Jumat, 27 Februari 2015

TEORI BELAJAR ORANG DEWASA, ANDRAGOGI




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011)
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya sehingga dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori belajar untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk anak-anak serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa.
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1.    Apa pengertian dari andragogi?
2.    Bagaimana Perkembangan teori belajar orang dewasa?
3.    Bagaimana karakteristik belajar orang dewasa?
4.    Bagaimana kondisi dan prinsip belajar orang dewasa?
5.    Apa asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang dewasa?
6.    Bagaimana aplikasi teori belajar orang dewasa?
7.    Apa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa?
C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.    Menjelaskan pengertian dari andragogi.
2.    Menjelaskan perkembangan teori belajar orang dewasa.
3.    Menjelaskan karakteristik belajar orang dewasa.
4.    Menerangkan kondisi dan prinsip belajar orang dewasa.
5.    Menjelaskan asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang dewasa.
6.    Menjelaskan aplikasi teori belajar orang dewasa.
7.    Menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa.
D.    Sistematika Penulisan
Struktur makalah ini yaitu terdiri  dari 3 bab, yang disusun untuk membantu pembaca dalam membaca dan memahami isi dari makalah ini. Adapun susunannya terdiri atas:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan. Di dalamnya berisipengertian dari andragogi, perkembangan teori belajar orang dewasa, karakteristik teori belajar orang dewasa, kondisi dan prinsip belajar orang dewasa, asumsi-asumsi pokok dari teori belajar orang dewasa, aplikasi teori belajar orang dewasa, serta kelebihan dan kelemahan dari teori belajar orang dewasa.
BABI III Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya ( Pannen dalam Supriantono, 2008).
Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi di atas mengindikasikan bahwa pendidikan orang dewasa harus terorganisir dan berorientasi pada pengembangan dan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan EKOSOSBUD.
Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan dalam tiga aspek yaitu :
  1. Biologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi.
  2. Psikologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
c.        Sosiologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.
B.       Perkembangan Teori Belajar Orang Dewasa
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh Alexander Kapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli filsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di samping teori pedagogi:
1.      Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi. 
2.      Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”. 
3.      Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu:
a.       Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.
b.      Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan.
c.       Pengalaman adalah sumber belajar.
d.      Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan bentuk, waktu, tempat  dan lingkungan. 
4.      Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5.      Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6.      Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
7.      Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan metode baru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8.      Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial.
9.      Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10.  Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok.
11.  Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
12.  Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukan fungsinya.
C.      Karakteristik Belajar Orang Dewasa
1.      Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
Menghubungkan pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.

2.      Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
3.      Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab
Banyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
4.      Kurang Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
Tekadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
5.      Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda
6.      Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
D.      Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta.
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar teori belajar orang dewasa:
1.    Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
2.    Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere), oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan kehidupan, bukan pelajaran.
3.    Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa, sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
4.    Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing) oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.
5.    Perbedaan individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar harus di ijinkan/ditolelir.
Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu :
1.        Prinsip kemitraan
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2.        Prinsip pengalaman nyata
Prinsip pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulative, tetapi pada situasi yang sebenarnya.
3.        Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara peserta dengan difasilitasi pengajar.
4.        Prinsip partisipasi
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6.      Prinsip keswadayaan
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
7.      Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesinambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa.
8.      Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar.
9.      Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
10.  Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sekarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pelajar.
11.  Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang utuh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa,
b.   Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif,
c.    Mendiagnosis kebutuhan belajar,
d.   Merumuskan tujuan belajar,
e.    Mengembangakn rancangan kegiatan belajar,
f.    Melaksanakan kegiatan belajar, dan
g.   Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
E.       Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1.        Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
2.        Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
3.        Kesiapan Belajar: Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4.        Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
F.       Aplikasi Teori Belajar Orang Dewasa
Teori belajar orang dewasa yang relevan untuk setiap tahap kegiatan belajar, mempunyai beberapa tahap  sebagai berikut :
1.    Perumusan Tujuan Program
Tujuan program ini ialah untuk menyatakan domain tingkah laku serta tingkatan tingkah laku yang ingin dicapai sebagai hasil belajar. Demikian itu rumusan tujuan program yang merupakan aplikasi teori behaviioristik dan taksonomi Bloom.
Berdasarkan tujuan program belajar, fasilitator memilih dan mengroganisasikan bahan pelajaran yang sesuai, menyiapkan atau memilih bahan dan alat penyajian yang relevan, serta menetapkan strategi belajar-membelajarkan yang akan ditempuh.
2.    Pengembangan Alat  Evaluasi
a.    Tahap pencapaian tujuan pembelajaran/ program kegiatan belajar , keseksamaan perumusan tujuan.
b.    Kesusaian antara metode dan teknik penyajian dengan sifat bahan pelajaran, tujuan yang ingin dicapai, karakteristrik warga belajar, kemampuan dasar warga belajar.
c.    Keberhasilan program dalam mencapai tujuan program.
d.   keseksamaan alat evaluasi yang digunakan dengan tujuan program yang ingin dinilai keberhasilannya.
3.    Analisis Tugas Belajar dan Identifikasi Kemampuan
Teori belajar  yang relevan dengan kegiatan analisis tugas, antara lain sebagai berikut :
a.    Teori Gesttailt meliputi hukum :
1) Hukum Pragmanz (penuh arti) yaitu pengkelompokan objek suatu bahan pelajaran berdasrkan kriteria atau kategori tertentu. Seperti , warna, bentuk, dan ukuran sehingga mempunyai arti.
2) Hukum kesamaan/keteraturan : tugas yang unsurnya mempunyai kesamaan dan teratur, lebih mudah dipahami daripada yang berbeda dan tidak teratur.
b. Teori Medan
Belajar memecahkan masalah merupakan pengubahan struktur kognitif.
Identifikasi  karakteristik kemampuan warga belajar, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)      Perbedaan karakteristik individu warga belajar dilihat dari segi psikologis, yaitu perbedaan kecerdasan/bakat, kecepatan belajar, motivasi belajar, perhatian, cara berfikir, dan daya ingat.
2)      Pengetahuan masukan. Pengetahuan masukan yang telah dikuasai dapat dijadikan bahan pengait (advance organizer)  antara pelajaran terdahulu dengan pelajaran baru.
Hasil latihan ataupun pengetahuan tentang cara pemecahan yang telah dikuasai dapat ditransfer untuk memcahkan masalah yang lain  yang dihadapi.
1.    Penyusunan Strategi Belajar-Membelajarkan
Teori belajar bagi orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahapan ini, antara lain sebagai berikut :
a.  Teori Bruner tentang cara mengorganisasi tubuh ilmu yang dipelajari, urutan-urutan pokok bahsan yang disajikan, teknik penyajian enaktif , ekonik, dan simbolik.
b. Teori penyajian bahan verbal yang bermakna  menurut Ausubel.
c.  Penataan situasi belajar yang menyangkut berkait dengan belajar dan kondisi belajar menurut Gagne.
d. Metode belajar penyelesaian masalah dengan tekhnik L ramu pendapat, teknik gordon , analisis morfologis, metode buku catatan kolektif, dan metode papan buletin kolektif.
e.  Metode belajar/penyajian menemukan. Metode ini memudahkan transfer dan retensi, mempertinggi kemampuan menyelesaikan masalah, serta mengandung motivasi intrinsik.
f.  Perbedaan individual dalam hal kecepatan belajar warga belajar.
g. Pengaturan urutan penyajian bahan pelajaran menurut tingkat kesuliatan dari yang sederhana kebagian yang sulit.
2.    Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Membelajarkan
Teori belajar orang dewasa  yang erat hubungannya dengan tahapan ini , antara lain :
a.    Hukum Kesiapan. Menyiapkan mental warga belajar untuk mengikuti pelajaran baru dengan memberikan penjelasanan yang mengenai pengetahuan masyarkat dengan  singkat.
b.    Penguatan motivasi  belajar. Menjelaskan kegunaan atau nilai praktis pelajaran baru dalam kehidupan dan pengabdian.
c.    Proses persyaratan (conditioning). Proses ini memperlihatkan model hasil belajar terminal untuk memudahkan warga belajar mengenai pengetahuan dan keterampilan.
d.   Hukum unsur yang identik, yaitu mentransfer pengalaman menyelesaikan masalah lainnya yang berkait dengan perasaan atau menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam berbagai situasi , posisi dan kondisi.
e.    Cara menarik perhatian : teori ini mengaitkan kegiatan belajar dan membelajarkan dengan kebutuhan warga belajar, mengolah bahan pelajaran sebagai bahan perlombaan antar individu, kelompok dan baris.
f.     Metode menemukan. Teori ini memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk melakukan sendiri keterampilan yang harus dipelajarinya, bukan fasilitator yang melakukan.
g.    Karya wisata, pengalaman praktik lapangan di labroatorium  atau dibengkel, semua itu bisa menjadi pengalaman yang berkesan bagi warga dalam belajar dan memungkinkannya lebih mengetahui konsep.
3.    Pemantauan Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap pemantauan hasil belajar antara lain :
a.    Hukum latihan
b.    Belajar lebih lanjut
c.    Review,yaitu belajar dengan dengan secara berkala lebih efektif daripada belajar terus menerus tanpa revieu
4.    Evaluasi Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap evaluasi antara lain :
a.    Pengembangan kemampuan berfikir
b.   Hukum efek
c.    Penguatan
d.   Keputusan penyajian
e.    Hasil evaluasi
Akhirnya, keterampilan fasilitator menyajikan bahan sangat mempengaruhi  efektivitasnya kegiatan belajar dari warga belajar. Fasilitator yang cakap menyajikan pelajaran dan yang menguasai teori belajar orang  dewasa lebih giat dan lebih  tekun agar mencapai hasil belajar dan tujuan program kegiatan belajar yang lebih baik.
G.      Kelebihan dan Kelemahan dari Teori Belajar Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Andragogi memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelajaran Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll. Atau bisa dikatakan juga tak mungkin seorang pengajar itu membiarkan siswanya belajar materi yang sudah tinggi sebelum belajar mengenai materi dasarnya.


