di dalamnya perilaku guru mempelajari cara belajar siswa. Menurut N. L. Gage (1969), teori belajar akan lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori mengajar.

B. Macam-Macam Teori Mengajar
            Beberapa teori mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:

1.    Teori Mengajar Bruner
Bruner berpendapat bahwa mengajar hendaknya:
a.       Menguraikan pengalaman belajar yang di tempuh siswa
b.      Menguraikan cara organisasi batang tubuhilmu pengetahuan yang akan di pelajarinya
c.       Menguraikan secara sistematis pokok-pokok bahasan yang akan di ajarkan kepada siswa
d.      Menguraikan pengetahuan-pengetahuan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan
      Bagi Bruner,mengajar adalah penyajian konsep-konsep dan masalah secara bertahap dalam bentuk yang mudah untuk dipahami. Bruner mengemukakan beberapa tekhnik penyajian :
1. Simbolik berupa penggunaan bahasa dalam penyajian ide objek dengan memperhatikan perkembangan kejiwaan anak.
      2. Ikonik berupa penggunaan gambar dalam penyajian konsep terhadap siswa. Penyajian ini bersifat abstrak
3. Enaktif berupa kegiatan kognitif dalam bentuk gerak psikomotor,artinya si pelajar dan guru langsung mempraktekkan apa yang diajarkan.
Bila seorang siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran secara simbolik atau dengan pemberian objek oleh guru secara verbal, maka guru akan melanjutkan dengan penggunaan secara ikonik, akan tetapi masih dalam bentuk abstrak. Dan kalau siswa masih belum mengerti tentang apa yang dijelaskan, maka selanjutnya guru mengajak siswa untuk mempraktekkan langsung atau siswa langsung di ajak ke situasi sesungguhnya.

2.  Teori Mengajar Ausubel
            Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini,sering juga disebutkan bahwa mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa . inti utama dalam mengajar adalah mengidentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaiman menstrukturnya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk di pahami sebagai suatu kebulatan pengetahuan yang utuh.berhubungan dengan itu,maka Ausubel mengemukakan konsep antara lain :
a.    Bahan Pengait
                         Berupa bahan atau materi pembelajaran lain akan tetapi sangat        berkaitan dengan materi yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga guru    dituntut untuk tahu dan dapat mempelajari bahan-bahan lain yang             berkaitan dengan materi yang disaksikan. Seperti jika seorang guru menerangkan tentang gerhana matahari total maka bahan pengaitannya           adalah perdasaran planet.
b.       Belajar Bermakna
                        Mempelajari bahan pelajaran dengan berusaha menghayati makna                logis dan makna psikologis dari materi yang disajikan.
·         Makna Logis yaitu makna yang terdapat dalam kamus atau dengan perkataan lain adalah makna yang tidak terbantah kebenarannya.
·          Makna Psikologis yaitu menurut persepsi seseorang terhadap apa yang diterimanya,sehingga bisa saja makna psikologis ini akan berbeda masing-masing orang.
Menurut Ausubel ,beberapa definisi mengajar :
a)      Menanamkan pengetahuan pada anak 
b)      Menyampaikan kebudayaan pada anak
c)       Mengatur lingkungan-terjadi PBM

            Gaya mengajar menurut Ausubel yaitu:
a)      Guru harus memahami:
·         Mampu melaksanakan komunikasi dengan baik
·         Mampu mengintegrasi diri dengan bahan yang di ajarkan
·         Mengenal dengan baik murid-muridnya
·          Menguasai belajar dengan baik
b)      Gaya mengajar :
·              Cara berdiri di depan kelas
·              Cara bergerak dan berjalan
·              Gerakan tangan yang dilakukan
·              Pandangan mata
·              Mimik dan gerak muka
·              Suara
·              Sikap berdiri
·              Cara menulis
·              Cara bertanya
·              Cara menenangkan kelas
·              Cara memuji

3. Teori Belajar Gagne
      Menurut Gagne,mengajar sesungguhnya adalah penataan situasi dan kondisi belajar seseorang. Dan orang yang belajar itulah yang sesungguhnya yang akan berusaha untuk mencari sendiri sedangkan gurunya hanya akan menata situasi sedemikian rupa.
Dalam menata situasi mencakup beberapa hal,antara lain:
a.       Motivasi
b.      Arah minat dan perhatian
c.       Evaluasi hasil belajar
           
            Prinsip-prinsip belajar diantaranya :
a.       Tujuan belajar harus diketahui anak
b.      Tujuan belajar perkalian dengan kehidupan anak
c.       Tujuan berharga bagi siswa
d.      Proses dan hasil belajar berpusat berhubungan dari acuan
e.       Dalam proses siswa terlibat dan mengalami
f.       Anak didik bereaksi suatu keseluruhan,jasmani dan rohani
g.      Siswa akan bereaksi apabila lingkungan mengandung arti baginya
h.      Dalam belajar,anak memerlukan bimbingan
i.        Yang diperoleh dari belajar adalah suatu kesatuan atau tidak terpotong-potong
j.        Harus ada tujuan sampingan selain tujuan utama
Secara eksplisit teori mengajar harus bermanfaat bagi pendidikan guru. Dalam pendidikan guru sering digunakan teori mengajar untuk praktek mengajar. Sumber apa yang kita ketahui mengenai belajatr masih belum memadai untuk dapat menjelaskan apa yang harus dikerjakan dalam proses mengajar.
            Sebagai suatu konsep, mengajar memerlukan analisis, yang harus menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan teori-teori mengajar. Mengajar meliputi banyak jenis proses, perilaku, aktivitas, dan sebagainya. Oleh karena itu, konsep mengajar harus dianalisis untuk mewujudkan proses-proses atau unsure-unsur yang dapat mnjadi dasar teori yang sebenarnya. Analisis mengajar terbagi atas dua yakni :
  Analisis  Menurut bentuk kegiatan Guru
Mengajar dapat dianalisis menurut bentuk-bentuk kegiatan guru karena guru terlibat dalam bermacam-macam kegiatan. Kegiatan guru meliputi kegiatan memberikan bimbingan, melakukan pencatatan, menjaga ketertiban dsb.
  Analisis menurut bentuk tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan biasanya dibagi dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
  Prinsip-prinsip mengajar
   1.Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Prinsip efisiensi dan efektifitas maksudnya adalah bagaimana guru menyajikan pelajaran tepat waktu, cermat, dan optimal. Alokasi waktu yang telah dirancang tidak sia-sia begitu saja, seperti terlalu banyak bergurau, memberi nasehat, dan sebagainya. Jadi semua aspek pengajaran (guru dan peserta didik) menyadari bahwa pengajaran yang ada dalam kurikulum mempunyai manfaat bagi siswa pada masa mendatang.
2. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
3. Prinsip Permainan dan Hiburan
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan, butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.

C. Alasan Dibutuhkannya Teori Mengajar
            Teori belajar akan lebih besar gunanya untuk pendidikan teori-teori itu dijelmakan dalam teori-teori mengajar. Oleh sebab itu di samping teori belajar juga dibutuhkan teori mengajar untuk pendidikan dengan alasan sebagai  berikut:
1.        Keterbatasan teori belajar
            Kebutuhan faedah teori balajar dalam pendidikan telah lama diakui, berikut beberapa teori belajar:
    Teori Disiplin Mental
            Sebelum abad ke-20, telah berkembang beberapa teori belajar, salah satunya adalah teori disiplin mental. Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah “filosofis atau spekulatif”. Tokoh teori disiplin mental adalah Plato dan Aristoteles. Teori disiplin mental ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa harus didisiplinkan atau dilatih.
   Teori Behaviorisme
            Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
a.       Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
b.      Bersifat mekanistis
c.       Menekankan peranan lingkungan
d.      Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
e.       Menekankan pentingnya latihan
Ada beberapa teori belajar yang termasuk pada rumpun behaviorisme ini antara lain :
·         Teori Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
Selanjutnya, dalam teori koneksionisme dikemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a)         Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
                 Dimana hubungan antara stimulus dan respons akan mudah  terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Implikasi praktis      dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar seseorang sangat  tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
b)        Hukum Latihan (Law of Exercise)
                 Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya       hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.
c)         Hukum Akibat (Law of Effect)
                  Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan                    stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya.                           Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang                    dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar                            menyenangkan dirinya.

2. Teori Pengkondisian (Conditioning)
            Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936). Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari Rusia.
3. Teori Penguatan (Reinforcement)
            Jika pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu me-reinforce hubungan antara stimulus dan respons.
4. Teori Operant Conditioning
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan “conditioning”. Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses “conditioning” yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku adalah karena adanya hubungan antara stimulus dengan respons.
5. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif. Menurut teori ini, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental. Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar, yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.
Beberapa prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
      a.       Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa keseluruhan itu lebih memiliki            makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam          keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu        bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu            masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
      b.      Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa membelajarkan anak itu        bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi     mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Oleh karenanya mengajar itu       bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas,         tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
      c. Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian,       belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang             harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
      d. Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna     kehidupan setiap perilaku individu.

D. Perbedaan Teori Belajar dan Mengajar
Teori belajar itu berbeda dengan teori mengajar, kerena dalam teori belajar pemikiran tertuju pada bagaimana manusia itu belajar dan apa hasilnya, sedangkan dalam teori mengajar pemikiran tertuju pada bagaimana mempengaruhi manusia itu belajar. Menurut Cronbach dia mengemukakan dalam bukunya educational psychology dengan menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pengajar mempergunakan panca indranya.
Dari defenisi yang telah dikemukakna diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tinggkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgrld. Menurut Crow and Crow (1958. h. 225) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan , pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut hilgard (1962. h. 252) belajar adalah sutu proses dinama suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu siatuasi.

E. Pengertian Teori Klasik Mengajar
            Teori klasik mengajar merupakan suatu pendapat yang didasarkan melalui penelitian mengenai model pembelajaran klasikal yang di gunakan guru dalam mengajar pada saat jaman dahulu secara sederhana. Teori klasik mengajar sebenarntya telah sering digunakan oleh guru hingga saat ini. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta didik, biasanya antara 30 sampai dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah ruangan. Para peserta didik memiliki kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta didik secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, dan minat belajar sukar untuk di perlihatkan oleh guru. Pembelajaran dengan model klasikal tampaknya tidak dapat melayani kebutuhan belajar peserta didik secara individu. Beberapa peserta didik mengeluh karena gurunya mengajar sangat cepat. Sementara yang lainnya mengeluh karena gurunya mengajar secara bertele-tele.  
F. Macam-Macam Metode Pembelajaran Klasik
            Berdasarkan hal di atas, pada dasarnya teori mengajar klasik memiliki beberapa metode pembelajaran yang sering guru berikan keada siswa diantaranya:
1. Metode Konvensiaonal
            Menurut Ruseffendi (2005:17), dalam metode konvensional guru dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter dan guru mendominasi kelas. Guru mengajarkan ilmu dan guru langsung membuktikan dalil-dalil, guru membuktikan contoh-contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapih mendengarkan, meniru pola-pola yang di berikan guru, mencontoh cara-cara guru menyelesaikan soal. Disini murid bertindak pasif dan tidak bebas untuk mengekspresikan diri. Murid-murid yang kurang memahaminya terpaksa mendapat nilai kurang atau jelek bahkan sebagian dari mereka tidak naik kelas.
            Salah satu ciri [pembelajaran metode konvensional di tandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sejak dahulu guru dalam memberikan pengetahuannya pada siswa yaitu secara lisan dan ceramah. Pembelajaran konvensional yang di maksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses dan pengajaran berpusat kepada guru.
   Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan seperti iu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun metode pembelajaran modern keduanya sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi satu sama lain. Menurut Gilstrap dan Martin (dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu (Legree, Lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku. Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau metode ceramah. Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini.
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.
   Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama guru, karena pembelajaran klisikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang tergolong efisien. Pembelajaran secara klasikal ini berarti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan skaligus yaitu mengelolah kelas dan mengelolah pembelajaran. Pengelolan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan meyenangkan yang di lakukan di dalam kelas. Di ikuti sejumlah siswa yang di bimbing oleh seorang guru.
d)            Dalam hal ini guru di tuntut kemampuannya mengunkan tehnik-tehnik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat di wujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengan kurikulum yang uniform. Yang dunilai melalui ujian yang uniform pula. Hasil penelitian J. H. Pesta Lozzi (1746-1827) mengejarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolah sejak pesta lozzi pengajaran individual oleh seorang tutor. Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi sejumlah murid yang membanjiri sekolah akibat demokrasi, indusrilisasi, pemeretaan, dan pendidikan atau kewajiban belajar. Dengan sendirinya di cari usaha untuk memperbaiki Pengajaran klasikal itu. Kurikulum di jadikan uniform bagi seluruh Negara, ujian akhir dan tes masuk sedapat masuk disamakan untuk semua jenis sekoah.
Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah sama bagi semua. Bila di ijinkan buku-buku lain dapat digunakan asalkan dasarnya sama yaitu mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dicari metode pendidikan klasikal yang efektif dan paling baik bagi kelas atau kelompok guru yang di persiapkan adalah guru yang baik bagi kelas atau di akui sebagai tokoh yang melahirkan gagasan besar tentang pendidikan antara lain :
1)   Mendemokrasikan Pendidikan dengan menyatakan adalah hak mutlak dari  setiap anak untuk setiap anak untuk mengembangkan pootensi dirinya sepenuhnya.
2)   Mempsikologikan pendidikan yaitu teori dan praktek pendidikan harus didasarakan pada psikologi atau ilmu tentang karesteriski jiwa individu manusia.
3)    Mendasarkan pendidikan pada perkembangan organic dari pada pemindahan-pemindahan gagasan.
4)   Pendidikan mulai dengan presepsi tentang objek-objek yang konsrif, pembentukan tindakan-tindakan yang kongkrit dan pengalaman terhadap respon-respon emosional yang actual.
5)   Perkembangan adalah sebuah pembangunan potensi secara berangsur-angsur setiap bentuk pengajaran harus dilakukan secara berlahan-lahan, melalui perjalan berangur-angsur sesuai pemekaran dengan kemampuan-kemampuan dari anak.
6)   Perasan-perasan keagamaan di bentuk mendahului dari kata-kata atau symbol-simbol yang di miliki anak.
7)   Perlu ada pandangan yang refosioner tentang disiplin yang didasarkan pada kemauan baik dan kerja sama antara pelajar dengan pengajar.
8)   Diperlukan alat baru dalam pendidikan guru dan studi tentang pendidikan sebagai sebuah ilmu (Mudyaharjo, 2001:121).
           
            Pendapat pesta lozzi tersebut implementasinya dalam pendidikan dilakukan dalam Pengajaran klasikal jangan sampai merugikan bagi kepentingan anak sebagai individu dalam belajar, hal yang diperhatikan adalah kelas sebagai keseluruhan.
            Nasution (2000:41) berpendapat justru lebih di perhatikan perbedaan individual, yaitu guru dengan sadar memaksa dirinya member perhatian pada setiap anak secara individual dikelasnya. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya di berikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah kurang lebih 30 atau 40 orang siswa, pada waktu yang sama merima bahan yang sama, umumnya kegiatan diberikan dalam bentuk ceramah. Dalam mengikuti kegian belajar ini murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat msing-masing mengikuti uraian guru. Pengelolaan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar, dapat dilakukan mel;alui tindakan penciptaan suasana menyenangkan dalam belajar ini dilakukan dengan pemusatan perhatian pada bahan pelajaran dengan mnegunakan pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran, dan mengikutsertakan siswa secara aktif sesuai dengan kondisi siswa.
Belajar secara klasikal cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajaran. Upanya mengaktifkan siswa dapat menggunakan metode Tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan lain-lain yang sesuai dengan para murid-muridnya sehubungan dengan hal itu Pesta Lozzi mengatakan tujuan pendidikan adalah tercapainyai perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya jiwa. Untuk membantu peserta didik memikul tanggung jawab atas perilakunya dan tanggung jawab socialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas. Model ini dalam kelas diwujudkan bentuk suatu pertemuan dimana kelompok bertanggung jawab untuk membangun system social yang sama.


Kelebihan dan kekurangan metode konvensional pada pembelajaran, diantaranya:
1)      Kelebihan
·   Guru mudah menguasai kelas
·  Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas
·  Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
·  Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
·  Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
·  Lebih ekonomis dalam hal waktu
·  Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan
·  Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
·  Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis dan penuh perhatian
·  Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan  belajar siswa dalam bidang akademik.
·  Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
           
            Selain itu terdapat beberapa kelemahan diantaranya :
·      Siswa yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya siswa yang bertipe auditif (mendengarkan) yang benar-benar menerimanya.
·      Mudah membuat siswa menjadi jenuh
·      Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang menggunakannya.
·      Siswa cendrung menjadi pasif dan guru yang menjadi aktif (teacher centered).


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Mengajar bukanlah  suatu  hal yang mudah yang dapat dilakukan begitu saja tanpa ada teori-teori yang menopangnya. Mengajar tentulah harus mempunyai keahlian khusus dalam mempengaruhi anak ketika guru sedang mentransferkan ilmu pengetahuannya. Bagi anak sekolah dasar khususnya guru merupakan seseorang yang digugu dan ditiru. Akan lebih baik kiranya apabila seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan metoda-metoda yang tidak monoton agar siswa lebih nyaman dalam melaksanakan pembelajaran, tentunya dengan  tidak selalu  mengindahkan  teori mengajar jaman dahulu seperti dalam bentuk ceramah yang terkesan monoton. Di jaman modern sekarang ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam melakukan pengajaran kepada siswanya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang modern agar dapat meningkatkan kemampuan pola berfikir siswa lebih baik lagi.

B.     Saran
              Berdasarkan penjelasan diatas, jelas kiranya kita sebagai guru dan calon guru agar dapat melakukan proses belajar mengajar dengan baik, kreatif serta inovatif tentunya dengan  mengacu pada model pembelajaran yang cocok dengan kurikulum yang berlaku agar siswa dapat memahaminya dengan baik secara utuh.
  

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar