BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila (Wathoni, 2011, hlm. 141; Alawiyah, 2012, hlm. 89). Salah satu nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter adalah karakter berpikir argumentatif. Menurut Reason dalam Sanjaya (2014) berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat
(remembering) dan memahami (comprehending). Sedangkan menurut Keraf (2007) dalam Syaifudin (2011) Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir argumentatif adalah proses berkembangnya suatu ide, konsep, pemikiran yang baru yang keluar dari dalam diri seseorang yang berusaha mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan yang diintruksikan.
Berpikir argumentatif didasari dari sifat kritis dan logis. Artinya ketika berpikir argumentatif dibarengi berpikir secara kritis yaitu penilaian yang bertujuan untuk menghasilkan penafsiran, analisa, evaluasi dan kesimpulan, serta penjelasan atas bukti, konsep, metodologi dan kriteria atau pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dari penilaian tadi (Facione, 1990). Berpikir argumentatif dapat diterapkan di sekolah dalam berbagai pembelajaran. Tujuannya agar siswa dapat terbiasa untuk memecahkan berbagai persoalan dengan kemampuan nalar mereka. Bertemali dengan berbagai permasalahan yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, maka penulis mencoba menelusuri akar dari permasalahan yang terjadi saat ini khususnya mengenai implementasi karakter argumentatif di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi karakter berpikir argumentative di sekolah?”
Untuk menjawab masalah umum di atas maka perlu solusi pemecahan masalah melalui rumusan masalah khusus sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep dari karakter?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memotret situasi dan memperoleh gambaran secara menyeluruh, luas, dan mendalam tentang integrasi pribadi religius di sekolah dasar.
Tujuan khusus penelitian ini adalah menemukan hasil dari integrasi pribadi religius di sekolah dasar yang meliputi:
2. Konsep dari berpikir argumentatif.
3. Implementasi berpikir argumentatif di sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Teoritis
b. Praktis
1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu cara dalam implementasi karakter berpikir argumentatif di sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakter
Karakter adalah cara
berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup bekerjasama, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Kaimuddin, 2014, hlm.
52; Suradi, 2017, hlm. 524). Menurut Listyarti (2012, hlm. 5-8) terdapat 18
pendidikan karakter bangsa yang harus disisipkan dalam pendidikan, yaitu:
1. Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Jujur adalah perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Toleransi adalah
sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Disiplin adalah suatu
tindakan yang menunjukkan sikap atau perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan yang ada.
5. Kerja keras
Kerja keras adalah
suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Kreatif adalah
berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Demokratis adalah
cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai mengenai hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu
adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan luas dari hal yang telah dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Semangat Kebangsaan adalah
cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara diatas kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cinta Tanah Air
adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Menghargai Prestasi
dalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Bersahabat/Komunikatif
adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Cinta Damai adalah
sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Gemar Membaca adalah
kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Peduli lingkungan
adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dsn mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Peduli sosial adalah
sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkugan sekitarnya.
1. Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kreatif
7. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
9. Rasa ingin tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli lingkungan
17. Peduli sosial
18. Tanggung jawab
2.2 Berpikir Argumentatif
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir erat hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan. Tanggapan memberikan peranan penting dalam berpikir, meskipun adakalanya dapat mengganggu jalannya berpikir. Ingatan merupakan syarat pengalaman dari pengamatan yang telah lampau. Pengertian, meskipun merupakan hasil berpikir dapat memberi bantuan yang besar pula dalam suatu proses berpikir. Perasaan selalu menyertai pula, ia merupakan dasar yang mendukung suasana hati, atau sebagai pemberi keterangan dan ketekunan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau persoalan Hamzah, & Muhlisrarini (2014).
Sedangkan Argumentasi menurut Keraf (2007) dalam Syaifudin (2011) adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara. Sebuah argumentasi yang baik dan lengkap bukan sekadar sebuah pernyataan, tetapi menuntut sebuah alasan dengan mengemukakan bukti-bukti dan contoh-contoh. Argumentasi harus selalu berorientasi pada data, fakta atau bukti-bukti yang objektif sehingga dapat diterima kebenarannya. Oleh karenanya untuk berargumentasi seseorang akan melakukan kegiatan analisis dan berpikir kritis. Lebih jauh lagi argumentasi juga memiliki sifat persuasif atau dapat mengubah mau pun mempengaruhi pikiran orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Driver, dkk (2000) bahwa argumentasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk menganalisis informasi kemudian dikomunikasikan kepada orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir argumentatif adalah proses berkembangnya suatu ide, konsep, pemikiran yang baru yang keluar dari dalam diri seseorang yang berusaha mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan yang diintruksikan.
Dasar dari berpikir argumentatif adalah kritis dan logis. Hal tersebut menjadikan sebuah argumentasi harus didasarkan pada fakta-fakta yang logis (Syaifudin, 2011). Menurut Keraf dalam Syaifudin (2011) menyatakan bahwa penalaran harus menjadi landasan sebuah tulisan argumentasi. Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Berpikir yang berusaha menghubungkan untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
2.2.1 Kritis dan logis
Dalam berpikir argumentatif dibutuhkan sifat kritis dan logis. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) kritis adalah dalam keadaan yang paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha. Pendapat lain dikemukakan oleh Halpern (1998), Larsson (2017) dalam Sulaiman, & Syakarofath (2018) yakni kritis dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi menggunakan ketersediaan bukti, logika, dan kesadaran akan bias. Berpikir kritis merujuk pada penilaian yang bertujuan untuk menghasilkan penafsiran, analisa, evaluasi dan kesimpulan, serta penjelasan atas bukti, konsep, metodologi dan kriteria atau pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar dari penilaian tadi (Facione, 1990). Berpikir kritis, yaitu aktivitas mental yang dilakukan menggunakan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu: memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan praduga dan hipotesis, menguji hipotesis secara logis, mengambil kesimpulan secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan sesuatu yang akan diyakini atau sesuatu yang akan dilakukan, serta meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi (Abdullah, 2013). Berpikir kritis sangat diharapkan setia individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Aktivitas berpikir kritis akan mendorong setiap individu untuk dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki pikirannya sehinga dapat bertindak secara tepat.
Sedangkan sifat logis diperlukan karena semua yang dipikirkan harus masuk akal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) logis adalah sesuai dengan logika; benar menurut penalaran; masuk akal. Menurut Mukhayat (2004) dalam Saragih (2017) kata logis mengandung makna besar atau tepat berdasarkan aturan-aturan berpikir dan kaidah-kaidah atau patokan-patokan umum yang digunakan untuk dapat berpikir tepat. Berpikir logis tidak terlepas dari dasar realitas, sebab yang dipikirkan adalah realitas, yaitu hukum realitas yang selaras dengan aturan berpikir. Dari dasar realitas yang jelas dan dengan menggunakan hukum-hukum berpikir akhirnya akan dihasilkan putusan yang dilakukan. Menurut Albrecht (1992) dalam Saragih (2017), agar seseorang sampai pada berpikir logis, dia harus memahami dalil logika yang merupakan peta verbal yang terdiri dari tiga bagian dan menunjukkan gagasan progresif, yaitu: (1) dasar pemikiran atau realitas tempat berpijak, (2) argumentasi atau cara menempatkan dasar pemikiran bersama, dan (3) simpulan atau hasil yang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada dasar pemikiran.
2.3 Implementasi berpikir argumentatif di sekolah
Dengan berpikir argumentatif disertai kritis dan logis, siswa akan mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat (Nugraha, & Mahmudi, 2015). Pekerjaan mendasar bagi guru dewasa ini adalah mengembangkan proses pembelajaran yang mampu menfasilitasi terbentuknya situasi belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat mengembangkan daya berpikir argumentatif, kritis dan memiliki penalaran logis. Menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, dengan semangat kerjasama yang bijaksana dan kreatif dapat dilakukan melalui pembelajaran. Contoh soal:
· Diketahui garis dengan persamaan y = 2x melalui titik pusat koordinat.
BAB III
SIMPULAN,
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan dan dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Berpikir argumentatif adalah proses berkembangnya suatu ide, konsep, pemikiran yang baru yang keluar dari dalam diri seseorang yang berusaha mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan yang diintruksikan.
3. Implementasi karakter berpikir argumentatif di sekolah salah satunya melalui mata pelajaran matematika, dimana siswa dituntun untuk dapat berpikir argumentatif disetai kritis dan logis agar mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
3.2 Implikasi
Hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan menunjukkan bahwa implementasi karakter berpikir argumentatif di sekolah merupakan kegiatan yang dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik dan manusia yang berwawasan dan berpengetahuan dengan didasari kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, secara keseluruhan hasil penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan pertimbangan bahwa integrasi pribadi religius merupakan salah satu upaya
menginternalisasikan nilai karakter di sekolah. Melalui hasil penelitian, secara khusus rekomendasi juga diberikan sebagai berikut.
1. Bagi Program Studi Pendidikan Umum dan Karakter
2. Bagi Sekolah
3. Bagi guru
4. Bagi peneliti berikutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, I. H. (2013). Berpikir Kritis
Matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematikamelalui Pendidikan di Indonesia: Aspirasi, 3 (1), 87-101.
Driver, R., dkk. (2000). Establishing the norms of scientific argumentation in
Classrooms. Science Education, 84(3), 287-312. https://doi.org/10.1002/(SICI)1098-237X(200005)84:3%3C287::AID-SCE1%3E3.0.CO;2-A.
Facione, P. A. (1990). Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus
for Purposes of Educational Assessment andInstruction. Research Findings and Recommendations. [Online]. Tersedia di: https://www.researchgate.net/profile/Peter_Facione/publication/242279575_Critical_Thinking_A_Statement_of_Expert_Consensus_for_Purposes_of_Educational_Assessment_and_Instruction.
Faqihi, dkk. (2015) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan Kooperatif Tipe Group Investigasi (GI) Pada Materi Peluang Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 3 (10), 1048-1056.
Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Jurnal Pendidikan Islam, 6 (2), 176-192.
Dinamika Ilmu Vol. 14. No.1, hlm. 47-63
Jakarta: Esensi.
Nani, K. L. (2016). Pengembangan Pembelajaran Kooperatif Dalam
Mengkonstruksi Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penalaran Logis Matematis Siswa. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 5 (2), 79-89.
Nugraha, T. S., & Mahmudi, A. (2015). Keefektifan Pembelajaran Berbasis
Masalah Dan Problem Posing Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Logis Dan Kritis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2 (1), 107-120.
Purwanto, N. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi. Jurnal Pendidikan
terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik.
[Online]. Tersedia di:
https://www.researchgate.net/publication/255671760.
Sulaiman, A., & Syafarofath, N. A. (2018). Berpikir Kritis: Mendorong Introduksi
dan Reformulasi Konsep dalam Psikologi Islam. Buletin Psikologi
Tertib Sekolah : Jurnal Riset dan Konseptual, 2 (4), 522-533.
Syaifudin, A. (2011). Penalaran Argumen Siswa Dalam Wacana Tulis
Argumentatif Sebagai Upaya Membudayakan Berpikir Kritis Di SMA. Lingua Jurnal Bahasa dan Sastra, VII (1), 65-76.