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun dalam andragogi ini orang dewasa diajarkan untuk dapat melakukan kegiatan belajar mandiri yang bertumpu pada warga belajar itu sendiri.
Dalam belajar orang dewasa memiliki suatu karakteristik, prinsip dan kondisinya dalam belajar. Orang dewasa biasanya banyak belajar dari pengalamannya sendiri dan memiliki suatu kesadaran akan kebutuhannya dalam belajar. Asumsinya pun setiap individu yang dewasa semakin matang sesuai dengan perjalanan waktu, olehkarena itu kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Selain itu orang dewasa juga mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation).
B.       Saran
Sebagai seorang yang dewasa sebaiknya memiliki suatu kesadaran dalam belajar. Jadikan belajar itu merupakan suatu kebutuhan, motivasi diri dan tanggung jawab. Karena dengan belajar, orang dewasa dapat mengembangkan dirinya dan dapat ikut berperan serta di dalam lingkungan masyarakatnya.


DAFTAR PUSTAKA
Nikmah, Lailatun. (2013). Teori Belajar Andragogi. [Online]. Tersedia: http://laylanikc.blogspot.com/2013/11/teori-belajar-andragogi.html. Diakses 02 September 2014
Rosyid, Mohammad. (2014). Makalah Andragogi. [Online]. Tersedia: http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html. Diakses 02 September 2014
Vera. (2013). Teori Belajar Orang Dewasa. [Online]. Tersedia: http://rara-rememberme.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teori-belajar-orang-dewasa.html. Diakses 02 September 2014

1 komentar: