BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Andragogi adalah
proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan untuk orang dewasa. Orang
dewasa adalah manusia individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri. Orang dewasa menyadari bahwa belajar merupakan proses menjadi dirinya
sendiri bukan proses untuk dibentuk menurut kehendak orang lain dan kegiatan
belajarnya harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa
yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu
untuk memenuhi keinginan tersebut.
Pada dasarnya
“orang dewasa” memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun
pengalaman lain dalam kehidupannya. Untuk menghadapi peserta didik yang pada
umumnya “orang dewasa” dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan
“pendidikan dan pelatihan” ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional
yang sering disebut dengan pendekatan pedagogis. Dalam praktek “pendekatan
pedagogis” yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan untuk orang dewasa
seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok
dengan “kematangan”, “konsep diri peserta” dan “pengalaman peserta”. Didalam
dunia pendidikan, stategi dan pendekatan ini dikenal dengan “Pendidikan Orang
Dewasa” (Adult Education).
Demi
terlaksananya pendidikan untuk orang dewasa ini perlu adanya program-program
ataupun kegiatan, baik yang dicanangkan oleh masyarakat itu sendiri maupun oleh
instansi pemerintahan. Kegiatan-kegiatan ini berupa kegiatan pendidikan diluar
sekolah (PLS), pembelajarannya pun berbeda dengan pembelajaran di sekolah pada
umumnya.
1
|
Untuk
itu pada makalah ini kami akan membahas tentang bagaimana pelaksanaan atau
praktek andragogi dalam kegiatan mendidik orang dewasa.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan diatas, makalah ini memiliki rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
penerapan andragogi dalam kegiatan pembelajaran?
2. Bagaimana
pendidikan orang dewasa (andragogi) yang tumbuh dan berkembang dalam masyrakat?
3. Kegiatan
apa saja yang diprogramkan demi terlangsungnya pendidikan orang dewasa
dilingkungan masyarakat?
4. Bagaimana
pendidikan orang dewasa (andragogi) yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan?
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Mengetahui
penerapan andragogi dalam kegiatan pembelajaran.
2. Mengetahui
pendidikan orang dewasa (andragogi) yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
3. Mengetahui
kegiatan-kegiatan yang diprogramkan demi terlangsungnya pendidikan orang dewasa
dilingkungan masyarakat.
4. Mengetahui
pendidikan orang dewasa (andragogi) yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan.
D.
Sistematika
Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan,
menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode
penelitian dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan,
menguraikan mengenai bagaimana penerapan andragogi dalam kegiatan pembelajaran, bagaimana
perkembangan pendidikan orang dewasa dilingkungan masyarakat maupun di instansi
pemerintahan, dan kegiatan apa saja yang dicanangkan oleh masyarakat dan
pemerintah demi terlaksananya pendidikan bagi orang dewasa.
Pada Bab III Penutup,
menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penerapan
Andragogi dalam Kegiatan Pembelajaran
Secara jelas
Knowles (1979) menyatakan apabila peserta didik (warga belajar) telah berumur
17 tahun, penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah
menjadi suatu kelayakan. Usia warga belajar pada kelompok belajar program PLS
rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan sendirinya penerapan prinsip
andragogi pada kegiatan pembelajarannya semestinya diterapkan.
Perlunya
penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa
dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan
anak. Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya
mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan
anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang ditransmisikan
didasarkan pada pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan
bermanfaat bagi warga belajar di masa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang
dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa
untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan,
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan
dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil
belajar warga belajar. (Budiningsih, 2005).
4
|
1. Orang Dewasa Sebagai
Warga Belajar
Cara belajar
orang dewasa jauh berbeda dengancara belajar anak-anak. Oleh karena itu, proses
penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang
berbeda pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan
pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut
menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan
tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal.
Menurut Knowles
(1979), perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar didasarkan
pada empat asumsi tentang orang dewasa. Asumsi-asumsi tersebut ialah: (1) orang
dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda dengan anak-anak, (2) orang dewasa
mempunyai konsep diri, (3) orang dewasa mempunyai orientasi belajar yang
berbeda dengan anak-anak, dan (4) orang dewasa mempunyai kesiapan untuk
belajar.
Orang dewasa dalam belajar jauh
berbeda dengan anak-anak, Seharusnya menggunakan pendekatan yang berbeda pula
dalam membelajarkan anak. Pendekatan yang layak adalah pendekatan andragogi.
Bila dihubungkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir di
kelompok belajar, maka pendekatan andragogi akan semakin terasa pentingnya.
Sebab setiap kegiatan yang terorganisir sudah tentu mempunyai atau didasarkan
pada pedoman-pedoman tertentu. Pedoman inilah yang menjadi prinsip-prinsip
kerja agar kegiatan berjalan pada prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuan.
(Mappa. 1994)
2.
Penerapan
Andragogi dalam Performansi Tutor
Tutor sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas
dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman
ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan
pengetahuan dan pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk
berperilaku belajar dalam kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting.
Seorang tutor bukan merupakan "pemaksa" untuk terjadinya pengaruh
terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka
dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya
bersikap positif terhadap warga belajar.
Sikap seorang
tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku warga
belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik
akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang
ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya
berpengaruh terhadap intensitas perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator
yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta,
sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan.
Ada beberapa hal yang dianggap
penting dimiliki oleh para tutor dalam proses interaksi belajar yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya warga belajar, yaitu (1) bersikap
manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta didik
hanya secara intelektual; ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi
mereka; berada dan bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri
mengalami atau menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna
pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, (2) Bersikap kewajaran:
jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon secara tulus
ikhlas, (3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif terhadap peserta;
mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan
penghargaan penuh; menghargai perasaan dan pengalaman mereka, dan (4) Membuka
diri: menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan
pengalaman diri sendiri; secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan
mau mengambil resiko jika melakukan kekeliruan. (Malik, 2011).
3. Penerapan Andragodi
dalam Pengorganisasian Bahan Belajar
Pengorganisasian
bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan warga belajar dalam mempelajarinya.
Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan
pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin disampaikan, harus dilihat dari
ketertarikan warga belajar terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi
dengan kebutuhan warga belajar, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman
antara tutor dan warga belajar.
Bahan belajar
yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan disampaikan
oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula yang akan dipelajari
oleh warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas
pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian
perilaku warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi
itu pun akan mempengaruhi pertimbangan tutor dalam memilih dan menetapkan
teknik pembelajaran. (Iryanto, 2011).
Seorang tutor hendaknya mengetahui
faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar untuk
diajarkan. Ketertarikan warga belajar dalam memilih dan mempelajari bahan
belajar adalah merupakan manifestasi dari perilaku belajar warga belajar.
Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar adalah
tingkat kemampuan peserta, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki
oleh peserta, tingkat daya tarik bahan belajar, dan tingkat kebaharuan dan aktualisasi
bahan.
4. Penerapan Andragogi
dalam Metode Pembelajaran
Penggunaan
metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan
teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan
perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam
mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap,
pengetahuan dan keterampilan. (Sudjana. 2005).
Kegiatan belajar
pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien
dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam
membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat
yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode
belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode
belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan
kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek. (Mappa.
1994).
Metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat pada masalah, (2) menuntut
dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk mengemukakan
pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama
peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian
pengalaman, bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi.
B.
Pendidikan
Orang Dewasa yang Tumbuh dan Berkembang dalam Masyarakat
Sebagaimana yang dikemukakan Knowles
(1970), andragogi sekurang-kurangnya didasarkan pada empat asumsi, yakni:
1.
Konsep dirinya bergerak dari pribadi yang tergantung kearah
pribadi yang mandiri,
2.
Manusia mengakumulasikan banyak pengalaman yang
diperolehnya, sehingga menjadi suatu sumber belajar yang berkembang,
3.
Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan
pada tugas perkembangan peranan sosial yang dibawa, dan
4. Perspektif waktunya berubah dari
suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera
secara seiring orientasinya terhadap belajar beralih dari suatu orientasi
terpusat pada mata pelajaran kepada orientasi terpusat pada mata pelajaran
kepada orientasi terpusat pada masalah.
Jenis-jenis pendidikan dilaksanakan
oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). PKBM merupakan pusat (centra)
dan atau wadah seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka meningkatkan
pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi atau bakatnya yang
dikelola/diselenggarakan oleh diri dan untuk masyarakat. PKBM diharapkan
sebagai wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat untuk lebih aktif dalam
memilih kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal peningkatan masyarakatnya. PKBM
juga merupakan salah satu upaya untuk lebih memberdayakan masyarakat sekaligus
menyongsong diberlakukannya otonomi daerah secara lebih luas. Kegiatan-kegiatan
PLS (Pendidikan Luar Sekolah) yang dilaksanakan PKBM adalah:
1. Life Skill
Pendidikan kecakapan hidup merupakan
satu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan
hidup dan kehidupannya secara tepat guna dan berdaya guna. Kecakapan hidup
adalah sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi kecakapan yang diperkirakan
merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dewasa untuk dapat hidup secara
mandiri di masyarakat. Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kecakapan
hidup (life skill) merupakan bagian
dalam pengembangan kurikulum terpadu, karena pengembangan kecakapan hidup
seharusnya tidak berdiri sendiri melainkan terintegritas dengan disiplin ilmu
atau mata pelajaran yang lain. Supaya tidak menjadi dangkal, maka substansi
pengembangan kecakapan hidup harus terpadu dengan beberapa mata pelajaran yang
sesuai dengan struktur kurikulum di suatu lembaga pendidikan, jadi bukan
sekedar pendidikan keterampilan atau vokasional dasar yang terpisah-pisah.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap
orang dituntut untuk memiliki sekaligus 4 jenis kecakapan (Life Skill),
yaitu:
a.
Kecakapan Pribadi
Kecakapan
pribadi mencakup kecakapan untuk mengenal diri sendiri, kecakapan berfikir
secara rasional dan kecakapan untuk tampil dengan percaya diri yang mantap.
Sebagai contoh bentuk kecakapan pribadi adalah sebagai berikut :
1) Kesadaran diri sebagai makhluk
Tuhan, makhluk sosial dan makhluk lingkungan.
2) Kesadaran akan potensi diri dan
terdorong untuk mengembangkannya.
3) Kecakapan untuk menggali informasi.
4) Kecakapan mengolah informasi dan
mengambil keputusan.
5) Kecakapan memecahkan masalah secara
arif dan kreatif.
b. Kecakapan Sosial
Kecakapan
sosial mencakup kecakapan untuk berkomunikasi, melakukan kerja sama,
bertenggang rasa, dan memiliki kepedulian serta tanggungjawab sosial dalam
hidup bermasyarakat. Adapun contoh bentuk kecakapan sosial adalah sebagai
berikut :
1) Kecakapan mendengarkan
2) Kecakapan membaca
3) Kecakapan berbicara
4) Kecakapan menulis
5) Kecakapan menulis gagasan atau
pendapat
6) Kecakapan sebagai teman kerja yang
menyenangkan
7) Kecakapan sebagai pimpinan yang
berempati
c. Kecakapan Akademik
Kecakapan
akademik adalah kecakapan untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi
melalui proses berpikir kritis, analitis, dan sistematis. Demikian yang
bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, eksplorasi, inovasi
dan kreasi melalui pendekatan ilmu, selain itu memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan hasil-hasil teknologi untuk mendukung kegiatannya. Contoh
kecakapan akademik yaitu sebagai berikut :
1) Kecakapan mengidentifikasi variable
dan hubungan
2) Kecakapan merumuskan hipotesis
3) Kecakapan merancang dan melaksanakan
penelitian
d. Kecakapan Vocational
Kecakapan
vocational mencakup kecakapan yang berkaitan dengan bidang
keterampilan-keterampilan professional tertentu dalam dunia usaha dan industri,
baik untuk dipergunakan bekerja sebagai karyawan/karyawati maupun usaha
mandiri.
Adapun tujuan
diberikannya kecakapan hidup kepada peserta didik yaitu diantaranya agar ia
memiliki:
a. Keterampilan, pengetahuan dan setiap
yang dibutuhkan dalam memenuhi dunia kerja, baik bekerja mandiri (wirausaha)
dan bekerja pada perusahaan produk jasa dengan penghasilan yang semakin layak
untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
b. Motivasi dan etos kerja yang tinggi
serta dapat penghasilan, yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.
c. Kesadaran yang tinggi tentang
pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri, maupun untuk anggota keluarga.
d. Kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan sepanjang hayat dalam rangka mewujudkan keadilan
pendidikan disetiap lapisan masyarakat.
Ada beberapa
tahapan dalam mengelola kecakapan hidup bagi peserta didik, diantaranya:
a. Perencanaan
Kegiatan life skill ini direncanakan
oleh PKBM, sebelum PKBM merencanakan, kegiatan diawali dengan
identifikasi kebutuhan bekerja masyarakat. Kegiatan yang diawali dengan
kebutuhan belajar masyarakat akan lebih efektif dalam pelaksanaannya.
b. Pelaksanaan
Kegiatan life skill ini dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kegiatan ini melibatkan narasumber
yang terkait dengan program/kegiatan yang telah direncanakan. Sarana/prasarana
yang telah tersedia haruslah relevan dengan program yang telah direncanakan.
Pada pelaksanaan kegiatan ini harus mengacu/berpedoman kepada ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Dirjen PLS Depdiknas.
c. Evaluasi
Kegiatan
life skill ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai. Untuk
menilai program ini dilakukan dengan melihat sesuai penerapan kegiatan didalam
masyarakat. Semakin banyak anggota life skill menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap, semakin berhasil kegiatan ini. Selanjutnya program ini
berhasil dapat dilihat dari tingginya etos kerja warga belajar dan dapat
menghasilkan karya yang unggul dan maupun bersaing dengan pasar global.
2. Majelis Taklim
Majelis taklim adalah sekelompok masyarakat, atau sekumpulan
orang-orang yang ingin mendalami ajaran agama Islam, biasanya majelis taklim
ini ada di kelurahan atau di kenagarian ataupun jorong. Pada kegiatan majelis
taklim ini, materi yang dipelajari meliputi: ibadah, syari’at, dan muamalat.
Kehadiran majelis taklim ini, sudah jelas sangat bermanfaat bagi masyarakat
terutama dalam rangka meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan
hubungan sesama manusia, meningkatkan keimanan dan mendalami syariat Islam.
Tujuan diadakannya majelis taklim
ini diantaranya yaitu :
a.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
b.
Meningkatkan kualitas pemahaman agama,
c.
Memperkokoh dakwah Islamiyah,
d.
Beramal sesuai dengan ilmu dan agama yang dipelajari,
e.
Meningkatkan syariat agama Islam,
f.
Memberikan pelajaran dan pembinaan terhadap masyarakat, dan
g. Menyemarakkan dan memakmurkan
masjid-masjid.
Adapun cara mengelola kegiatan majelis
taklim ini yaitu :
a.
Perencanaan
Kegiatan majelis taklim ini
direncanakan oleh pengurus serta anggota. Perencanaan disusun atas dasar
kebutuhan belajar anggota-anggota. Pada umumnya kegiatan-kegiatan direncanakan
dalam bentuk jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan mendalam ajaran agama biasanya 5 kali
seminggu.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pada kelompok
majelis taklim ini sangat ditentukan dari tersedianya waktu anggota dan
disepakati secara bersama.
c.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi pada majelis
taklim ini tidak ada evaluasi yang berprogram, sesuai dengan ciri pendidikan
luar sekolah, evaluasi banyak diarahkan kepada self evaluation (evaluasi diri).
C. Pendidikan Orang Dewasa yang Dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah
Pendidikan orang dewasa yang
dilaksanakan oleh pemerintah antara lain :
1.
Pelatihan dan Pengembangan Program KB (Keluarga Berencana)
Nasional
Kewenangan Balatbang BKKBN mendukung
kewenangan pemerintah dalam program KB Nasional, terutama untuk peningkatan
SDM, tenaga pengelola dan pelaksana program. Adapun tujuan umum dari program
ini adalah meningkatkan profesionalisme dan kualitas pengelolaan program
pelatihan dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sedangkan
tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
a.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), pengelola
dan pelaksana program KB Nasional melalui :
1) Penyelenggaraan kegiatan penjajakan
kebutuhan pelatihan dan pengembangan
(need assessment),
2) Penyusunan desain pelatihan dan
pengembangan,
3) Penyusunan bahan diklat, kurikulum
materi, metoda, media, strategi dan instrument evaluasi,
4) Pelaksanaan program pelatihan dan
pengembangan,
5) Evaluasi program pelatihan dan
pengembangan evaluasi pasca pelatihan.
b.
Meningkatkan sarana dan prasarana pelatihan.
c.
Meningkatkan kualitas program pelatihan.
d.
Mengembangkan koordinasi dan kemitraan pihak terkait.
Pokok-pokok pengelolaan diantaranya sebagai berikut :
1) Upaya peningkatan kualitas institusi
Balatbang,
2) Upaya peningkatan kualitas program
pelatihan, dan
3) Pengembangan jejaring kerja dan
koordinasi.
Adapun upaya peningkatan kualitas
instansi diklat adalah sebagai berikut :
a.
Peningkatan kualitas SDM Balatbang meningkatkan kompetensi
SDM diklat (struktural) fungsional dan staf menjadi SDM yang dapat merubah pola
pikir peserta didik sesuai dengan perubahan lingkungan strategi dan kompetensi
dalam menjalankan kegiatannya.
b.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menerapkan learning
organization.
c.
Merubah pola pikir, pola interaksi yang bersifat statis
menjadi dinamis, dan kreatif sesuai dengan kebutuhan pasar.
d.
Mengembangkan keahlian khusus sesuai dengan kebutuhan,
dengan memanfaatkan waktu luang yang ada.
e.
Meningkatkan kemampuan dan membina hubungan dengan pihak
luar.
f.
Membangun jaringan pengembangan prestasi secara mandiri
dengan pihak luar.
g.
Peningkatan sarana dan prasarana diklat. Penyediaan sarana
PBM standar (alat bahan yang kondusif untuk PBM).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendidikan orang
dewasa atau yang sering disebut dengan andragogi adalah suatu proses dimana
orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan
aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat
perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
Perbedaan antara
membelajarkan anak-anak dengan membelajarkan orang dewasa terlihat dari upaya
pembelajaran orang dewasa. membelajarkan orang dewasa berpusat pada warga
belajar itu sendiri (learned centered).
Cara belajar orang dewasa jauh
berbeda dengan cara belajar anak-anak. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan
belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula.
Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa
dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang
menyakitkan bagi orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan
sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal.
B.
Saran
Kita sebagai
seorang mahasiswa yang berperan langsung dalam proses pendidikan khususnya pendidikan
orang dewasa senantiasa memperluas pemahaman dan meningkatkan keterampilan
dalam menggunakan teknik dan mengaplikasikan pembelajaran secara aktif mengenai
belajar orang dewasa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ativa,
Siti. (2011). Andragogi dalam Praktek. [Online].
Tersedia di: http://92putri
medan-sitiativa.blogspot.com/2011/11/andragogi-dalam-praktek.html. [23 September 2014].
Sukoco, Agus, dkk. (2013). Penerapan Andragogi dalam Kegiatan Pembelajaran. [Online]. Tersedia
di:http://statistikbisnis.narotama.ac.id/index.php/seleng-kapnya/35.
[23 September 2013].
Sukiyadi, Didi, dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI
PRESS