BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar menggunakan pendekatan
expanding community, yakni suatu pendekatan yang mengenalkan siswa terhadap
lingkungan kehidupan sosialnya mulai dari lingkungan sosial terdekat sampai
dengan yang terjauh. Para siswa perlu diajak untuk mengenal dirinya sendiri,
keluarganya, lingkungan sekitar rumahnya, desanya, kecamatannya, sampai negara
dan lingkungan dunianya.
Untuk
mendukung pemahaman yang lebih mendalam dari para siswa tentang lingkungan
kehidupan sosialnya, maka seorang guru IPS sekolah dasar perlu menguasai
konsep-konsep sosiologi dan ilmu politik, misalnya konsep tentang individu dan
masyarakat, struktur sosial, pranata, proses sosial, pemerintahan, hukum dan
undang-undang, serta peran dan tanggung jawab warga negara.
Oleh
karena itulah sebagai calon guru sekolah dasar perlu memahami konsep-konsep
tersebut secara mendalam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat ?
2.
Apa
yang dimaksud struktur sosial ?
3.
Apakah
pengertian dari struktur sosial budaya ?
4.
Apa yang dimaksud pranata sosial dan proses sosial ?
5.
Bagaimanakah
pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari ?
6.
Bagaimanakah
interaksi individu dan masyarakat ?
C.
Tujuan
Penulisan
Sejalan dengan rumusan
masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan
mengenai apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat, apa yang
dimaksud struktur sosial, apakah pengertian dari struktur sosial budaya, apa yang dimaksud pranata sosial dan proses
sosial, bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat.
D.
Metode
Penelitian
Makalah ini disusun dengan menggunakan
metode kepustakaan. Metode ini tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan. Tapi
dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis
menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta
sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data tentang topik ataupun materi
yang penulis gunakan untuk karya tulis atau makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan,
menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode
penelitian dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada
Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat, apa yang
dimaksud struktur sosial, apakah pengertian dari struktur sosial budaya, apa yang dimaksud pranata sosial dan proses
sosial, bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat.
Pada Bab III Penutup,
menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
1. Pengertian
Individu
Individu berasal dari bahasa latin “Indivuduum” yang artinya yang tak
terbagi, dan merupakan kesatuan yang tak terbatas. Maksudnya bahwa manusia
merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang tak dapat dipisah satu sama lain
(Allport:T.T). Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi diri
masing-masing yang dapat dikembangkan kemudian hari melalui proses balajar atau
pendidikan. Contohnya: seseorang melakukan kegiatan menulis , hal tersebut
merupaka perintah dari jiwa atau psikisnya untuk menyuruh fisiknya untuk
menulis sesuatu dengan pulpen dan kertas. Setiap individu lazim memiliki ciri – ciri khas yang melekat
(built in) dalam dirinya, sehingga memberikan identitas khusus, yang disebut
kepribadian. Tidak seperti kerumunan bebek, ternyata masyarakat yang juga dapat
disebut sebagai kerumunan atau himpunan manusia, menuntut setiap individu untuk
:
a.
Memiliki
kedudukan dan peranan tertentu dalam lingkungannya.
b.
Memiliki
tingkah laku yang khas (tidak seperti bebek)
c.
Memiliki
kepribadian.
2. Pengertian Masyarakat
Kata
masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara
definitif dapat didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang terdiri dari
sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu baik di desa
ataupun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau
adanya hubungan sosial (social relationship) yang memilki norma dan nilai
tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu
pula. Menurut Selo Soemarjan (1962)
mengemukakan bahwa: “Masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang
ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu”.
Adapun
unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut:
1.
Seperasaan
2.
Sepenanggungan
3.
Saling
memerlukan
Disamping
ada beberapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut:
1.
Sejumlah
penduduk
2.
Luas,
kekayaan dan kepadatan pendudukan
3.
Memilki
fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh organisasi masyarakat
yang bersangkutan.
B. PENGERTIAN STRUKTUR SOSIAL
1. Pengertian stuktur sosial menurut
para ahli yaitu:
a. Menurut Koentjaraningrat (1990:172)
Struktur
sosial adalah merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbgai sisi seperti :
kedudukan, peranannya, tipe masyarakat tersebut
sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari berbagai usur masyarakat.
b. Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur
sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial.
c. Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur
sosial dianggap sama dengan organisasi sosial yang mengacu pada
hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar
pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin
dilakukan secara organisatoris.
d. Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)
Struktur
sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ
masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme
masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian
untuk jangka waktu yang relatif lama.
2. Ciri-ciri sruktur sosial
a. Bersifat abstrak, artinya tidak
dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial disini merupakan hierarki
kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai yang terendah, berfungsi sebagai
saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
menyeluruh.
b. Terdapat dimensi vertikal dan
horizontal, struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status
sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat
dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang
terendah. Sedangkan pada struktur sosial yang memiliki dimensi harizontal,
seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok
sosial yang memiliki karakter sama.
c. Sebagai landasan sebuah proses
sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang terjadi dalam suatu
struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi
oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d. Merupakan bagian dari sistem
pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya struktur sosial
yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk
hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e. Struktur sosial selalu berkembang
dan dapat berubah, struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu dalam struktur sosial terdapat
peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, serta
dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian
stabilitas, keteraturan, dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum
terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri yang kelima ini
dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan sosial atau
keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.
3. Struktur
sosial memiliki empat elemen dasar sebagai berikut :
a.
Status Sosial
Status
sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok
masyarakat. Status yang diperoleh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu :
1)
Ascribed status
Status yang “diberikan” kepada
seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau karakteristik unik orang
tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran (keturunan). Latar belakang
ras, gender, dan usia dapat dikategorikan sebagai ascribed status.
2)
Achieved status
Status yang didapat seseorang
melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan sesuatu untuk
mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, mempelajari
keterampilan-keterampilan, berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru.
3)
Assigned status
Status yang diberikan kepada
seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk organisasinya,
masyarakat atau kepada negara. Misalnya, seorang pegawai honorer diangkat
menjadi pegawai negeri. Seseorang diangkat sebagai penasihat karena kemampuan
dan keahliannya. Seseorang dinaikkan pengkat atau jabatan karena prestasi dan
masa kerja.
Pertentangan antara individu dengan
statusnya dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil suatu keputusan.
Misalnya, seorang anggota polisi harus menangkap anaknya sendiri karena diduga
terlibat dalam jaringan narkoba. Jika dia menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai polisi, maka ia harus menangkap anaknya, tetapi jika ia berusaha
melepaskan dan memengaruhi petugas lainnya, maka dia tidak menjalankan perannya
sebagai polisi.
Konflik status memang sering sulit
dihindari karena kepentingan individu tidak selamanya sama dengan kepentingan masyarakat
maupun organisasinya.
b.
Peran Sosial
Peran
sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu posisi
atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen penting dalam struktur
sosial karena peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara
memampukan tindakan-tindakan mereka sendiri.
c.
Kelompok
Kelompok
merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan
harapan-harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
Kelompok memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial
masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial kita berlangsung dalam
kelompok dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d.
Lembaga
Merupakan
pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan
sosial yang mendasar. Lembaga atau institusi dibentuk untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertentu. Lembaga sosial seperti keluarga, agama, pendidikan, dan
pemerintah merupakan aspek fundamental dari struktur sosial.
4.
Fungsi struktur sosial
1.
Fungsi Identitas
Setiap
kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Struktur sosial berbagai
sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang
anggotanya memlii kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan
mengembangkan struktur soasialnya sendiri sebagai pembeda dari kelopok lainnya.
Contohnya,
kebudayaaan Minangkabau menganut system matrilinial (kekerabatan berdasarkan
garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan system kebudayaan lainnya yang
mayoritas menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akn membangun struktur
sosial yang berbeda pula dengan kebudayaan lainnya.
2.
Fungsi Kontrol
Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di dalam struktur tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain.
Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di dalam struktur tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain.
Melanggar
aturan yang berlaku, berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit.
Struktur sosial sebagai kontrol. Contoh: kebudayaan Batak melarang perkawinan
antara pria dan wanita yang semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama
berarti masih memiliki hubungan saudara.
3.
Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan.
Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisiplinan.
4.
Bentuk-bentuk Struktur
Sosial
Bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat dapat
dilihat dari beberapa sudut, di antaranya sebagai berikut :
1.
Dilihat dari Sifatnya
a.
Struktur Sosial Kaku
Struktur sosial ini tidak dapat
diubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk
melakukan perpindahan status atau kedudukannya.
b.
Struktur Sosial Luwes
Bentuk struktur sosial ini merupakan kebalikan dari
struktur sosial kaku. Pada struktur sosial luwes setiap anggota masyarakatnya
bebas bergerak melakukan perubahan.
c.
Struktur Sosial Formal
Merupakan suatu bentuk struktur sosial yang diakui
oleh pihak yang berwenang. Contohnya, lembaga pemerintahan tingkat kabupaten
yang terdiri dari seorang Bupati, Wakil Bupati, Sekwilda, dan lain-lain.
d.
Struktur Sosial Informal
Yaitu struktur sosial yang nyata ada dan berfungsi
tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak yang
berwenang.
2.
Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
a.
Struktur Sosial Homogen
Struktur sosial yang homogen
memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap anggota masyarakatnya,
seperti kesamaan ras, suku bangsa, ataupun agama. Dalam masyarakat yang
memiliki struktur sosial yang homogen cenderung tidak menginginkan
perubahan-perubahan.
b.
Struktur Sosial yang Heterogen
Struktur sosial ini ditandai oleh
keragaman identitas anggota masyarakatnya. Memiliki latar belakang yang berbeda
dari anggota masyarakatnya.
3.
Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan
sosial adalah pengelompokan manusia secara horizontal (diferensiasi sosial) dan vertikal (stratifikasi sosial). Pengelompokan ini bisa berdasarkan
ciri fisik yang meliputi jenis kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit,
rambut, dan sebagainya. Juga berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial
budaya, meliputi kecerdasan, keterampilan, motivasi, minat dan bakat.
Struktur sosial dilihat secara horizontal (diferensiasi sosial)
adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan
adanya suatu tingkatan. Artinya, tidak ada golongan dari pembagian kelompok
yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah (sama).
Masyarakat mengenal beberapa bentuk diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan
ras, suku bangsa, agama, dan gender.
Mengenai klasifikasi ras terdapat
banyak sistem penggolongan yang berasal dari berbagai ahli. Berikut dikemukakan
salah satu klasifikasi ras dari A.L. Kroeber, yang menggambarkan
secara jelas garis besar penggolongan ras-ras terpenting di dunia serta
hubungan antara satu dengan lainnya.
a. Austroloid [penduduk asli Australia];
b. Mongoloid [Asiatic Mongoloid = Asia Utara, Asia Tengah, dan
Asia Timur]; [Malayan Mongoloid = Asia Tenggara]; [American Mongoloid =
penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di
Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan];
c. Kaukasoid [Nordic = Eropa Utara sekitar Laut Baltik]; [Alpine =
Eropa Tengah dan Timur]; [Mediteranean = penduduk sekitar Laut Tengah, Amerika
Utara, Armenia, Arab, dan Iran]; [Indic = Pakistan, India, Bangladesh, Sri
Lanka];
d. Negroid [African Negroid = Benua Afrika]; [Negrito = Afrika
Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina]; [Melanesian = Irian, Melanesia]
e. Ras-Ras Khusus [Bushman
= di daerah Gurun Kalahari; Afrika Selatan]; [Veddoid = di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan]; [Polynesian = di Kepulauan Mikronesia
dan Polinesia]; [Ainu = pulau
Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara].
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis
atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku
bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing. Apa yang dimaksud etnis atau
suku bangsa? Berikut pendapat beberapa tokoh mengenai etnis atau suku bangsa.
Menurut Koentjaraningrat (1979), suku bangsa atau etnik didefinisikan
sebagai group suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas
akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tadi sering kali
(tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa.
Menurut William Kornblum, kelompok etnis adalah suatu populasi
yang memiliki identitas kelompok berdasarkan kebudayaan tertentu dan biasa
memiliki leluhur yang secara pasti atau dianggap pasti sama.
Sedangkan
menurut Francis, kelompok etnis adalah suatu komunitas
yang menampilkan persamaan bahasa, adat istiadat, kebiasaan, wilayah, bahkan
sejarah. Etnis ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin
(wefeeling) di antara anggota-anggotanya.
Diferensiasi sosial berdasarkan agama
terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang
menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang
disebut umat. Banyak teori yang telah dikemukakan oleh ilmuwan sepanjang
sejarah umat manusia, tentang keberadaan agama atau religi dalam berbagai
kelompok masyarakat.
Menurut A. Lang dalam teori Firman Tuhan,
kepercayaan terhadap dewa tertinggi merupakan bentuk religi manusia yang
tertua. Anggapan A. Lang ini kemudian diperkuat oleh W. Schmidt yang mengatakan bahwa agama berasal dari titah Tuhan
yang diturunkan kepada makhluk manusia pada masa permulaan ia muncul di muka
bumi ini.
Sedangkan
menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem kepercayaan
beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang sakral yang menyatukan
pengikutnya dalam suatu komunitas moral.
1.
Teori
Fungsionalis
a. Emile Durkheim dalam bukunya “ The
division of labor in society”, menyatakan bahwa setiap aktivitas yang satu
lebih penting dari pada yang lainnya.Ada yang memandang agama sebagai kegiatan yang terpenting,sementara masyarakat
lain memandang ekonomi atau kepahlawanan.Tinggi rendahnya kedudukan seseorang
dilihat dari kepentingan pandangannya itu.Selain itu Durkheim memandang bakat
dapat menimbulkan ketidakmerataan.Orang yang berbakat biasanya lebih berhasil
dalam melakukan pekerjaan atas tugasnya
dibanding dengan orang yang tidak berbakat.
b. Kingsley Davis dan Robert
Moore,mengemukakan pendapatnya bahwa posisi-posisi yang paling penting dalam
masyarakat di isi oleh orang yang paling berwenang.Orang yang memegang posisi
tersebut ,meskipun paling banyak memerlukan latihan,akan mendapat penghargaan
tertinngi.Selanjutnya dikatakan bahwa posisi kunci/terpenting adalah yang
paling penting bagi berfungsinya sistem sosial.Di setiap masyarakat,tokoh
agama,serta teknis mempunyai kedudukan paling penting.Karenanya mereka paling
dihargai oleh masyarakat itu.
2.
Teori
Reputasi atau nama baik
Menurut
Wamer: Status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang
lain.Dasar pertimbangannya pendapat,prestise,dan pendidikan.Ia mengemukakan 6
macam tingkatan status :
a. Upper-upper,contohnya orang kaya
karena warisan/turunan
b. Lower-upper,kaya karena hasil usaha
c. Upper-middle,ahli-ahli terdidik dan
pengesahan yang berpendidikan tinggi
d. Lower-Middle,golongan pekerja halus
seperti sekretaris,pegawai kantor
e. Upper-lower,yaitu pekerja kasar
dengan status tetap
f. Lower-lower,orang-orang miskin yang
tidak memiliki pekerjaan tetap.
3.
Teori
Struktur
Sosiolog yang mengembangkan teori
ialah Treiman.Dari hasil penelitiannya ia mengambil kesimpulan,bahwa dalam
masyarakat yang berlainan,tidak ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan
prestise pekerjaan.Dalil yang dikemukakan adalah:
a. Setiap masyarakat mempunyai
kebutuhan yang sama,karena ada pembagian kerja yang sama
b. Pembagian kerja yang
terspesialisasi cenderung melahirkan
c. perbedaan penguasaan akan
sumber-sumber yang langka.Jadi pembagian kerja melahirkan perbedaan
kekuasaan/wewenang dan lain-lain,hingga
karenanya timbul hierarki.
d. Orang yang mempunyai kedudukan penting mempunyai kesempatan untuk lebih maju
disamping memperoleh penghargaan yang baik.
e. Kekuasan dan kesempatan yang baik
dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.
Beberapa
karakteristik pelapisan sosial,Robin William mengemukakan bahwa untuk mengetahui
proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah:
1. Sistem pelapisan sosial mungkin
berpatok pada sistem pebedaan atau petentangan dalam masyarakat
2. Pelapisan sosial dapat diamati
dalam pengertian berikut :
a. Distribusi hak-hak istimewa
b. Sistem hierarki yang disusun oleh
masyarakat itu sendiri
3. Kriteria sistem-sistem
pengembangan misalnya kualitas pribadi,
milik, keanggotaan dalam kelompok,kekuasaan dan wewenang
4. Lambang kedudukan jabatan misalnya
gaya hidup.rumah,atribut pakaian.
5. Mudah tidaknya mobilitas sosial
6. Solidaritas
Pengaruh
pelapisan sosial tampak dalam setiap segi kehidupan.Karena pergaulan sosial
akan lebih banyak terjadi antara individu dari lapisan sosial yang sama,maka
akan terdapat kesamaan corak kehidupan.Kesamaan ini mungkin bertumpu pada
adanya kesalahan kelas (class-conciousness).
Pada
umumnya sifat pelapisan sosial dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Stratifikasi
sosial terbuka
Dalam masyarakat dengan sistem
stratifikasi terbuka seorang atau kelompok anggota masyarakat memiliki peluang
atau kemungkinan yang besar untuk berpindah ke kelompok, kelas atau lapisan
sosial lainnya. Anggota masyarakat dapat masuk atau keluar, dapat naik atau
turun ke kelas (lapisan) yang lebih rendah. Contohnya seorang anak presiden
belum tentu dapat mencapai kedudukan sebagai presiden. Tetapi sebaliknya, warga
masyarakat pada umumnya ada kemungkinan dapat mencapai kedudukan sebagai
presiden.
Stratifikasi
terbuka lebih dinamis (progresif) dan anggota-anggotanya mempunyai cita-cita
hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kehidupan anggota-anggotanya lebih
bersifat kompetitif, bahkan tidak jarang di antara mereka sering mengalami
kehidupan yang selalu diwarnai oleh rasa tegang dan kekhawatiran.
2. Stratifikasi
sosial tertutup
Dalam masyarakat dengan sistem
stratifikasi sosial tertutup seorang individu atau kelompok kemungkinan untuk
pindah dari satu golongan atau kelas sosial ke golongan atau kelas sosial lain
sangat kecil. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi
anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran (keturunan), sehingga
masyarakat lebih bersifat statis, terutama golongan atau kelas bawah, di antara
mereka kurang menunjukan cita-cita yang tinggi.
Contoh masyarakat dengan system
stratifikasi sosial tertutup dapat ditunjukkan dengan sistem kasta pada
masyarakat India.Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana
sangat kaku dan menjelma dalam sistem kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu:
a.
Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran.
Anak yang lahir akan memperoleh kedudukan secara otomatis dari orang tuanya.
b.
Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup,
oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia
dikeluarkan dari kastanya.
c.
Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih
dari orang yang sekasta.
d.
Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya
bersifat terbatas.
e.
Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta, sangat nyata
terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri
yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f.
Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara
tradisional telah ditetapkan.
g.
Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
3. Stratifikasi
sosial campuran
Dua sifat utama dari stratifikasi
sosial telah dikemukakan di atas, yakni terbuka dan tertutup. Walaupun
demikian, dalam kenyataan sehari-hari stratifikasi sosial dalam masyarakat
tidak hanya selalu bersifat terbuka atau tertutup, akan tetapi juga bersifat
campuran (gabungan) di antara keduanya. Dalam masyarakat terdapat unsur-unsur
yang menggabungkan antara sifat yang terbuka dan tertutup.
Misalnya dalam suatu kelompok
mungkin dalam sistem politiknya menerapkan sistem stratifikasi sosial tertutup,
namun dalam bidang-bidang atau unsur-unsur sosial lainnya seperti ekonomi,
budaya, dan lain-lain menggunakan sistem stratifikasi sosial terbuka.
Contohnya dalam masyarakat Bali.
Dalam bidang budaya dikenal sistem atau budaya kasta yang tertutup dan tidak
memungkinkan anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya. Namun di bidang
lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat Bali tidak mengenal kasta dan
bersifat terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan sosial yang dimiliki oleh
anggota masyarakat tegantung pada kemampuan dan kecakapannya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat
digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat
modern).
1.
Masyarakat
sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian
kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari kelemahan dan kemampuan
fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan alam yang buas
pada saat itu. Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu,
menangkap ikan di laut, menebang pohon, berladang dan berternak. Sedangkan kaum
wanita melakukan pekerjaan yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui
dan mengasuh anak-anak,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
2.
Masyarakat
Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal
dengan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
Beberapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan
dan perkotaan, diantaranya:
1.
Kehidupan
keagamaan : bagi masyarakat pedesaan cenderung mengarah pada kehidupan agamis,
sedangkan pada kehidupan orang-orang kota mengarah kepada keduniawian. Hal ini disebabkan
oleh cara berfikir yang berbeda.
2.
Kemandirian
: hal yang penting masyarakat perkotaan adalah individu atau manusia sebagai
perorangan menghadapi orang lain dengan latar belakang yang bereda. Kebasaan
yang ada pada individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang sesungguhnya.
3.
Pembagian
kerja : pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih bagus, sehingga
mempunyai batas-batas yang nyata.
4.
Peluang
memperoleh pekerjaan : dengan adanya pembagian kerja yang tegas, maka
kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota
dibanding warga pedesaan.
C. PENGERTIAN
STRUKTUR SOSIAL BUDAYA
Struktur sosial: pola perilaku dari
setiap individu masyarakat yang tersusun sebagai suatu sistem masyarakat
merupakan suatu sistem sosial budaya terdiri dari sejumlah orang yang
berhubungan secara timbal balik melalui budaya tertentu.
Setiap individu mempunyai ciri dan
kemampuan sendiri, perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan
sosial.Perbedaan sosial bersifat universal, ini berarti perbedaan sosial
dimiliki setiap masyarakat dimanapun.Perbedaan dalam masyarakat seringkali
menunjukkan lapisan-lapisan yang bertingkat.
Lapisan yang bertingkat dalam
masyarakat disebut Stratifikasi sosial.Ukuran yang digunakan untuk
menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu yaitu:
1. Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan
tanah penyewa)
2. Ukuran kekuasaan (penguasa/
dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi
3. Ukuran kehormatan (berpengaruh /
terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat tradisional(pemimpin informal)
4. Ukuran ilmu pengetahuan (golongan
cendekiawan/ rakyat awam)
D. PENGERTIAN PRANATA SOSIAL DAN PROSES SOSIAL
Pengertian Pranata Sosial menurut
para ahli :
1. Menurut Soerjono Soekanto
Lembaga
kemasyarakatan (Pranata Sosial) adalah himpunan norma-norma dari segala
tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
masyarakat.
2.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Semua norma-norma dari segala tingkat yang berkisar
pada suatu keperluan pokok dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu kelompok
yang diberi nama lembaga kemasyarakatan.
3.
Menurut Horton dan
Hunt (1987)
Suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.
4.
Menurut
Koentjaraningrat (1979)
Sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan
warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas
untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Jadi, pengertian pranata sosial adalah sistem norma
yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan bermasyarakat bagi manusia. Dengan kata lain, pranata
sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir dan mengejewantahkan
nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga
masyarakat.
Tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai
pranata sosial adalah: Nilai dan norma;Pola perilaku yang dibakukan atau yang
disebut prosedur umum;Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang
menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang
berlaku.
E.
PENGERTIAN PRANATA SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pengertian pranata
sosial sering bias atau rancu denganpengertian kelompok sosial atau asosiasi.
Apalagi kalau menggunakan istilah lembaga sosial, organisasi sosial, atau
lembaga kemasyarakatan. Pada uraian ini akan dijelaskan,bahkan ditegaskan,
tentang pengertian pranata sosial, dan perbedaannya dengan kelompok sosial atau
asosiasi.
Horton dan Hunt (1987)
mendefinisikan pranata sosial sebagai lembaga sosial, yaitu sistem norma untuk
mencapai tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting.Di dalam
sebuah pranata sosial akan ditemukan seperangkat nilai dan norma sosial yang
berfungsi mengorganir (menata) aktivitas dan hubungan sosial di antara para
warga masyarakat dengan suatu prosedur umum sehingga para warga masyarakat
dapat melakukan kegiatan atau memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok.
Koentjarningrat
(1979) menyatakan bahwa pranata sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana
yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola atau
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Terdapat tiga kata
kunci dalam setiap pembahasan tentang pranata sosial, yaitu: (1) nilai dan norma
sosial, (2) pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut dengan prosedur
umum, dan (3) sistem hubungan, yaitu jaringan peran serta status yang menjadi
wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang
berlaku.Pranata sosial pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang kongkrit,
dalam arti tidakselalu hal-hal yang ada dalam suatu pranata sosial dapat
diamati atau dapat dilihat secara empirik (kasat mata).
Tidak semua unsur
dalam suatu pranata sosial mempunyai perwujudan fisik. Bahkan, pranata sosial
lebih bersifat konsepsional, artinya keberadaan atau eksistensinya hanya dapat
ditangkap dan dipahami melalui pemikiran, atau hanya dapat dibayangkan dalam
imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi yang ada dialam pikiran.
Beberapa unsur
pranata dapat diamati atau dilihat, misalnya perilaku-perilakuindividu atau
kelompok ketika melangsungkan hubungan atau interaksi sosial dengan
sesamanya.Hal penting yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa seorang
individu atau sekelompok orang dapat saja datang dan pergi dalam suatu lembaga,
tetapi fungsi individu atau kelompok dalam pranata hanyalah sebagai pelaksana
fungsi atau pelaksana kerja dari suatu unsur lembaga sosial. kedatangan atau
kepergian individu atau sekelompok individu tidak akan menganggu eksistensi
dari suatu lembaga sosial.Individu atau sekelompok individu di dalam pranata
sosial, kedatangannya atau kepergiannya hanyalah berfungsi saling menggantikan.
1. Tujuan Pranata Sosial
Pranata Sosial,
selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara
memadahi, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat
bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku. Contoh: (a) Pranata Pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik
anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal. Tanpa adanya pranata sosial,
kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak poranda karena jumlah
prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas,
sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin
banyak.
2. Tujuan Pranata
Sosial menurut Koentjaraningrat
a.
Memenuhi kebutuhan
sosial dan kekerabatan (kinship atau domestic instituions)
b.
Memenuhi kebutuhan
manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan
mendistribusikan harta benda (economic institutions)
c.
Memenuhi kebutuhan
pengetahuan dan pendidikan manusia (educational institutions)
d.
Memenuhi kebutuhan
ilmiah manusia (scientific institutions)
e.
Memenuhi kebutuhan
manusia untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and
recreational institutions)
f.
Memenuhi kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan Tuhan (religius institutions)
g.
Memenuhi kebutuhan
manusia untuk mengatur kebutuhan berkelompok atau bernegara (political
institutions)
h.
Mengurus kebutuhan
jasmani manusia (somatic institutions)
3. Fungsi Pranata Sosial
Pranata Sosial
memiliki fungsi utama, yakni sebagai berikut:
a.
Menjaga keutuhan
masyarakat dari ancaman perpecahan atau disntegrasi masyarakat. Hal ini
mengingat bahwa sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang dapat dikatakan tidak
seimbang dengan jumlah manusia yang semakin bertambah baik kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga dimungkinkan pertentangan yang bersumber perebutan maupun
ketidakadilan dalam usaha memenuhi kebutuhannya akan ancaman kesatuan dari
warga masyarakat.
Oleh
karena itu, norma-norma sosial yang terdapat di dalam pranata sosial akan
berfungsi untuk mengatur pemenuhan kebutuhan hidup dari setiap warganya secara
adil atau memadai, sehingga dapat terwujudnya kesatuan yang tertib.
b.
Memberikan pedoman
pada anggota masyarakat untuk bertingkah laku/bersikap untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dengan demikian pranata sosial telah siap dengan berbagai aturan atau
kaidah-kaidah sosial yang dapat dan harus dipergunakan oleh setiap anggota
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
c.
Memberi pegangan pada
masyarakat untuk menandakan sistem pengendalian sosial (social control).
Sanksi-sanksi atau pelanggaran norma-norma sosial merupakan sarana agar setiap
warga masyarakat tetap konform dengan norma-norma sosial itu, sehingga tertib
sosial dapat terwujud. Dengan demikian sanksi yang melekat pada setiap norma
sosial itu merupakan pegangan dari warga untuk meluruskan maupun memaksa warga
masyarakat agar tidak menyimpang dari norma sosial, karena pranata sosial aka
tetap tegar di tengah kehidupan masyarakat.
4. Karakteristik / Ciri-ciri
a.
Lambang-lambang
biasanya merupakan ciri khas dari pranata sosial, yang secara
simbolismenggambarkan tujuan dan fungsi pranata sosial.Lambang-lambang suatu
organisasi mengandung makna, fungsi dan tujuan dari lembaga sosial yang
bersangkutan. Lambang-lambang tersebut
dapat berupa: gambar (logo); tulisan; gabungan antara gambar, tulisan, maupun
logo, dan bendera panji.
b.
Memiliki tingkat
kekekalan tertentu, artinya suatu pranata akan berakhir ketika manusia tidak
lagi membutuhkannya.
c.
Merupakan suatu
organisasi dari pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas sosial.
d.
Mempunyai alat-alat
perlengkapan yang dipakai mencapai tujuan.
e.
Pranata sosial
mempunyai tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis (peraturan/hukum).
f.
Memiliki satu atau
beberapa tujuan.
g.
Memiliki alat-alat
perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Jenis-jenis Pranata Sosial
a.
Berdasarkan
Pengembangannya
1) Cresive institutions (pranata yang utama) adalah
institusi yang paling primer dan tumbuh dari adat istiadat. Contoh: perkawinan,
agama dan hak milik.
2) Enacted institutions (pranata yang dibuat) adalah
institusi yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Contoh:
pendidikan, perdagangan dan utang piutang.
b.
Berdasarkan Sistem
Nilai yang diterima Masyarakat
1) Basic institutions adalah pranata sosial yang sangat
penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
Contoh: keluarga, sekolah dan negara.
2) Subsidiary institutions adalah pranata yang dianggap
kurang penting. Contoh: rekreasi.
c.
Berdasarkan sudut
Penerimaan Masyarakat
1) Approved institutions adalah pranata sosial yang
diterima masyarakat. Contoh: perusahaan, industri, dan lain-lain.
2) Unsactioned institutions adalah pranata sosial yang
ditolak masyarakat. Contoh: pemeras, penjahat, preman, dan lain-lain.
d.
Berdasarkan Faktor
Penyebarannya
1) General isntitutions adalah pranata sosial yang
dikenal secara umum oleh masyarakat di dunia. Contoh: agama.
2) Restucted institutons adalah pranata yang dikenal oleh
kelompok masyarakat tertentu saja. Contoh: Katolik, Kristen, Islam, Budha,
Hindu, Konghucu dan sebagainya.
e.
Berdasarkan Fungsinya
1) Cooperative institutions adalah pranata sosial yang
dihimpun pola serta tata cara yang diperlukan untuk menacapai tujuan pranata.
Contoh: pranata industrialisasi.
2) Regulative institutions adalah pranata sosial yang
bertujuan mengawasi adat istiadat yang tidak termasuk bagian mutlak dari
pranata itu sendiri. Contoh: pranata hukum (kejaksaan, pengadilan, dan lain-lain).
6. Kategori Pranata Sosial
Pranata sosial dapat dibagi dalam beberapa
kategori sebagai berikut:
1.
Pranata Keluarga.
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara
yang diterima untuk menyelesaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan
membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu beradaptasi
dengan lingkungan di mana ia tinggal maka kehidupan masyarakat akan tercipta
menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
2.
Pranata Agama.
Agama merupakan sesuatu yang mengatur kehidupan
manusia dengan manusia maupun dengan penciptanya. Agama merupakan salah satu pranata
yang sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia. Berdasarkan fungsi untuk
memenuhi keperluan hidup dari warga masyarakat dikenal istilah religious
institutions, yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia sehubungan dengan
kegiatan berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan dari hak azasi manusia.
3.
Pranata Pendidikan.
Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan menuju kecerahan dan kecerdasan pengetahuan atau dari
tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan merupakan proses yang terjadi karena
interaksi berbagai faktor yang menghasilkan penyadaran diri dan penyadaran
lingkungan, sehingga menampilkan rasa percaya akan lingkungan.
4.
Pranata Ekonomi.
Pranata ekonomi adalah sistem norma atau kaidah yang
mengatur tingkah laku individu dalam masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang
dan jasa. Fungsi pranata ekonomi adalah: a) mengatur konsumsi barang dan jasa;
b) mengatur distribusi barang dan jasa; dan c) mengatur produksi barang dan
jasa.
5.
Pranata Politik.
Pranata politik adalah peraturan untuk memelihara tata
tertib, untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan, dan untuk memilih pemimpin
yang berwibawa. Pranata politik merupakan perangkat norma dan status yang
mengkhususkan diri pada pelaksanaan politik akan meliputi eksekutif, yudikatif,
legislatif, militer dan partai politik.
Contoh Kategori
Pranata Sosial
NO.
|
KEGIATAN DAN
KEBUTUHAN
|
PRANATA
|
LEMBAGA
|
1.
|
Makanan, Pakaian,
Perumahan
|
Perdagangan
|
Keluarga Pak Petrus
|
2.
|
Peran serta politik Pemilihan Umum
|
KPU
|
Partai Politik
|
3.
|
Pengembangan
keturunan Pernikahan
|
Gereja
|
KUA
|
7. Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah
cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada.
Proses sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama,
misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan
ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya.Interaksi sosial merupakan kunci
dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada
kehidupan bersama.
8. Proses Sosial Budaya
Hubungan antarindividu yang
saling mempengaruhi dlm hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi
sosial.Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat
mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran,
perasaan, emosi orang lain.
F. INTERAKSI INDIVU DAN MASYARAKAT
Menurut
ahli ilmu psikologi sosial bahwa interkasi sosial adalah saling berhubungan
antar dua manusia atau lebih, dimana manusia yang satu terhadap yang lain
saling mempengaruhi.
Proses
sosial dimaksudkan bahwa “cara-cara interaksi (aksi dan reaksi), yang dapat
kita amati apabila individu-indivu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan
sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Apabila dua orang
atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi) maka akan terjadi apa yang
dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Jenis
yang paling umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Dimana dalam
interaksi sosial, ada pengaruh timbal balik antara individu dengan kelompok
dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam hidup sehari-hari
secara bersama-sama. Setiap interaksi dua arah akan menstimulir yang lain untuk
mengubah tingkah laku dari orang-orang yang sedang berinteraksi.
Interaksi
sosial yang terjadi antara individu dan masyarakat antara lain :
a. Interaksi
yang melibatkan sejumlah orang, misalnya ; individu dengan individu, indivdu
dengan group, dan group dengan group.
b. Adanya
tingkat keintiman, misalnya ada yang bersifat primer, ada yang bersifat
sekunder, ada yang bersifat gemeinschaft dan ada yang bersifat gesselschaft dan
sebagainya.
c.
Adanya proses sosial. Terdapat beberapa
bentuk proses sosial :
1)
Yang berbentuk positif dinamakan
integrasi atau assosiatif process, yaitu proses yang menyatukan.
Kondisi yang nampak dalam bentuk
integrasi adalah keseluruhan anggota kelompok berkemauan untuk tetap pada kelompoknya, seolah-olah satu sama lain
saling terkait.
Kondisi seperti itu sering
dinamakan organis, dimana seluruh
anggota kelompok berfungsi terhadap kelompoknya.
2) Yang
berbentuk negatif dinamakan disintegratif atau disassosiatif process, yaitu
proses yang memisahkan.
Kondisi yang nampak dalam bentuk
disintegrasi adalah keseluruhan anggota kelompok tidak berkemauan untuk tetap
pada kelompoknya, seolah-olah satu sama
lain tidak saling terkait. Kondisi
seperti itu sering dinamakan disorganis,
dimana satu sama lain tidak terjalinn hubungan lagi.
Bentuk-bentuk interkasi sosial yang
menyatukan (integrasi) :
1. Bentuk
–bentuk interaksi sosial yang menyatukan (Integrasi)
a. Coperation
(Koperasi)
Koperasi adalah
bentuk kerjasama dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai suatu
tujuan bersama. Koperasi merupakan usaha bersama dari satu orang atau lebih
untuk melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Terdapat tiga jenis kerja sama yang
di dasarkan pada organisasi kelompok atau di dalam setiap kelompok , yaitu :
1) Kerja
sama primer
2) Kerja
sama sekunder
3) Kerja
sama tersier
Pada hakikatnya, kerja sama bisa
terjadi karena :
1) Orang
tersebut menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama
2) Masing-masing
pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin melaksanakan kepentingannya dengan
jalan kerja sama.
b. Consensus
(Kesepakatan)
Consensus
dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak. Consensus
mungkin dilaksanakan bila ada 2 pihak atau lebih yang ingin memelihara hubungan
masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Contoh : Courtship dari
aliansi internasional.
c. Assimilation
(Asimilasi)
Asimilasi adalah
perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya yang
homogen. Oleh Mayor polak dikemukakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan
dua kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan berkembang sehingga menjadi sejarah
. Jadi asimilasi hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang datang
dari berbagai kebudayaan yang berbeda, misalnya :
1) Kebudayaan
Arab dengan kebudayaan Indonesia
2) Kebudayaan
Barat dengan kebudayaan Indonesia
2. Bentuk-bentuk
interaksi sosial yang memisahkan (Disintegrasi)
a. Konflik
(Persengketaan)
Konflik adalah
usaha yang dengan sengaja menantang, melawan, atau memaksa kehendaknya kepada
orang lain. Biasanya konflik itu timbul dari adanya kepentingan yang
bertentangan, terutama kepentingan ekonomi dan sering juga perbuatan kedudukan
dan kekuasaan.
Dipandang dari segi terjadinya,
konflik di bagi atas dua macam :
1) Corparete
conflict, yaitu konflik yang terjadinya antara group dengan group dalam suatu
masyarakat.
2) Personal
conflict, yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan individu. Biasanya
hal ini disebabkan soal-soal sexual, kekuasaan, kekayaan, iri hati dan
sebagainya.
b. Kompetisi
(Persaingan)
Persaingan ada
hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda. Kompetisi merupakan usaha yang
disengaja untuk menentang kehendak orang lain, dan tidak mengandung paksaan.
Kompetisi selalu dikuasai dan diatur oleh norma-norma moral, sedangkan konflik
tidak demikian halnya.
Contohnya dalam pertandingan
pertandingan olah raga, melamar pegawai negeri, berusaha mencari kekayaan dan
sebagainya.
Pola interaksi
antara individu dengan masyarakat dapat di bagi dalam 3(tiga) macam, yaitu :
1. Pola
interaksi individu dan individu di mana yang berhubungan secara langsung adalah
antar individu dan keduanya saling mempengaruhi.
2. Pola
interaksi antara individu dengan kelompok. Dimana yang sedang melakukan
hubungan langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya seseorang sedang menyampaikan gagasannya kepada sebuah kelompok
tertentu.
3. Pola
interaksi antara kelompok dengan kelompok. Dimana yang sedang berhubungan
langsung adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misal dalam rapat
desa yang terdiri dari beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya
dalam rapat tersebut adalah para wakil dari masyarakat kampung yang ada di desa
tersebut.
a. Pola
tingkat interaksi antar individu
b. Pola
tingkat antar individu dengan kelompok
c. Pola
tingkat interaksi antar kelompok
Dalam
kehidupan manusia bermasyarakat kondisi interaksi sosial yang telah dikemukakan
di atas mungkin saja terjadi, tergantung bagaimana iklim psikologis yang
terjadi dalam kelompok masyarakat itu dan bagaimana visi dan manusia kelompok
masyarakat untuk mencapai tujuan hidup bersama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Interaksi sosial bisa terjadi dimana saja dan
kapan saja. Subjek interaksi sosial beragam, ada yang terjadi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Dalam hal ini, individu berinteraksi dengan masyarakat. Sebagaimana
telah diketahui, individu merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
dalam menjalani kehidupannya.
Interaksi individu dengan masyarakat tidak lepas dari struktur sosial dimana
terdapat penggolongan masyarakat, atau tinatan masyarakat yang dibentuk oleh
masyarakat itu sendiri, dan tidak lepas pula dari pranata sosial yang merupakan
bentuk norma-norma tuntunan dalam kehidupan, bermasyarakat.
B. Saran
Dari pembahasan
yang telah diuraikan, kami mempunyai saran kepada pembaca bahwasanya dalam
berinteraksi sosial, sebaiknya kita dapat memilah dan memilih mana yang
berdampak positif pada kehidupan kita, dan mana yang berdampak negatif. kita
harus berpegang dengan aturan norma yang tumbuh dalam masyarakat, sehingga
tercipta keselarasan dalam proses sosial antara individu dan masyarakat
DAFTAR
PUSTAKA
Samlawi, Fakih dan Bunyamin
maftuh.1998. Konsep Dasar IPS. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
LKS Geografi dan Sosiologi Untuk
SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 (Execelent: Panduan Aktif Untuk Siswa
Berprestasi), Surakarta: CV. Media Semesta.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong
Suayanto. 2006. Sosiologi: Teks dan Pengantar. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono. 2004.
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudarmi, Sri. 2008. Galeri
Pengetahuan Sosial Terpadu 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Sosiologi dan Geografi. 2005.
Pengetahuan Sosial: Sosiologi dan Geografi. Jakarta: Yudhistira.
Tersedia :http://masthoms16.wordpress.com/2009/09/27/pengertian-proses
sosial[online].
Tersedia : http://rizkifaradilla.blogspot.com/2010/12/pengertian-dari-pranata-pranata-dan.html[online].
Tersedia : http://www.Siswapedia.com/bentuk-bentuk-struktur--sosial-dalam-masyarakat [online]
Tersedia : http://ssbelajar.blogspot.com/2013/unsur-fungsi-dan-ciri-struktur-sosial.html [online]